Perempuan dalam Islam

Perempuan dalam Islam

Bagaimana sebenarnya kedudukan perempuan atau muslimah dalam Islam? Perempuan memang telah menjadi sosok nan begitu istimewa. Ia memeiliki peran nan sangat penting di dalam masyarakat dan juga di dalam perkembangannya.

Banyak orang nan mencibir tentang kedudukan perempuan di dalam Islam. Karena memang terkadang terlihat bahwa perempuan memiliki kedudukan nan rendah dans ering direndahkan. Namun apakh memang sejatinya seperti itu? Apakah memang islam memandang rendah perempuan? Atau justru sebaliknya? Islam memberikan penghargaan nan paling tinggi bagi perempuan.



Perempuan Muslimah

Berdasarkan hadis nabi, perempuan ialah harta terindah di dunia, seolah semua makhluk nan hayati di loka fana ini berpusat kepadanya. Dengan estetika dan kelembutannya, perempuan memang memainkan peran krusial dalam kehidupan. Bahkan, dalam tataran tertentu, kehidupan sebuah kelompok dapat dilihat dari perempuan.

Jika perempuan tersebut baik dan diperlakukan dengan baik pula, kelompok tersebut, baik berupa keluarga (lingkup masyarakat terkecil) hingga negara (lingkup masyarakat terbesar), merupakan kelompok baik. Sebaliknya, jika perempuan merendahkan diri dan/atau direndahkan oleh kelompoknya, jelas kelompok tersebut sangat bermasalah.

Perempuan muslimah ialah perempuan islam nan selalu memegang teguh apa nan telah diajarkan di dalam agamanya. Mereka akan selalu tunduk dan patuh terhadap semua anggaran Islam. Ketundukan itu akan selalu ada di dalam kehidupannya, entah ia berperan sebagai seorang anak, istri atau pun seorang ibu. Entah ia ialah seorang nan menjadi pengatur rumah tangganya atau bahkan seorang nan menjadi salah satu anggota masyarakat. Perempuan muslimah akan selalu memperlihatkan keindahannya dan kemuliaanya.



Perempuan Zaman Jahiliyyah

Pada zaman Jahiliyyah, kedudukan perempuan sangat rendah. Hal ini dicatat oleh Bashiruddin Mahmud Ahmad dalam Riwayat Hayati Rasulullah SAW sebagai berikut.

"Wanita tidak mempunyai kedudukan dan hak dalam masyarakat Arab ini. Di antara mereka, ada nan beranggapan bahwa membunuh anak perempuan ialah perbuatan terhormat... Macam-macam cara dilakukan guna pembunuhan bayi perempuan itu, di antaranya mengubur hidup-hidup atau dengan jalan mencekik."

Jika orang tua pada jaman jahiliyah dulu mendapatkan bayi perempuan, tentu mereka akan merasa kecewa dan juga malu. Oleh karenanya, tentu mereka tidak segan buat membunuh atau pun mengubur hidup-hidup bayi perempuan mereka tersebut.

Pada zama jahiliyah dulu memang terkenal dengan sistem perbudakkannya. Para budak wanita tentu mendapatkan perlakuan nan sangat tak manusiawi dari para majikannya.



Perempuan dalam Islam

Islam memiliki terobosan krusial dengan menyerukan persamaan hak perempuan dan laki-laki. Misalnya, dalam menuntut ilmu, ada ucapan nabi, "Mencari ilmu ialah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah." Artinya, tak ada penguasaan lelaki terhadap pengetahuan atau upaya mengasingkan perempuan dari ilmu. Semua muslim setara di depan pengetahuan. Kasus tersebut hanyalah sebuah contoh.

Dalam praktik sehari-hari, nabi begitu terbiasa menyayangi istri-istri beliau. Dalam Kimia Kebahagiaan, Al-Ghazali mencatat konduite nabi terhadap istri-istri beliau sebagai berikut, "Nabi Muhammad SAW sendiri selalu menanggung dengan sabar tingkah laku istri-istrinya." Saking halusnya perangai nabi, istri-istri beliau dengan bangga mengisahkan hal ini kepada istri-istri sahabat sehingga istri para sahabat "iri".

Alkisah, suatu hari istri Umar bin Khattab marah dan mengomeli sahabat nabi tersebut. Melihat istrinya marah, padahal dalam adat Jahiliyyah sudah selayaknya istri tunduk buta pada suami, Umar berkata kepada istrinya, "Hai kau nan berlidah tajam, berani kau menjawabku?"

Istrinya Istri Umar menjawab, "Ya, penghulu para nabi lebih baik daripadamu, sedangkan istri-istrinya saja mendebatnya." Umar terperanjat mendengar ini. Ia buru-buru berkata, "Celakalah Hafshah jika ia tak merendahkan dirinya sendiri."

Maksudnya, sudah sepantasnya istri nabi sangat patuh kepada suami nan tak tega memarahi istri. Padahal, nyaris semua suami mudah membentak, memaki, atau kadang memukul istri pada zaman tersebut. Umar ingin agar Hafshah nan mendapat anugerah luar biasa, diperlakukan sang suami dengan begitu mulia, harus memperlakukan sang suami dengan cara lebih mulia lagi.

Oleh sebab itu, ketika bertemu Hafshah, Umar berkata, "Awas, kau jangan mendebat Rasul!" Konduite Nabi Muhammad SAW nan bertentangan dengan adat Jahiliyyah ini (dan kadang juga bertentangan dengan adat nan kita anut sekarang) menggambarkan betapa vitalnya masalah perempuan dalam sebuah umat.

Islam amatlah memberikan penghargaan nan sangat tinggi kepada seorang perempuan. Islam pun telah menghapuskan sistem perbudakan yleang dahulu ada di jaman jahiliyah.

Seorang budak wanita nan melahirklan anak dari majikannya, bisa dibebaskan oleh akannya tersebut. Dan anaknya tersebut bukanlah seorang budak melainkan manusia bebas.

Jika memang masyarakat saat ini memandang Islam sangatlah memandang rendah kepada kaum perempuan, tentu hal itu ialah sebuah kesalahan nan cukup besar. Karena memang Islam telah memberikan sebuah penghargaan nan begitu besar bagi seorang perempuan muslimah.a

Semua ini telihat dari sebuah pertanyaan seorang perempuan muslimah kepada Rasulullah dulu. Perempuan tersebut bertanya tentang bagaimana seorang perempuan bisa memasuki surganya Alloh sedangkan ia selalu berada di dalam rumah buat mengurusi rumah tangganya, anak nan ia punya, dan juga buat berbakti kepada suaminya.

Sedangkan pada saat itu pada itu banyak lelaki nan pergi ke medan jihad. Jika mereka meninggal dalam perang maka nan didapat ialah wafat syahid dengan segala keutamaannya. Dan bila para lelaki tersebut memenangkan peperangan, tentu kebanggaan dan harta rampasan peranglah nan didapat.

Mungkin pertanyaan nan terlontar dari perempuan tersebut juga dapat terpikirkan oleh banyak perempuan di masa sekarang ini. Terutama ketika Islam semakin terpinggirkan seperti saat ini. Banyak nan memandang Islam dengan sebelah mata sebab ada beberapa ajarannya nan tidak memihak kepada perempuan seperti halnya anggaran tentang bolehnya berpoligami di adalam islam.

Terlebih dalam Islam, perempaun hanya identik dengan tiga-M, yaitu masak, macak, manak atau masak, berdandan dan melahirkan anak. Itulah tiga peran nan banyak dikaitkan dengan keberadaan perempuan saat ini.

Masak, seorang perempuan identik dengan kegiatan nan ada di dapur. Seberapa tinggi pendidikan si perempuan, tetap saja ia akan kembali ke dapur. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan perempuan tidaklah begitu memiliki posisi nan penting. Segala aktivitas nan dilakukan di dapur ini ialah buat melayani suaminy dan juga semua anak nan ia miliki.

Macak, berdandan ini pun juga berkaitan dengan aktivitas perempuan dalam melayani suami dan membuat suaminya bahagia akan keberadaannya. Maka tidak mengherankan bila saat ini banyak sekali kita jumpai perempuan nan berdandan dengan semaksimal mungkin ketika berada di luar rumah.

Manak, aktivitas ini pun juga dianggap tidak menunjukkan betapa sangat berharganya seorang perempuan. Ketika ia telah menempuh pendidikan nan setinggi langit, lalu ia menikah dan punya anak, aktivitas kesehariaanya akan dipenuhi dengan urusan merawat dan membesarkan semua anak nan ia miliki. Semakin banyak anak nan ia miliki maka hidupnya akan semakin diributkan dengan aktivitas mengurusi anak ini. Perempuan dengan banyak anak dianggap tidak akan mampu mengembangkan dirinya dan karir di luar rumahnya.

Itulah pandangan tentang apa nan dianggap dari seorang perempuan. Namun apakah memang seperti itu? Ternyata tidak. Sungguh Islam telah benar-benar memuliakan perempuan.

Hal ini terlihat dari jawaban Rasul dari pertanyaan perempuan tersebut. Rasul menjawab bahwa segala aktivitas perempuan di dalam rumah yaitu mengurusi suami dan anak-anaknya memiliki pahala nan melebihi pahala nan dimiliki oleh para lelaki nan wafat syahid di jalan Alloh.

Tentu jawaban ini sangat menyenangkan hati perempuan nan bertanya tadi. Dan Rasul pun menyuruhnya buat kembali pulang serta menyebarkan warta tersebut kepada seluruh perempuan nan ada.

Walau pun aktivitas perempuan di dalam rumahnya buat mengurusi anak dan suami terlihat sepele dan sangat remeh namun sejatinya itu ialah jalan termudah bagi seorang perempuan buat mendapatkan surgaNya Alloh. Bahkan terdapat hadist nan menyatakan bahwa siapa pun perempuan nan menginginkan surga maka cukup baginya buat berada di dalam rumahnya mengurusi suami dan anaknya.

Islam sangat memuliakan perempuan dengan tetap menjadikannya tersimpan di dalam rumah buat suaminya seorang. Islam tak menjadikan perempuan buat berkeliaran di luar rumah melakukan aktivitas nan tak sepatutnya ia lakukan.

Itulah kedudukan perempuan muslimah di dalam Islam. Walau pun tidak banyak perempuan nan mengetahuinya. Namun sungguh, Islam telah memberikan posisi dan kedudukan nan mulia di sisi Alloh.