Mogok Myanmar
Berbicara batu delima maka kita tidak akan dapat lepas dari berbagai pendapat nan kemudian menjadi keyakinan mengakar di tengah-tenggah masyarakat. Batu delima atau batu merah delima nan juga akrab disebut dengan batu Rubi, menjadi lambang keperkasaan dan kewibawaan. Asal-usulnya sendiri telah menjadi mitos nan beragam.
Ada nan mengatakan bahwa batu ini berasal dari permata tahta Nabi Sulaiman nan terkenal kaya raya. Terkait dengan rona merah nan memukau, maka hal ini juga dikait-kait dengan percikan darah Nabi Muhammad nan mengkristal menjadi batu.
Namun pendapat lain mengatakan kalau batu nan juga disebaut sebagai rajanya permata ini berasal dari sarang elang mengingat elang selalu memakan daging dan darah nan memerah.
Terlepas dari berbagai ungkapan di atas, hingga hari ini pertambangan batu merah delima ini masih tetap didominasi berada di wilayah kerajaan Burma nan kita kenal dengan nama Myanmar.
Bentuk dan Khasiat
Ada juga nan berbantuk bulat telur dan ini cocok dan berkhasiat membantu urusan perdagangan. Dalam arti luas batu merah delima bulat telur diyakini berkhasiat menjadi peruntungan dalam global bisnis. Maka tak heran jika harga batu ini melambung mencapai miliaran rupiah meski juga bukan batu asli. Berangkat dari sini, maka tak heran jika pertambangan batu merah delima terus saja dilakukan
Pertambangan
Sejak 2.500 tahun nan lalu, pertambangan batu merah delima atau rubi ini sudah dimulai dan hingga kini masih saja tetap diburu. Saat ini, pertambangan batu delima masih digelar di beberapa negara bagian di Asia seperti Thailand dan Burma, Australia, Pakistan, Afghanistan, dan juga Amerika Serikat.
Namun global mengakui, dari semua negara tersebut Burma nan kini dikenal dengan sebutan Myanmar, ialah sumber paling tersohor dalam hal batu delima murni.
Mogok Myanmar
Membicarakan Burma, maka studi sejarah pertambangan merah delima tidak akan dapat lepas dari kisah pertambangan desa Mogok, Myanmar. Persoalan waktu dan kapan dimulai pertambangan itu tidak ada nan menyepakatinya. Namun, legenda nan berkembang di masyarakat mengatakan inovasi batu mulia merah delima ini sudah ada sejak Buddha masih berjalan di muka bumi.
Dahulu kala daerah Mogok merupakan hutan belantara nan selalu dihinggapi burung-burung liar. Konon, seekor elang sedang mencari makan mendapatkan daging nan langsung dicabik-cabik oleh cakar dan paruhnya.
Pada saat nan sama, batu keramat berukuran besar di puncak bukit itu ikut tercabik dan segera bercampur dengan darah dan daging. Namun sebab sulit ditelan, maka batu itu dimuntahkan berlumuran darah. Batu merah delima inilah nan syahdan pertama ada di dunia.
Masyarakat pun percaya, sarang elang ialah ladang merah delima. Namun kepercayaan ini pupus mengingat sulitnya mengintip sarang elang. Namun demikian, pada abad 15 pertambangan Mogok ini menjadi perebutan dan konflik saat negara barat mulai berambisi menguasainya.