Viking Persib dan Bonek

Viking Persib dan Bonek

Viking Persib identik dengan suporter nan fanatik namun tak anarkis. Suporter anarkis terjadi di awal Februari 2012, masyarakat global terhenyak. Terjadi friksi berdarah antar suporter di stadion sepak bola Port Said, Mesir. Sebanyak 74 orang diberitakan tewas dan ratusan luka-luka. Peritiwa memilukan ini hendaknya jadi peringatan bagi para suporter di Indonesia. Viking Persib sebagai salah satu klub suporter terbesar di Indonesia, harus semakin mawas diri.

Memang, friksi atau kerusuhan antar suporter sepak bola di Indonesia, tak pernah sampai menimbulkan korban jiwa seperti kejadian di Mesir. Tapi, potensi buat terjadi peristiwa serupa tetap ada. Apalagi di negeri ini, selain Viking Persib, ada tiga klub suporter lainnya nan punya banyak anggota dan fanatik terhadap klub nan dibelanya. Klub itu ialah The Jakmania, Bonek, dan Aremania.



Kreatifnya Viking Persib

Sepanjang aplikasi perserikatan atau kompetisi sepak bola di Indonesia, bentrok antar suporter dari klub kerap terjadi. Viking Persib termasuk dalam daftar hitam klub suporter nan doyan melakukan tindakan anarkis. Sudah tidak terhitung kerugian materi sebab stadion atau wahana publik lainnya nan mereka rusak. Termasuk juga menimbulkan korban jiwa dalam bentuk suporter nan luka berat maupun ringan.

Bahkan pada kompetisi bola tahun 2008-2009, Viking Persib sempat terkena hukuman embargo memberikan dukungan bagi klub kesayangan mereka (Persib Bandung) ketika bertanding. Hal itu dikarenakan kerusuhan nan mereka untuk ketika Persib Bandung mengalami kekalahan. Viking Persib pun diidentikkan sebagai klub pembuat rusuh, pengacau serta pembuat onar dan banyak lagi gambaran negatif nan dilekatkan kepada klub dari Kota Kembang itu.

Tapi, itu hanya sekelumit paras buram dari keberadaan klub suporter nan para anggotanya disebut dengan nama Bobotoh. Viking Persib, meskipun sering dicitrakan negatif oleh banyak media massa, sesungguhnya ialah klub nan didirikan dengan antusias khas anak muda. Meluap-meluap dan sarat dengan energi kreativitas.

Lihat saja 'penampilan' mereka ketika mendukung Persib Bandung bermain. Sepanjang 2x45 menit, para Bobotoh tidak lelah bernyanyi dan memberikan dukungan semangat bagi Persib. Berbagai yel-yel kreatif pun mereka ciptakan. Dukungan semangat nan jika Persib Bandung menang, maka berpestalah para bobotoh (Viking Persib) dalam merayakannya. Namun bila Persib kalah, tak lantas pertandingan tersebut jadi rusuh.

Sebenarnya sangat sporadis suatu pertandingan nan ada Viking Persibnya maka berakhir dengan bentrok antar suporter. Hanya ada beberapa. Tapi oleh media, kasus kerusuhan nan sedikit itu selalu diangkat dan dibesar-besarkan (di blow-up ). Ini wajar-wajar saja mengingat sifat media nan memang mencari berita-berita seperti itu. Bad news is good news. Oplah atau rating meningkat. Laba finansial pun didapatkan.

Tapi, tak bagi Viking Persib. Cacat negatif sebagai tukang rusuh jadi inheren pada mereka. Sulit buat dihapus, seperti nan kini dipersepsikan oleh masyarakat. Dan menutupi kekreatifan mereka dalam memberikan dukungan bagi Persib Bandung.

Tingginya daya kreatif Viking Persib juga terlihat dari berbagai atribut dengan desain khasnya. Atribut-atribut seperti kaos, slayer, topi, bendera, jadi penanda bahwa mereka ialah Bobotoh, para pendukung setia dari Persib Bandung.

Perhatikan pula logo-logo dari Viking Persib. Selain jumlahnya nan beragam, secara kualitas pun desain logo nan dibuat sangat kreatif. Mencitrakan sebentuk karya seni nan layak diapresiasi. Bukan asal-asalan atau seadanya.

Untuk pemilihan nama dari Viking Persib, mencerminkan pula daya kreativitas pembuatnya. Diceritakan bahwa Viking Persib terinspirasi dari nama sebuah suku bangsa nan mendiami kawasan Skandinavia (Eropa Utara). Tidak hanya punya sifat nan keras dan berani, suku bangsa tersebut juga terkenal dengan kegigihan, kesolidan, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta bahagia menjelajah (berpetualang).

Sifat dari suku bangsa Viking dinilai tepat mencerminkan karakter dan semangat nan hendak ditonjolkan. Maka disepakati Viking Persib sebagai nama dari klub suporter pengusung Persib Bandung. Sangat kreatif dan filosofis bukan?



Viking Persib dan The Jakmania

Stigma negatif nan telah inheren pada Viking Persib juga dikenakan pada suporter klub sepak bola dari Jakarta, yaitu The Jakmania. Bila Viking Persib ialah pendukung loyal dari klub Persib Bandung, maka The Jakmania merupakan suporter fanatik dari klub Persija Jakarta.

Perseteruan akut antara dua klub papan atas Indonesia itu, juga berimbas pada perseteruan mendarah daging antara dua klub suporter mereka. Viking Persib dan The Jakmania ialah klub suporter nan jadi musuh bebuyutan sejak mereka didirikan. Permusuhan mereka bagaikan anjing dan kucing. Atau layaknya tokoh kartun Tom and Jery. Tidak pernah akur.

Hampir dapat dipastikan jika kedua klub (Persib Bandung dan Persija Jakarta) berjumpa di lapangan hijau, pertandingan panas nan menjurus pada permainan kasar sering terjadi. Begitu pula di bangku stadion loka duduk suporter kedua klub tersebut. Viking Persib dan The Jakmania akan saling perang yel-yel atau bentuk dukungan lainnya.

Apakah hanya itu saja nan terjadi? Tidak. Itu baru awal dari tindakan-tindakan lain nan menjurus pada penghinaan dan aksi anarkis. Mulai dari umpatan-umpatan kasar, caci maki, saling lempar botol plastik minuman hingga adu jotos di antara suporter Viking Persib dan The Jakmania. Hal tersebut lumrah terjadi.



Viking Persib dan Bonek

Siapa nan tidak kenal Bonek? Bukan hanya para penggila bola, masyarakat awam pun mengenal mereka. Sayangnya, Bonek identik dengan kelompok suporter nan menjadi dalang dari berbagai pengrusakan atau kerusuhan setelah pertandingan sepak bola.

Stigma negatif mereka sama seperti Viking Persib. Sama-sama klub suporter nan suka membuat rusuh. Bahkan, nama Bonek nan merupakan akronim dari 'Bondo Neka'; bagaikan cerminan konduite mereka nan berani tapi nekat. Tidak suka berpikir panjang ketika berbuat sesuatu.

Klub suporter pendukung setia Persebaya Surabaya itu, sebenarnya tak senegatif nan dicitrakan di masyarakat. Nasib Bonek sama seperti Viking Persib nan jadi buruk namanya sebab seringnya pemberitaan nan menyudutkan mereka. Setiap timbul kerusuhan di mana Viking Persib atau Bonek ada, maka niscaya merekalah nan dituding sebagai pelaku.

Ada memang kerusuhan sebab ulah mereka. Namun sering pula, kerusuhan terjadi bukan mereka sebagai penyebabnya tapi Viking Persib atau Boneklah nan dituduh. Bahkan, terdapat keyakinan di mana ada pertandingan nan ditonton Viking Persib atau Bonek, maka akan terjadi kerusuhan.

Tapi uniknya, interaksi Viking Persib dan Bonek terjalin oleh persahabatan nan erat. Tidak seperti interaksi Viking Persib dengan The Jakmania. Ada nan mengatakan bahwa Viking Persib dan Bonek dapat saling bersahabat sebab sama-sama merasa senasib. Yaitu mendapat perlakuan menyudutkan dari media massa bahwa mereka hanyalah sekelompok suporter nan miskin kreativitas. Bisanya hanya berbuat rusuh. Sangat sporadis sekali ada pemberitaan nan mengabarkan hal-hal positif dari mereka.

Selain itu, ada satu peristiwa ketika Bonek hendak mendukung Persebaya Surabaya di Senayan diserang oleh sekelompok suporter Persija Jakarta (The Jakmania). Saat itu, kebetulan ada bobotoh membantu para Bonek. Aksi saling tolong menolong itu pun berkembang menjadi ikatan persahabatan di antara kedua klub suporter terbesar di Indonesia itu.

Ungkapan nan mengatakan bahwa "musuhnya musuhku ialah temanku", berlaku dan terbukti pada Viking Persib dan Bonek. Mereka kini punya satu musuh bersama, yaitu The Jakmania.