Puisi-puisi Perjuangan Itu
Chairil Anwar merupakan salah seorang penyair terkenal nan cukup banyak menulis sajak-sajak perjuangan bangsa Indonesia. Melalui puisi-puisinya, Chairil Anwar mampu merekam setiap fakta sejarah nan terjadi secara momentum. Chairil Anwar bagai melukis sebuah kisah dalam alur sajak yang latif dan menggebu. Ia bagai seorang pelukis Raden Saleh nan mampu dengan luar biasanya mendeskripsi keadaan nan sebenarnya. Ia mampu membuat orang lain melihat apa nan terjadi pada saat itu. Puisi perjuangan karya Chairil Anwar bagaikan satu rekam jejak nan tidak boleh hilang apalagi dilupakan. Oleh karenanya, semua puisi itu harus dikumpulkan dan sering diapresiasi agar generasi sekarang dan nan akan datang tahu bagaimana makna perjuangan itu dilakukan.
Perjuangan nan Harus diHargai
Tak mudah menghargai satu perjuangan. Terkadang malah perjuangan itu terlupakan begitu saja. Ketika apresiasi terhadap sesuatu itu tak diajarkan dari kecil, maka ketika dewasa akan sulit memberikan penghargaan kepada orang lain. Akan dengan semena-mena memperlakukan hasil dari satu perjuangan. Betapa kerdilnya jiwa nan tidak dapat memberikan penghargaan kepada apa nan telah diupayakan oleh orang lain. Lebih kerdil dan bahkan licik orang nan merampas hasil dari perjuangan nan tidak mengenal lelah itu. Lebih tidak berperikemanusiaan bila pendidikan gagal memberikan pengertian kepada anak didik betapa hayati ini akan lebih berarti ketika mampu menghargai orang lain.
Puisi perjuangan karya Chairil Anwar ialah salah satu warisan nan indah. Bahkan bukan saja warisan nan indah. Puisi-puisi itu memberikan pengertian dan wawasan bagaimana para pejuang tidak dapat disebutkan namanya satu-satu itu telah merelakan apapun nan mereka punyai buat terus maju dan melangkah demi kemerdekaan negara nan begitu dicintainya. Mereka tidak peduli walaupun harus mati. Dalam kematiannya mereka tahu bahwa mereka akan dapat merasakan kebahagiaan orang-orang nan ditinggalkannya. Apalagi mereka pun mendapatkan senang nan hakiki dari Sang Khalik sebab memperoleh pahala syahid. Inilah balasan nan setimpal pada orang nan telah berjuang.
Tuhan nan maha kuasa saja memberikan penghargaan kepada umat-Nya nan telah melakukan perbuatan baik. Mengapa manusia nan penuh kelemahan malah tak mau melakukannya. Betapa sombongnya manusia nan tak peduli dengan apa nan telah diperjuangkan orang lain buat kehidupannya. Ungkap terima kasih pun tidak terdengar. Apalagi bila sampai merampas hasil dari perjuangan itu. Tidak salah kalau Tuhan akan menghukum berat orang telah mengambil atau merampas dengan paksa dan membuat manipulasi data tentang orang lain demi mendapatkan harta atau apapun milik orang tersebut.
Manusia serakah dan hanya mementingkan kepentingan sendiri niscaya tak akan berhenti mengambil hak orang lain. Hidupnya pun tak menjadi berkah. Keberkahan hayati salah satunya didapatkan bila mampu menghargai barang orang lain. Begitu pun dengan menghargai apa nan telah dibuat oleh Chairil Anwar artinya juga memberikan penghormatan kepada para pejuang termasuk Chairil Anwar sendiri. Kalau tak ada seorang penyair seperti Chairil Anwar, bangsa ini mungkin tak akan mampu memahami betapa hebatnya perjuangan pada saat itu.
Puisi-puisi Perjuangan Itu
Sebut saja puisinya nan berjudul Diponegoro, Karawang-Bekasi, Prajurit Jaga Malam dan sebagainya. Puisi-puisi ini ditulis menyuarakan dan mendeskripsikan masa-masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Puisi-puisi itu juga banyak kita temukan dalam buku-buku pelajaran kurikulum formal. Pemasukan puisi-puisi tersebut dalam kurikulum sekolah tak lain sebagai bentuk pendidikan kepada para calon penerus perjuangan bangsa agar paham bahwa sebelum mereka dilahirkan, ada banyak orang nan wafat dalam merebut kemerdekaan. Bila tak ada orang-orang nan berjuangan melawan penjajah itu, otomatis saat ini keadaan mereka tidak akan senyaman itu.
Nilai-nilai patriotisme perjuangan dalam setiap puisi nan ditulisnya menjadikan karya-karya penyair angkatan ’45 ini dijadikan sebagai acum nilai moral bagi para anak didik di bangku kurikulum formal. Amanat nasionalisme dan semangat perjuangan cukup kental disuarakan oleh Chairil Anwar dalam puisi-puisi perjuangannya. Anak-anak akan dapat merasakan betapa semangat berjuang itu harus terus dikobarkan. Ketika jiwa dan raga merasa lelah, suara lantang Chairil Anwar dalam menyuarakan semangat buat menang, telah membuat para pejuang bangkit lagi dan mereka maju terus menggempur para penjajah itu.
Apa pentingnya melakukan apresiasi terhadap puisi perjuangan nan dibuat oleh seorang Chairil Anwar? Di sinilah fungsi sastra secara universal itu muncul. Melalui apresiasi karya-karya puisi Chairil Anwar, pembaca akan menemukan spirit perjuangan membela tanah air nan cukup berkesan. Semangat itu dapat diaplikasikan dalam keadan nan alin. Misalnya, para atlit nan berlag ademi nama harum bangsa, mereka akan dengan segenap kemampuannya berusaha memberikan nan terbaik kepada bangsanya.
Memberi motivasi semangat perjuangan membela tanah air ternyata tidak hanya akan kita rasakan saat mempelajari ilmu sejarah, namun juga dapat kita temukan pada puisi perjuangan nan dibuat oleh Chairil Anwar. Generasi muda membutuhkan proses penanaman rasa cinta pada tanah airnya. Membaca puisi ini seakan menyadarkan diri bahwa betapa beratnya perjuangan melawan penjajah itu. Kematian di mana-mana membuat rakyat Indonesia malah semakin melawan.
Sastra menjadi salah satu lini nan cukup kuat buat menanamkan pendidikan cinta tanah air dan semangat patriotisme. Hal inilah nan ditunjukkan oleh Chairil Anwar melalui puisi-puisi perjuangannya. Puisi perjuangan nan diciptakan oleh Chairil Anwar merupakan bentuk rekam jejak sejarah nan akan abadi di masa nan akan datang. Orang boleh melupakan sebuah buku pelajaran sejarah, namun puisi akan selalu dibaca dan dikenang orang. Inilah salah satu upaya pendidikan moral melalui karya sastra puisi.
Jangan pernah meremehkan segala sesuatu nan menjadi karakteristik satu zaman termasuk sebuah puisi pendek nan ditulis oleh seseorang nan sangat penting. Puisi itu apapun bentuknya telah melalui satu pemikiran dan satu semangat nan mungkin tidak akan ditemui lagi pada zaman sekarang. Sulit membuat satu puisi nan mampu menggetarkan jiwa kalau tak mengalami sendiri satu peristiwa. Ruhnya seakan hilang. Beda kalau puisi itu dibuat dengan hati dan jiwa nan sebenarnya. Kata-kata nan tergores ialah tentang apa nan dirasakan, apa nan dilihat, dan apa nan memang terjadi pada saat itu.
Puisi Perjuangan Karya Chairil Anwar
Untuk lebih memahami apa nan telah digoreskan oleh Chairil Anwar, berikut ini beberapa contoh puisi perjuangan karya Chairil Anwar nan cukup populer dikenal pembaca. Puisi-puisi itu memperlihatkan apa nan sekiranya terjadi pada saat itu.
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hayati kembali
Dan bara kagum menjadi barah
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Versus banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat nan tidak dapat mati.
MAJU
Ini barisan tidak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hayati harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
KRAWANG-BEKASI
Kami nan kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak dapat teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah nan tak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding nan berdetak
Kami wafat muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa nan kami dapat
Tapi kerja belum selesai, belum dapat memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi ialah kepunyaanmu
Kaulah lagi nan tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang buat kemerdekaan kemenangan dan asa
atau tak buat apa-apa,
Kami tak tahu, kami tak lagi dapat berkata
Kaulah sekarang nan berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding nan berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
(1948)
Itulah di antara puisi perjuangan karya Chairil Anwar.