Puisi Bahasa Indonesia - Perkembangan Puisi Bahasa Sunda
Sama halnya dengan jenis karya sastra lain nan berkembang di Indonesia, puisi bahasa Sunda juga menempati posisi nan berpengaruh terhadap kematangan proses identifikasi budaya di negeri ini. Salah satu nilai kebudayaan nan dihasilkan oleh puisi bahasa Sunda bukan hanya estetika dari bentuk dan makna nan dihasilkan puisi tersebut, tapi juga lebih merupakan proses bagaimana para penyair daerah mampu bersaing di dalam global kepenyairan nan sudah hampir sama dengan global ekonomi dan politik ini, yakni pada arus globalisasi.
Dalam arus globalisasi, fenomena kehidupan tak hanya terefleksi dari keadaan ekonomi dan politik masyarakat di negara ini saja, tetapi juga hal itu berpengaruh pula terhadap perkembangan perpuisian di Indonesia, termasuk puisi bahasa Sunda.
Dengan adanya arus globalisasi, masyarakat cenderung menomorduakan kebudayaan lokal sehingga segala sesuatu diakses secara modern dan jauh dari nilai-nilai primordial. Oleh karena itu, para penyair puisi bahasa Sunda wajib menggalakkan kembali masyarakat, khususnya di wilayah Sunda buat tetap peduli pada khazanah budaya Indonesia tersebut.
Tanpa puisi bahasa Sunda, maka tak mungkin muncul cerita dan aliran karya sastra lainnya nan juga diusung oleh masyarakat Sunda. Hal itu sebab pada hakikatnya, puisi merupakan refleksi kehidupan nan lebih rumit dibandingkan dengan cerpen atau novel. Dalam carpon atau novel bahasa Sunda, segala bentuk ketimpangan nan terdapat dalam kehidupan bisa dideskripsikan secara nyata. Sementara itu, dalam puisi bahasa Sunda, bentuk-bentuk ketimpangan tersebut hanya akan nampak setelah pembaca memahami situasi kebudayaan, bahasa, dan perkembangan budaya Sunda.
Hal tersebut disebabkan sebab dalam puisi bahasa Sunda, terdapat bahasa-bahasa puitis nan hanya dapat dimengerti secara semiotik. Oleh sebab itu, masyarakat Sunda perlu meninjau kembali seluk-beluk puisi bahasa Sunda sebagai sejarah budaya Sunda nan terus berjalan sampai saat ini, bahkan mungkin sampai masa-masa nan akan datang. Hal tersebut perlu dilakukan buat menjaga kelestarian budaya Sunda.
Puisi Bahasa Sunda - Nilai Religiusitas dalam Puisi Bahasa Sunda
Jika dilihat secara mendalam, hapir semua puisi, baik puisi daerah maupun puisi nasional, memiliki nilai-nilai keseluruhan nan selalu berhubungan dengan ke-Ilahian . Hal itu sebab puisi memang bagian dari proses ke-Ilahian suatu bahasa. Hal tersebut dialami pula oleh para penyair puisi bahasa Sunda, salah satunya ialah Juniarso Ridwan nan membuat puisi berjudul “Bongan Kitu” di bawah ini.
BONGAN KITU
(Juniarso Ridwan)
Bongan kitu disebutna, puguh mega
dipapay di awang-awang: cek aing angin
Bongan kitu karasana, nyerina raheut
tatamba ka saban tabib: cek aing ngimpi
Bongan kitu digambarna, geulis kabina-bina
ditepungan unggal wayah: cek aing werejit
Bongan kitu pandena, nyarita sorangan
ditataan di rs jiwa: cek aing eling
Bongan kitu ayana, beda jeung nu lian
diguliksek dina kamus: cek aing ibadah
Bongan kitu itunganana: Gusti
1992
Dilihat dari judulnya, puisi bahasa Sunda ini seolah-oleh menyatakan sebuah perbuatan nan nantinya akan menyebabkan seseorang nan telah melakukannya menjadi menyesal. "Bongan Kitu" dalam judul puisi bahasa Sunda di atas nan dalam bahasa Indonesia berarti ‘suruh siapa begitu (berbuat demikian)’ ini jelas memperlihatkan nilai-nilai konotasi ke arah nan negatif, yakni perbuatan nan pada awalnya memang sudah dilarang, namun tetap dilakukan sebab manusia pada dasarnya memiliki sikap bebal.
Maju ke bait pertama puisi bahasa Sunda ini, pembaca diajak buat berjalan-jalan pada citraan tradisional nan berhubungan dengan alam, yakni puguh mega nan disusul dengan larik dipapay di awang-awang: cek aing angin . Mega nan dapat bermakna latif dan besar ini merupakan personifikasi atas kebesaran Tuhan nan harus diyakini oleh manusia (dianalogikan oleh dipapay di awang-awang ) sebab sifat-Nya nan mistik ( cek aing angin ).
Lalu pada larik-larik berikutnya, puisi bahasa Sunda ini semakin menampakkan keilahiannya dengan memasukkan berbagai diksi seperti ngimpi, eling, ibadah, dan gusti. Puisi bahasa Sunda ini seperti membawa pembaca pada pemaknaan kehidupan nan berpedoman pada nilai-nilai religi nan ditanamkan masyarakat Sunda. Larik / nyerina raheut tatamba ka saban tabib / sebagai bagian dari sengsara nan dihasilkan kehidupan duniawi sama saja dengan mimpi (cek aing ngimpi) nan ada dalam hayati kita, yakni hanya sementara.
Begitu juga dengan berbagai estetika duniawi nan dalam puisi bahasa Sunda ini nan digambarkan pada larik / geulis kabina-binaditepungan unggal wayah: cek aing werejit / . Larik tersebut mengandung arti bahwa hanya akan membawa manusia pada kegalauan duniawi nan direpresentasikan oleh larik berikutnya, yakni / nyarita soranganditataan di rs jiwa: cek aing eling /.
Pada akhirnya, puisi bahasa Sunda ini membawa pembaca pada pemaknaan sesungguhnya mengenai kehidupan nan tak dapat disamakan dengan hal-hal duniawi lainnya // beda jeung nu lian / diguliksek dina kamus //. Larik tersebut berarti bahwa kemampuan ibadah manusia (diwakili oleh larik cek aing ibadah ) kepada Tuhan nan menciptakan alam ini (diwakili oleh larik itunganana: Gusti ).
Puisi Bahasa Indonesia - Perkembangan Puisi Bahasa Sunda
Selain nilai-nilai religiusitas, puisi bahasa Sunda juga mengandung makna bukti diri sosial nan mengidentifikasi pembaca atau pembacaannya ke dalam wilayah lokal Sunda. Dengan bahasa nan hanya dimengerti oleh orang-orang nan memahami bahasa Sunda, puisi bahasa Sunda menjadi sangat tertentu sehingga posisinya dapat dikatakan setengah kondusif setengah tidak. Artinya, jika semakin hari semakin banyak orang mengenal budaya Sunda, maka semakin banyak pula orang nan mengenal bahkan menganalisis puisi bahasa Sunda sebagai nilai-nilai arif budaya lokal.
Akan tetapi, jika arus globalisasi kian menjauhkan manusia (khususnya masyarakat Sunda dan umumnya masyarakat Indonesia) dari martabatnya sebagai manusia berkebudayaan lokal, maka kemungkinan besar puisi bahasa Sunda akan tetap di posisi semula. Bahkan lebih ekstrim lagi, masyarakat Sunda sendiri tak mengenalnya sebagai salah satu artefak budaya Sunda.
Oleh sebab itu, modernisasi nan membawa peradaban sebaiknya disejajarkan dengan kebudayaan nan telah ada sejak dulu sehingga nilai-nilai di dalamnya tak semakin merosot hanya sebab peradaban semu nan datang melalui peradaban. Puisi bahasa Sunda perlu dikaji lebih sering lagi oleh pakar-pakarnya dengan menitikberatkan proses pembacaan sehingga intensitas pembacaan bisa membantu pemahaman para pembaca puisi tersebut.
Salah satu solusi nan dapat diikutsertakan dalam proses perkembangan puisi bahasa Sunda ini ialah dengan memasukkan pelajaran bahasa Sunda sebagai kurikulum wajib dalam pendidikan sekolah (SD sampai SMU). Dengan demikian, proses marjinalisasi budaya nan dilakukan peradaban terhadap puisi bahasa Sunda bisa diminimalisasi.
Hal itu sebab generasi bangsa berikutnya (yang mengenyam pendidikan kurikulum wajib berbahasa Sunda) akan semakin sadar bahwa mempertahankan kebudayaan lokal di Indonesia sama halnya dengan mempertahankan bagian dari jati diri bangsa nan kian lama semakin digerogoti oleh modernisme.
Pola-pola tradisional nan direfleksikan puisi bahasa Sunda pun sebaiknya dijelaskan sebagai bentuk moral nan diajarkan oleh para leluhur (masyarakat Sunda terdahulu) mengenai bagaimana cara menghargai nilai-nilai Ilahiah dalam hayati ini. Bagaimana pula mempertahankannya sebagai bagian dari hayati kita sebagai makhluk Tuhan.
Selain bisa memperkuat pencerahan masyarakat akan pentingnya puisi bahasa Sunda dalam perkembangan budaya Sunda, hal itu juga mampu menjadikan pencerahan manusia terhadap norma-norma kehidupan semakin tinggi. Dengan begitu, diharapkan taraf kerusakan moral di era globalisasi ini pun dapat semakin diminimalisasi.
Kecintaan terhadap sastra Sunda, khususnya puisi Sunda pun harus tetap dijaga. Siapa lagi nan dapat menjaga keeksisan sastra bahasa Sunda selain masyarakat Sunda sendiri. Penerapan pelajaran Bahasa Sunda sebagai kurikulum wajib dalam pendidikan sekolah seperti nan sudah dibahas sebelumnya merupakan salah satu langkah konkret dalam menjaga kelangsungan sastra Sunda, khususnya puisi bahasa Sunda.
Anda suka dengan puisi bahasa sunda? Jika ya berarti Anda termasuk orang nan mencintai bahasa Sunda. Bahasa daerah merupakan kekayaan nan tidak ternilai harganya, sebagai kearifan lokal nan harus di jaga kelestariannya. Salah satu bentuk mencintai kearifan lokal di tataran Sunda ialah dengan puisi bahasa Sunda. Membuat puisi bahasa Sunda tidaklah sulit, asal kita pintar mengolah kata dan tentunya menguasai bahasa Sunda dengan baik dan benar.
Membuat puisi dengan menggunakan bahasa daerah lebih mengena dari pada dengan bahasa Indonesia. Terutama bagi anggota kelompok pengguna bahasa daerah tersebut. Tak terkecuali dengan puisi bahasa Sunda. Puisi bahasa Sunda merupakan salah satu bentuk karya sastra mengandung makna nan indah, lewat rangkaian syair kata pilihan.