Kandungan Hajar Aswad
Hajar Aswad secara harfiah berarti batu hitam. Bagi kaum muslimin dan muslimat, Hajar Aswad memiliki nilai historis dan spiritual sebab bagian dari ritual ibadah haji nan harus dilaksanakan seperti telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Popularitas dan arti krusial Hajar Aswad bagi kaum muslimin, tidak akan pernah ada satu batu pun di global ini nan dapat menyamainya.
Hajar Aswad seperti diriwayatkan dalam beberapa hadits merupakan batu nan berasal dari surga. Belakangan beberapa peneliti mulai memeriksa sebenarnya Hajar Aswad itu jenis batuan apa. Ada nan menduga Hajar Aswad ialah homogen batu meteorit. Dalam teks Islam sendiri tidak dijelaskan batuan jenis apa sebenarnya Hajar Aswad ini selain dikatakan bahwa homogen batuan nan berasal dari surga.
Hajar Aswad tetap menjadi pusat perhatian kaum muslimin di seluruh global terutama nan sedang melaksanakan ibadah haji atau melakukan ibadah umroh.
Hajar Aswad pertama kali diletakkan di Ka’bah oleh Nabi Ibrahim as. Dibanding bebatuan lain nan ada di global ini, Hajar Aswad memang memiliki karakteristik nan berbeda, di antaranya waktu ditemukan batu ini dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun berdasarkan beberapa keterangan, makin lama sinar dari Hajar Aswad ini makin meredup bahkan berubah rona menjadi hitam seperti kedaan sekarang ini.
Selain itu Hajar Aswad juga mengeluarkan aroma wangi nan khas dan tidak ada aroma lain nan menyamainya di global ini. Berdasarkan sebuah hadits nan diriwayatkan oleh Tirmidzi, dijelaskan tentang perubahan rona dari Hajar Aswad ini. Hadits tersebut berbunyi bahwa ketika Hajar Aswad turun, keadaannya masih putih lebih putih dari susu, lalu ia menjadi hitam dampak dosa-dosa anak Adam.
Hajar Aswad kini diletakkan di bagian tenggara Ka’bah atau titik pertama dimulainya tawaf dan setiap kaum muslim nan melaksanakan ibadah haji maupun umrah, selalu berusaha buat mencium setidak-tidaknya melambai ke arah batu ini, buat mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw.
Hajar Aswad sekarang ini terdiri dari delapan keping nan kemudian diikat dengan lingkaran dari perak. Karena monoton dicium dan diusap oleh milyaran orang secara terus-menerus, Hajar Aswad terlihat semakin mengkilat.
Sejarah Hajar Aswad
Dalam sebuah hadits benar dijelaskan tentang Hajar Aswad dan batu nan terdapat di makam Nabi Ibrahim as berasal dari batu surga, kalau saja tak sebab sentuhan dosa manusia, batu tersebut akan mampu menerangi timur dan barat.
Menurut salah satu sumber nan berasal dari Siti Aisyah ra nan mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, peganglah Hajar Aswad ini sebelum diangkat dari bumi. Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu nan keluarga dari surga maka akan kembali ke surga sebelum kiamat.
Dalam waktu cukup lama Hajar Aswad pernah terkubur oleh pasir, namun suatu hari ketika Nabi Ismail as sedang mencari bebatuan buat menutupi dinding ka’bah, Hajar Aswad secara ajaib ditemukan kembali. Tentu saja dengan ditemukannya kembali Hajar Aswad tersebut, Nabi Ibrahim as nan sedang mencarinya benar-benar sangat bahagia. Untuk mengekspresikan kegembiraannya, tidak henti-henti beliau mencium Hajar Aswad tersebut.
Tentang Hajar Aswad ini ada peristiwa krusial nan terjadi pada tahun 16 sebelum hijrah, berkaitan dengan peristiwa perbaikan Ka’bah nan dilakukan oleh suku Quraisy nan terdiri dari empat kabilah. Setelah perbaikan selesai, selama lima hari lima malam mereka saling ngotot sebagai pihak nan paling memiliki hak buat memindahkan Hajar Aswad.
Pada saat kejadian gawat tersebut muncul Abu Umayyah bin Mughirah al-Mukhzumi dan memberi jalan keluar buat menengani ketegangan. Menurut Abu Umayyah, buat memutuskan kabilah mana nan berhak mengangkat Hajar Aswad ke tempatnya, lebih baik meminta pendapat dari orang nan pada hari itu pertama kali masuk ke loka tersebut.
Dan orang nan hari itu pertama masuk ke loka tersebut tidak lain ialah Muhammad bin Abdullah nan terkenal sebagai seorang lelaki nan jujur dan bersih. Orang-orang Mekkah pada saat itu menjulukinya sebagai al-amin.
Ketika ketegangan itu disampaikan kepada Muhammad bin Abdullah, beliau kemudian datang ke loka penyimpanan Hajar Aswad dan membentangkan sorban, lalu meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengahnya. Setelah itu kepada masing-masing kabilah, Muhammad bin Abdullah memerintahkan buat memegang masing-masing sudut sorban lalu mengangkatnya. Keempat kabilah itu secara bersama-sama menggotong Hajar Aswad ke loka batu mulia tersebut akan diletakkan.
Setelah sampai di tempatnya, keempat kabilah itu mundur dan memerintahkan Muhammad bin Abdullah buat memasang kembali Hajar Aswad di tempatnya. Tercapailah keadilan dan rasa puas dari keempat kabilah dan masing-masing merasa memiliki andil nan sama dalam urusan memindahkan Hajar Aswad, sehingga pertumpahan darah pun dapat dihindari.
Kandungan Hajar Aswad
Menurut seorang pakar geologi, Prior Hey dalam bukunya Catalog of Meteorites, menyebutkan bahwa Hajar Aswad kemungkinan besar merupakan meteorit sehingga dimasukkan ke dalam buku nan baru selesai disusun pada tahun 1953.
Sebenarnya pendapat Prior Hey tersebut tidak lain merupakan penegasan kembali pendapat Kahn, nan pada tahun 1936 nan telah meyakini bila Hajar Aswad merupakan meteorit jenis aerolit yakni bebatuan nan tersusun atas senyawa primer berupa besi dan nikel.
Pendapat ini dikuatkan oleh satu peristiwa dalam musim haji pada saat petir menyambar Ka’bah. Petir menyambar Ka’bah sebab kandungan besi pada Hajar Aswad ialah konduktor.
Namun pendapat ini bertolak belakang dengan nan pernah dilakukan oleh Gubernur Mekkah Abdullah ibnu Akim nan pada tahun 950 pernah menguji batu-batu homogen dengan Hajar Aswad. Batu-batu nan diduga dicuri oleh salah satu sekte nan berkembang pada saat itu, kemudian diuji. Batu tersebut ternyata tak dapat terbakar dan mengapung di dalam air.
Dari fenomena ini didapat konklusi bahwa Hajar Aswad dapat mengapung di dalam air menunjukkan berat jenis Hajar Aswad lebih kecil dibanding air, dan ketika tak mampu dipecahkan dan dibakar menunjukkan rendahnya konduktivitas termal Hajar Aswad. Sementara itu menurut pakar geologi lain, Farouk el-Baz, taraf kekerasan Hajar Aswad menujukkan angka 7 pada skala Mohs atau sebanding dengan batu permata.
Memang tak dipungkiri bila mengacu kepada hasil pengamatan foto, ada homogen meteorit nan memiliki densitar mendekati angka densitas Hajar Aswad, yakni meteor nan berasal dari komet. Namun di sisi lain meteorit nan berasal dari meteor komet ini terkenal ringkih sebab sebenarnya hanya tersusun dari gumpalan debu halus.
Dengan melihat sifat ini, tentu saja berbanding terbalik dengan Hajar Aswad nan menurut geolog Farouk el-Baz justru ukuran kerasnya setara dengan batu permata. Dengan demikian pendapat nan mengatakan bahwa Hajar Aswad merupakan homogen batu meteorit dengan sendirinya terbantahkan.
Tentang jenis batu apakah Hajar Aswad ini, pada 1980 seorang geolog sekaligus palaentolog nan berasal dari Swedia, Elsebeth Thomsen mengemukakan hipotesa tentang Hajar Aswad ini. Memang pengamatan Elsebeth Thomsen tak secara langsung. Ia meneliti Hajar Aswad sendiri.
Berdasarkan beberapa surat keterangan ilmiah tentang nan berkaitan dengan Hajar Aswad ini, Elsebeth Thomsen menduga bahwa Hajar Aswad merupakan jenis batuan nan terbentuk sebab terjadi suatu tumbukan benda langit dengan kecepatan sangat tinggi.
Pada saat terjadi benturan tersebut, benda langit nan bertubrukan tersebut mengeluarkan energi nan luar biasa besar dan kuat yakni setara dengan energi nan terjadi pada saat ledakan nuklir. Namun sebab bukan berdasarkan pengamatan dari Hajar Aswad secara langsung, hipotesa Elsebeth Thomsen tersebut gugur dengan sendirinya.