Siapa Jayabaya dan Ramalan Jayabaya
Ramalan Jayabaya atau biasa disebut Jangka Jayabaya ialah nujuman tentang masa depan bangsa Indonesia terutama berhubungan dengan pemimpin Indonesia. Ramalan Jayabaya akan menjadi topik hangat menjelang pemilu lantaran mencari-cari keterkaitan atau kecocokan calon pemimpin bangsa melalui Ramalan Jayabaya.
Ramalan Jayabaya secara generik merupakan mimpi bangsa Indonesia menuju bangsa andal nan sanggup melumpuhkan dan mengubah berbagai tantangan kemelut menjadi keberhasilan baru. Ramalan Jayabaya mengacu pada prinsip NO-TO-NO-GO-RO. Artinya, menata kehidupan berbangsa dan bernegara, mengemban tugas mulia buat menjadi pemimpin negara.
Urutan NO-TO-NO-GO-RO bermakna sakral. Kelak Indonesia dipimpin oleh mereka memiliki akhiran nama sinkron dengan NO-TO-NO-GO-RO. No = Soekarno, To = Soeharto, No = Yudhoyono.
Kenapa nama Habibie, Megawati, dan Almarhum Gus Dur tak disebut? Sebab, ketiga nama-nama tersebut dianggap bukan pilihan rakyat langsung melainkan ditunjuk sebagai pengganti presiden sebelumnya. Pemerintahannya pun tak sampai 5 tahun. Sampai saat ini, sebagian orang masih meyakini kebenaran Ramalan Jayabaya. Termasuk dari pihak intelijen nan umumnya menggunakan basis data masa lalu berupa Ramalan Jayabaya buat melihat gonjang-ganjing [ goro-goro ] kondisi saat ini.
Ramalan Jayabaya, Mencari Makna Di Balik Prediksi RI 1
Ramalan Jayabaya sebenarnya banyak macamnya terutama nan berhubungan dengan keadaan Tanah Jawa meliputi aspek sosial masyarakat, budaya, politik pemerintahan. Kemudian, Ramalan Jayabaya gemanya meluas ke seantero Indonesia sehingga seolah-olah apa pun Ramalan Jayabaya tentang tanah Jawa merepresentasikan suasana dan keadaan [atmosfer] nan belum dan akan terjadi di Indonesia.
Di antara sekian banyak Ramalan Jayabaya. Paling familiar ialah NO-TO-NO-GO-RO nan berhubungan dengan pemimpin bangsa. Presiden I nama akhirnya NO, presiden kedua TO, selanjutnya harusnya NO.
Konsep Ramalan Jayabaya menjadi kacau manakala presiden ketiga Indonesia ternyata Habibie bukan berakhiran NO. Lalu, disusul lagi presiden selanjutnya Gus Dur dan Megawati. Namanya juga ramalan [prediksi] niscaya dapat meleset hanya meramal garis-garis besarnya saja. Tidak dapat selalu rinci, detail, dan utuh.
Hanya Tuhan nan tahu semua jalan hayati manusia secara holistik [jodoh, hidup, mati, rezeki]. Sampai di sini, apakah Ramalan Jayabaya masih relevan? Sebab, mata rantai urutan NO-TO-NO-GO-RO sudah “terganggu.”
Sebagian kaum supranaturalis menilai nama Habibie sebenarnya masih sejalan dengan urutan nomor 3, yakni akhiran NO. Sejalannya di mana? Perhatikan sejenak, arti nama Habibie dalam bahasa Arab ialah orang nan dikasihi dicintai, berpautan dengan segala hal nan berhubungan dengan cinta. Cinta dalam bahasa Jawa ialah Tresno . Akhiran NO ini sejalan dengan konsep nomor 3 dari mata rantai urutan NO-TO-NO-GO-RO.
Lalu, bagaimana dengan presiden ke-4 yakni Abdurrahman Wahid alias Gus Dur nan tak cocok dengan akhiran GO. Makanya timbul wacana bahwa presiden Indonesia ketiga sebenarnya ialah berakhiran NO yakni Yudhoyono. Kini, Yudhoyono sudah memimpin Republik Indonesia selama dua periode. Sebentar lagi 2014, harusnya jika mengikuti mata rantai urutan NO-TO-NO-GO-RO ialah nan berakhiran GO.
Malah lucunya lagi, ada nan meramal bahwa Megawati akan menjabat lagi sebagai presiden RI 1 sinkron Ramalan Jayabaya dengan urutan GO, yakni Mego alias Mega. Kita lihat saja nanti!
Apa Saja Isi Ramalan Jayabaya
Dalam Ramalan Jayabaya zaman terbagi tiga, yakni Zaman Permulaan (Kali-swara), Zaman Pertengahan (Kali-yoga) dan Zaman Akhir (Kali-sangara). Ramalan Jayabaya sampai saat ini diperkirakan berusia 1000 tahun. Satu di antara sekian Ramalan Jayabaya nan terbukti kebenarannya ketika meramalkan pemimpin Indonesia yakni Soekarno dan Soeharto.
Tidak jelas, apakah Jayabaya kala itu sudah menyebut Indonesia atau baru sebatas meramal kehadiran pemimpin di Pulau Jawa saja secara spesifik dan meramalkan kondisi Pulau Jawa secara umum.
Berikut ini isi Ramalan Jayabaya.
- Ramalan Jayabaya, akan datang raja memakai kopiah rona hitam (kethu bengi), anak yatim dan bergelar serba mulia.
- Ramalan Jayabaya, akan muncul seorang Satriya Piningit bersenjatakan Trisula.
- Ramalan Jayabaya "Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong" 1000 tahun setelah agama Hindu-Buddha datang dan berkembang kemudian diteruskan oleh Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia.
- Ramalan Jayabaya "Semut ireng anak-anak sapi." Bangsa Eropa berkulit putih bekerja ulet terampil seperti semut hitam. Sejak kecil sudah suka minum susu sapi. Hal ini ditujukan kepada Marco Polo sang penjelajah.
- Ramalan Jayabaya "Kebo nyabrang kali" digambarkan sebagai Kerajaan Belanda nan terpaksa pindah sementara ke Inggris.
- Ramalan Jayabaya "Kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang." Citra ini ditujukan ketika Indonesia nan saat itu dijajah oleh orang cebol [orang Jepang pendek] selama 3.5 tahun [seumur jagung].
- Ramalan Jayabaya “Pitik tarung sak kandang" citra tentang terjadinya perang saudara antara Komunis dan Muslim.
- Ramalan Jayabaya "Kodok Ijo Ongkang-ongkang" hancurnya Partai Komunis digantikan dengan Militer atau Islam [simbol rona hijau].
- Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris" Angkatan muda digambarkan seperti tikus menata barisan. Suatu saat akan menggalang persatuan bukan dengan kekerasan melainkan dengan pemikiran.
- Ramalan Jayabaya "Wolak-waliking zaman" akan datang suatu masa zaman terbalik-balik. Yang sahih disalahkan, nan salah dibenarkan. Hal ini disebabkan "akeh janji ora ditetepi. Akeh wong wani melanggar sumpahe dhewe. Manungsa padha seneng nyalah. Ora nindakake hukum Allah". Orang ingkar janji, melanggar sumpahnya sendiri, berbuat salah, saling tuding kesalahan, dan hukum Allah tak dianggap.
- Ramalan Jayabaya “Wong bener thenger-thenger” artinya, orang sahih akan termangu heran sebab dipersalahkan. Wong salah bungah, orang salah akan tertawa girang sebab dibenarkan.
- Ramalan Jayabaya “Wong apik ditampik-tampik” banyak orang baik nan ditampik serta ditolak kehadirannya.
- Ramalan Jayabaya “Wong dursila munggah pangkat”, orang dursila malah cepat naik pangkat dan dihormati. Sementara orang baik dihina.
Siapa Jayabaya dan Ramalan Jayabaya
Ramalan Jayabaya diciptakan oleh Jayabaya, Raja Kerajaan Kadiri (1135-1159) memiliki gelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudanawatarani Ndita Suhrtsingha Parakrama Digjayottunggadewanama. Nama ini terukir di tiga prasasti batu peninggalan sang raja: prasasti Hantang (1135 M), prasasti Talan (1136 M), prasasti Desa Jepun (1144 M).
Ramalan Jayabaya Tujuh Zaman Menurut Jayabaya kehidupan di Indonesia dari sejak lahir sebagai negara terbagi ke dalam tujuh keadaan, di antaranya:
- Ramalan Jayabaya Kalajangga [zaman Pujangga]. Era ini sudah berlalu dan dapat kita saksikan peninggalan karya-karya maestro dari sastrawan ternama Indonesia.
- Ramalan Jayabaya Kalasakti [zaman Kemerdekaan]. Munculnya orang-orang sakti dan para pendekar nan turut membantu memerdekakan Indonesia.
- Ramalan Jayabaya Kalajaya [zaman Orde Baru]. Pertumbuhan ekonomi melesat, korupsi mulai terjadi.
- Ramalan Jayabaya Kalabendu [zaman Reformasi]. Zaman di mana orang mudah sekali marah dan naik darah serta melakukan tindak kekerasan.
- Ramalan Jayabaya Kalasubha [zaman Sukacita]. Penantian terhadap datangnya keberkahan lewat kehadiran Satrio Paningit, Ratu Adil, Imam Mahdi.
- Ramalan Jayabaya Kalasumbaga [zaman Ketenaran] Indonesia berpengaruh di mata dunia.
- Ramalan Jayabaya Kalasutra [zaman Kebijaksanaan]. Setiap orang semakin sadar dan mendapat pencerahan.
Pertanyaannya, berapa lamanya interval waktu dari satu zaman ke zaman lainnya. Apakah puluhan tahun, ribuan tahun. Kita tak pernah tahu dan buat apa menunggu selama itu, jika ingin perubahan, berubahlah buat Indonesia nan lebih maju. Sebagai bangsa nan besar dan memiliki kapital terbaik yakni generasi muda dengan segala kecermerlangannya. Kita dapat mempercepat Ramalan Jayabaya menuju zaman Kalasubha, Kalasumbaga, dan Zaman Kalasutra. Konfiden niscaya bisa!