Dampak Penggunaan Bensin
Wacana mengenai kenaikan harga BBM, tepatnya bensin , baru-baru ini pastinya menjadi mimpi jelek masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, saat ini BBM sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat di Indonesia, bahkan di dunia. Kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi BBM sangat besar seiring dengan meningkatnya kepemilikian kendaraan pribadi. Setiap kendaraan, rata-rata akan menghabiskan 1-5 liter bahan bakar setiap harinya.
Akan tetapi, tingginya taraf konsumsi BBM ini dibarengi dengan taraf polusi nan tinggi pula. Gas buang kendaraan nan berasal dari pembakaran di dalam mesin mengakibatkan polusi udara nan sifatnya berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Terlalu banyak menghirup partikel beracun nan berasal dari gas buang kendaraan juga berisiko tinggi terhadap rusaknya kinerja alat pernapasan.
Begitupun dengan terlalu banyaknya produksi gas buang kendaraan di udara akan menyebabkan terganggunya ekuilibrium lingkungan. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan nan lebih mengenai bahan bakar ini dan bahaya nan ditimbulkannya bagi kesehatan dan lingkungan.
Dengan mengetahui seluk beluk sekaligus akibat dari penggunaan bahan bakar ini, mungkin kita akan lebih cermat dalam hal penggunaannya. Selain itu, kita pun bisa mengambil sikap nan tepat atas kebijakan kenaikan harga BBM sewaktu-waktu. Apakah kita akan pro atau kontra terhadap kebijakan pemerintah tersebut.
Bensin Sebagai Produk Olahan Minyak Bumi
Bensin diperoleh dari hasil penyulingan bertingkat minyak bumi. Produknya berupa cairan bening kekuning-kuningan nan dipakai buat bahan bakar mesin kendaraan. Beberapa produk nan juga diperoleh dari penyulingan minyak bumi antara lain lilin, aspal, dan kerosin.
Pemisahan dari produk penyulingan minyak bumi lainnya ini dilakukan berdasarkan disparitas titik didih. Yang mana produk dengan titik didih rendah akan lebih cepat terpisah dari campuran minyak bumi dibandingkan dengan produk bertitik didih tinggi.
Bahan bakar ini termasuk fraksi ringan dari minyak bumi dengan titik didih nan tinggi dan bersifat mudah terbakar. Oleh sebab sifatnya nan mudah terbakar, maka senyawa ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin-mesin kendaraan atau industri. Sifat ini juga nan membuatnya disimpan dalam sebuah loka khusus. Hal ini dimaksudkan agar senyawa ini tak mudah terbakar atau meledak ketika sedang diperjualbelikan.
Bensin merupakan fraksi terpenting dari proses pengilangan minyak bumi. Sebagai produk penyulingan minyak bumi, senyawa ini merupakan campuran dari beberapa senyawa hidrokarbon, di antaranya butana, isopentana, xylena, dan benzena. Fraksi bahan bakar nan diperoleh dari hasil penyulingan pada suhu 1000C-1500C ini, jenisnya akan berupa senyawa karbon rantai lurus atau bercabang dengan atom karbon berjumlah 4-12 buah.
Pada proses penyulingan di kilang minyak, biasanya ke dalam campuran hidrokarbon ditambahkan zat aditif nan sifatnya bisa meningkatkan kualitas produk. Produk nan hanya dihasilkan dari penyulingan tanpa proses lebih lanjut atau tanpa penambahan zat aditif, tak akan memiliki nilai hemat nan tinggi dan hanya memiliki sapta oktan 70. Bensin nan berkualitas dan bernilai hemat tinggi ialah nan memiliki sapta oktan di atas 80.
Pengaruh Sapta Oktan Terhadap Kualitas Bensin
Kualitas bensin dinilai dari kemampuannya menahan ketukan pada mesin. Ketukan merupakan keadaan mesin nan berbunyi seperti menggelitik. Biasanya bunyi akan terdengar lebih jelas ketika kendaraan melaju cepat di jalan nan menanjak.
Ukuran ini secara kualitatif bisa ditentukan dari sapta oktan bahan bakar tersebut. Sapta oktan merupakan suatu besaran nan nilainya menunjukkan kualitas anti ketukan. Nilainya bisa ditentukan dari banyaknya cabang dan gugus iso pada strukturnya. Isooktana merupakan rantai cabang pada bensin nan membuat bahan bakar ini memiliki nilai oktan 100.
Semakin tinggi nilai oktan, semakin tinggi pula kualitas anti ketukannya. Dengan kata lain, bahan bakar ini akan memiliki kualitas nan tinggi jika semakin banyak cabang atau gugus isooktana nan terdapat pada struktur molekulnya. Tingginya kualitas anti ketukan ini akan menyebabkan semakin tinggi pula daya nan dihasilkan oleh bahan bakar terhadap mesin kendaraan.
Oleh sebab itu, diperlukan kecermatan dalam memilih jenis bahan bakar nan akan dikonsumsi oleh mesin kendaraan. Penggunaan bensin dengan nilai sapta oktan nan tinggi dipilih buat mengurangi risiko terjadinya ketukan pada mesin. Semakin tinggi kualitas anti ketukan juga bisa mencegah gangguan kehilangan daya pada mesin dan kerusakan pada mesin, serta bisa menghemat penggunaan bahan bakar.
Penggunaan bahan bakar dengan nilai oktan tinggi juga sangat berpengaruh pada kinerja mesin kendaraan bertekanan tinggi. Pada tipe mesin ini, pembakaran bensin dengan rantai karbon lurus (nilai oktan rendah) tak akan merata. Akibatnya, akan dihasilkan suatu ledakan nan bisa membuat mesin menjadi cepat panas dan mudah rusak. Ledakan ini sifatnya merusak sebab merupakan ledakan dampak kejenuhan piston, bukan sebab percikan barah pada busi.
Dampak Penggunaan Bensin
Bensin dalam fungsinya sebagai bahan bakar, sudah niscaya pada proses pembakarannya akan menghasilkan zat residu pembakaran. Hal inilah sebenarnya nan menjadi masalah dari penggunaan bahan bakar ini. Zat residu pembakarannya merupakan komponen primer penyebab polusi udara. Dengan demikian, makin tingginya taraf konsumsi bahan bakar, semakin tinggi pula risiko pencemaran udara.
Bensin nan mengalami pembakaran paripurna akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O). Pada umumnya gas karbon dioksida sifatnya tak berbahaya sebab secara alamiah akan diubah menjadi gas oksigen (O2) melalui proses fotosintesis.
Akan tetapi, tingginya penggunaan bahan bakar ini bisa meningkatkan kadar gas karbon dioksida di atmosfer. Akibatnya, timbul kenyataan alam nan disebut imbas rumah kaca atau pemanasan global. Kenyataannya bisa dirasakan saat ini. Suhu bumi menjadi tak stabil dan cuaca pun tak menentu.
Apabila pasokan oksigen di udara tak memadai, bahan bakar ini akan mengalami pembakaran tak sempurna. Hasil dari pembakaran tak paripurna ini akan membentuk senyawa karbon monoksida (CO) dan jelaga (karbon padat). Jelaga ialah partikel berbahaya nan bisa masuk ke paru-paru dan merusak sistem jaringan tubuh. Jelaga nan bersarang di paru-paru ini dikhawatirkan sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker paru-paru.
Sementara itu, karbon monoksida merupakan senyawa hasil pembakaran nan sangat berbahaya bagi lingkungan. Senyawa ini sifatnya lebih reaktif daripada gas oksigen. Sehingga apabila senyawa ini masuk ke dalam tubuh manusia, sifatnya akan berkompetisi dengan gas oksigen.
Di dalam jaringan darah, hemoglobin akan lebih memilih berikatan dengan karbon monoksida daripada dengan oksigen. Hal ini menyebabkan darah menjadi kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian.
Penambahan TEL buat meningkatkan sapta oktan juga memiliki akibat nan berbahaya. Senyawa TEL nan fungsinya menyelesaikan masalah ketukan malah akan menambah masalah baru di lingkungan.Akibat dari penambahan TEL yaitu akan menghasilkan senyawa timbal oksida (PbO) berwarna hitam nan tertimbun di dalam mesin kendaraan dan menempel di saluran knalpot. Agar senyawa timbal oksida ini tak terbentuk biasanya ditambahkan senyawa 1,2-dibromo metana.
Akan tetapi, penambahan 1,2-dibromo metana ini juga tak bisa memecahkan masalah pencemaran lingkungan. Proses pembakarannya akan menghasilkan senyawa timbal bromida (PBr2) nan sifatnya mudah menguap ke udara. Senyawa ini jelas akan menambah jenis polutan di udara. Memang dengan ditambahkannya senyawa ini, knalpot akan terhindar dari kotor dampak senyawa timbal oksida. Tetapi bahayanya, senyawa ini sifatnya akan berubah menjadi sangat beracun pada ambang batas tertentu.
Oleh sebab itu, dianjurkan sekali buat mengurangi konsumsi bahan bakar kendaraan. Walaupun bahan bakar merupakan kebutuhan krusial buat saat ini, tetapi ingatlah bahwa kesehatan merupakan kebutuhan nan paling utama. Tidak hanya kesehatan diri pribadi, mengurangi konsumsi bahan bakar pun bisa menjaga ekuilibrium lingkungan.
Lingkungan seimbang dan tubuh nan sehat juga bisa mempengaruhi pola pikir positif. Sehingga kita tak lagi harus melakukan demo anarkis ketika menghadapi kontra terhadap kenaikan harga bensin.