Indonesia lawan Malaysia
Konflik antar negara pernah dialami oleh beberapa negara. Biasanya, negara nan terlibat konflik saling berebut wilayah, konkurensi perbatasan, masalah kebijakan politik, dan lain sebagainya. Beberapa negara bahkan sampai ada nan terlibat perang. Namun, tak sedikit nan menempuh jalan obrolan dan berujung kesepakatan bersama. Lamanya konflik nan terjadi antar negara pun beragam. Ada nan hanya dalam hitungan bulan, sampai ada nan berpuluh-puluh tahun belum terselesaikan.
Palestina lawan Israel
Konflik antar negara Palestina dan Israel merupakan salah satu contoh konflik nan berlangsung sangat lama. Konon, konflik ini begitu sensitif dibicarakan internasional sebab nan terlibat ialah negara berpenduduk Yahudi dan Islam. Namun, sebenarnya, konflik ini murni masalah invasi satu negara, dalam hal ini Israel, terhadap negara lain, yaitu Palestina.
Jika membahas konflik Palestina-Israel, sebenarnya perjalanannya sangat panjang. Konflik ini tak hanya melibatkan dua negara, namun juga menyeret beberapa negara Arab dan Eropa dalam kubangan perang.
Pada 1897, diadakan Kongres Zionis pertama oleh Theodore Hrzl di Swiss, nan menjanjikan tanah air bagi bangsa Yahudi. Saat itu, selama ratusan tahun, bangsa Yahudi terpencar di berbagai negara Eropa.
Pada 1917, Menteri luar negeri Inggris, Arthur James Balfour mengadakan Deklarasi Balfour, nan mengatakan bahwa Inggris akan mempertegas pemukiman Yahudi di Palestina dan akan membantu pembentukan tanah air mereka. Perserikatan Bangsa-bangsa (LBB) memberi mandat kepada Inggris buat menguasai Palestina.
Pada 1936 sampai 1939, terjadi revolusi Arab nan dipimpin Amin Al-Husseini. Ratusan orang Yahudi terbunuh, sekitar 5.000 orang Arab tewas, sebagian orang Inggris pun terbunuh. Pada 1947, PBB merekomendasikan pemecahan wilayah di Palestina menjadi dua negara, Arab dan Israel.
Pada 14 Mei 1948, para pemukim Yahudi memproklamasikan kemerdekaan Negara Israel. Mereka melakukan serangan bersenjata kepada rakyat Palestina. Rakyat Palestina mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir, dan lain-lain. Pecah perang antara Israel dan negara-negara Arab. Namun, Israel dengan mudah menguasai daerah Arab Palestina.
Pada 1956, Israel nan dibantu Inggris dan Prancis mengerang Sinai buat menguasai Terusan Suez. Pecahlah perang di sana. Pada 1964, pemimpin Arab mendirikan Palestine Liberation Organization (PLO). Dengan terbentuknya PLO, urusan Palestina menjadi urusan dalam negeri negara itu. Pada 1967, Israel sukses menguasai Sinai, Jalur Gaza, dataran tinggi Golan, Tepi Barat, dan Yerusalem.
Selama beberapa tahun Israel dan negara-negara Arab terlibat perang. Pada 1968, Palestina menuntut pembekuan Israel. Pada 1970, terjadi Perang Yom Kippur. Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan di hari puasanya Yahudi, Yom Kippur.
Pada 1978, Mesir dan Israel menandatangani Perjanjian Camp David nan diprakarsai AS. Dalam perjanjian ini, swatantra terbatas kepada rakyat Palestina di daerah-daeran pendudukan Israel dijanjikan. Pada 1980, Yerusalem secara sepihak diklaim sebagai ibukota Israel.
Pada 1987, gerakan intifadhah (perlawanan dengan batu oleh penduduk Palestina nan ada di daerah dominasi Israel) pertama terjadi atas prakarsa HAMAS. Pada 15 November 1988, diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibukota Aljazair. Yerusalem Timur ditetapkan sebagai ibukotanya dan Yasser Arafat ditunjuk sebagai presiden.
Sebenarnya, masih sangat panjang konfik ini terjadi. Namun, klarifikasi tadi mungkin sudah menyiratkan bagaimana sesungguhnya konflik dua negara berawal. Warta paling baru, masih segar dalam ingatan kita, pada akhir 2008, Israel menyerang habis-habisan Jalur Gaza. Sebelumnya, sudah terjadi agresi kecil-kecilan antara Israel dan Palestina di sekitar Jalur Gaza.
Korea Utara lawan Korea Selatan
Sekitar 60 tahun lalu, tepatnya 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, perang Korea Utara lawan Korea selatan pecah. Perang ini didukung oleh dua blok pada masa Perang Dingin nan saling berseberangan, Blok Timur di pihak Korea Utara dan Blok Barat di pihak Korea Selatan.
Awalnya, Korea merupakan negara nan bersatu. Namun, terjadi pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan sejak kemenangan Sekutu di Perang Global II sehingga terjadilah konflik antar negara ini.
Dalam proposal nan ditolak hampir seluruh bangsa Korea, Amerika perkumpulan dan Uni Soviet sepakat buat sementara menduduki Korea sebagai wilayah perwalian, setelah Jepang sukses dipukul mundur. Perwalian ini bertujuan buat mendirikan pemerintahan sementara Korea nan menjadi bebas dan merdeka pada waktunya.
Meski pemilu dijadwalkan, nyatanya dua negara super power itu mendukung dari belakang pemimpin nan berseberangan di Korea, dan terbentuklah Korea Utara dan Korea Selatan nan masing-masing mengakui kedaulatan Semenanjung Korea.
Pada perang Korea pertama, Korea Selatan mendapat dukungan dari Amerika Perkumpulan dan Sekutunya. Sedangkan Korea Utara didukung oleh Uni Soviet dan Sekutunya. Mereka membantu menyediakan berbagai peralatan militer dan pasukan.
Pada 27 Juli 1953, Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara menandatangani gencatan senjata. Presiden Korea Selatan ketika itu menolak menandatangani gencatan senjata, tapi menghormati kesepakatan tersebut. Namun, nyatanya dua negara nan berseberangan halauan politik ini masih bersitegang sampai sekarang.
Pada 26 Maret 2010, kapal perang Korea Selatan tenggelam. Korea Selatan curiga pada Korea Utara. Dan pada 24 November 2010, Korea Utara melakukan agresi alteleri ke Pulau Yeonpyeong nan merupakan markas militer Korea Selatan.
Namun, sejak 1950, perang terbuka tidak pernah terjadi. Dua negara nan saling bersitegang ini hanya melemparkan statement “menyindir” antar negara dan terjadi konflik kecil-kecilan. Perang, nan dapat dibilang “perang terselubung” antara Amerika perkumpulan dan Rusia ini. Sebenarnya bukan hanya masalah disparitas halauan politik, namun masalah utamanya sebab adanya kesenjangan antara Korea Selatan nan lebih maju dan Korea Utara nan termasuk miskin.
Indonesia lawan Malaysia
Indonesia pun pernah terlibat konflik dengan Malaysia. Masalah Indonesia dan Malaysia biasanya terjadi dampak konkurensi wilayah perbatasan. Konflik negara serumpun ini sebenarnya sudah terjadi pada masa Presiden Soekarno.
Ketika itu, Soekarno mengecam pendirian negara Malaysia oleh Inggris nan dinilai sebagai negara nekolim (neo kolonialisme dan imperialisme) sampai terjadinya perang terbuka. Perang tersebut diakhiri dengan Konferensi di Bangkok pada 28 Mei 1966.
Boleh dikatakan, sampai saat ini Malaysia dan Indonesia masih berkonflik, berkaitan pelanggaran perbatasan dan klaim Malaysia atas beberapa kepulauan Indonesia.
Pulau nan pernah menjadi persengketaan, yaitu Pulau Sipadan, Ligitan, Ambalat, dan Jemur. Malaysia pun kerap mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaannya. Dan pelanggaran perbatasan sering terjadi di wilayah terluar Kalimantan dan perbatasan laut.
Pada 2008 saja terjadi 16 kali pelanggaran wilayah udara di Kalimantan Timur, dua kali di Papua, dua kali di Selat Malaka, dan tujuh kali di wilayah lainnya. Pemindahan patok batas di wilayah Kalimantan Barat juga pernah terjadi.
Berita terbaru, pada 2011 terjadi insiden di perairan Selat Malaka nan dilakukan oleh dua kapal nelayan berbendera Malaysia. Malaysia pun sering membuat provokasi dengan manuver kapal perang dan pesawatnya di wilayah Indonesia.
Thailand lawan Kamboja
Konflik antara negara berikutnya terjadi antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini terjadi sebab perebutan wilayah di sekitar Candi Preah Vihear nan letaknya di Provinsi Preah Vihear, Kamboja, dan distrik Kantharalak, Thailand. Kamboja mengklaim sekitar Candi Preah Vihear sebagai wilayahnya berdasarkan peta tahun 1907 protesis Prancis. Thailand mengklaim wilayah itu dengan peta protesis 1904. Di sini terjadi disparitas pendapat.
Dari sisi sejarah, Kamboja mengatakan kalau Candi Preah Vihear dibangun Raja Kamboja dari Suku Khmer. Sementara Thailand mengatakan wilayah sekitar candi bukan miliki siapapun, sebab daerah perbatasan dibuat di zaman kolonial Prancis secara sembarangan.
Thailand mengatakan, walau candi itu dibangun oleh Raja Kamboja, tapi bangunan itu menjadi loka ibadah masyarakat sekitar. Pada 1962, mahkamah internasional sudah menetapkan candi itu sebagai milik Kamboja, namun wilayah di sekitarnya tak ditetapkan kepemilikannya. Karena dasar itu Kamboja dan Thailand mengkalim wilayah sekitar candi sebagai wilayah kedaulatan mereka.
Konflik ini berujung perang terbuka pada 2008. Kedua negara penempatkan pasukannya di sekitar wilayah candi dan terjadi tembak menembak. Pada Agustus 2010, kedua negara menyepakati gencatan senjata. Namun pada 4 sampai 6 Februari 2011, kembali terjadi tembak menembak. Standar tembak itu menghabiskan 8 pasukan Thailand, sembilan pasukan Kamboja, dan seorang warga sipil Thailand.
Sebenarnya masih banyak kasus konflik antar negara di global ini. Namun, dari kasus-kasus nan disebutkan tadi, mungkin sudah menggambarkan semua itu. Konflik antar negara sebenarnya dapat diselesaikan secara damai, tanpa peperangan nan banyak merugikan dua negara atau lebih. Tapi, hal ini perlu jiwa besar para pemimpinnya dan Norma saling menghormati sesama manusia.