HP Second nan Tak Berharga
Artikel ini akan membahas seputar HP second . Barangkali memang sudah nasibnya di global ini, kategori barang nan telah dibeli, dibagi menjadi dua. Pertama barang nan terpakai terus hingga dibuang ke loka sampah, nan ke dua ialah barang nan terpaksa dijual dan hanya mampir sebentar. HP second ialah benda nan ke dua.
Apalagi bila taraf persebaran HP tidaklah semerata semestinya. Di Indonesia, negeri nan dihujani majemuk produk impor gila-gilaan, dengan pasar nan loyalnya gila-gilaan juga. HP second ialah keniscayaan nan perlu.
Fenomena HP Second di Masyarakat Indonesia
Berbeda dengan nasib HP second di negara barat. Yang kebanyakan langsung di- rcycle , dan bila di- resale . Biasanya HP second nan masih punya daya jual tinggi, walau sporadis sekali barang di tangan orang barat terlepas, apalagi menjual HP di loakan, di- resale , paling banyak niscaya dikembalikan ke vendor masing-masing buat ditukar sejumlah uang ganjar, atau di- recycle sendiri.
Bagi mereka, ponsel hanya berharga bila berguna dan bermanfaat langsung, bukan menjadi totem persembahan dan kamar jin nan orangnya perlu berhenti sejenak dan menyebah muja muji. Tentu saja HP berharga, tentu saja HP ialah kritis penggunaanya di segala lini, sampai tukang becak pun perlu memilikinya, demi gerak pekerjaan. Istilah Hp second akan menjadi hal aneh bagi masyarakat luar negeri.
Tapi ada memang sebagian dari pasar Indonesia nan mengaggap HP itu sarang gengsi. Dan dampak gengsi mereka kena makan telak gengsi ke ulu hati, menjadikan apa nan seharusnya mereka pergunakan dan manfaatkan dengan baik, akhirnya penuh kesia-siaan. Hasilnya ialah tumpukan HP second, sebab pasar Indonesia nan membeli ponsel dalam suatu kwartal rupanya pembeli ekstrovert, mereka membeli buat menjajal, suatu kombinasi teknologi terbaru nan ditanamkan pada suatu HP.
Tidak heran HP masih bagus dapat lantas menjadi HP second di Indonesia. Lah wong baru sebulan sudah dilepas, barang nan semestinya dapat menemani hingga 4-7 tahun ke depan berdasarkan daya tahan dan fungsi teknologi, sebelum berganti out of date , hanya bertahan beberapa minggu di tangan pasar Indonesia.
Simak bahasa iklan di bawah ini :
TO De point aja gan mo jual hp titipan lg nehh, hp CDMA esia HUAWEI hidayah ONLINE II c-6110. Bentuknya qwerty, baru sebulan make. Body mulus mampus 99% mesin, batre agunan kuat 3 hari. Kamera, mp3 manteb masih segel dan garansi resmi. Ada slot memori micro sd. Kelengkapan, hp, charger, hadset, dusbuku. Gak dapet memori gan soalnya ga dapet dr beli baru dlu. Pic: mulus mampus, jual open 385.000 (harga baru masih 577-600an) nego tipis nawar di bawah 360 belum dapet gan.
Atau ini nan gawat..
JUAL: BB 9860 MONZA 99 %, Pemakaian kurang dari sebulan 11.15.2011 Jual BB 9860 Monza kondisi 99 % garansi BBM (blackberry mania), baru dipake beberapa hari gan, alasan jual mau ganti Dakota. Ane buka harga di 4.2 jt, ane buka harga segitu sebab ini bb baru dipake beberapa hari trus dah dipasangin anti gores sama silikon jadi boleh diadu mulusnya deh.
HP Second nan Tak Berharga
Harga HP second harganya selalu dipangkas jauh, bahkan kalau perlu digratiskan saja kepada fakir miskin. Mengapa benda nan seharusnya mobile (bukankah namanya itu mobile phone), dapat jadi HP second mudah di Indonesia, dengan mudah zap begitu saja, bagai global ini tengah dihuni para pesulap.
Padahal beberapa ponsel papan atas masuk kategori barang mewah dengan pajak nan tak sedikit, bahkan ada perang antara pemerintah dengan vendor, bahkan ada seludupan barang nan dijual lewat sentra tertentu, bahkan tak sedikit pula nan saling menginjak dan terinjak-injak sampai kelojotan hanya sebab mengantri HP baru nan sedang dijual setengah harga. Lalu tidak berapa lamu, HP tersebut berubah status menjadi HP second. Sungguh menggelikan.
Apakah trik membeli setengah harga itu buat lekas di jual sebagai HP second seperti iklan-iklan di atas, hanya Tuhan nan tahu, tapi kita dapat memahami suatu tambahan motif di sini.
HP second selalu terpangkas harga dan itu jelek buat bisnis dan citra. Seperti contoh, Samsung Monte nan iklannya saja seolah ekslusif, banyak membantu para penggunannya dengan kecanggihan. Namun, harga HP second dengan harga HP Samsung Monte nan baru benar-benar mencengangkan.
HP second bergelimpangan di pasaran mengacak-acak nilai sebenarnya. Di satu sisi memanjakan pasar buat mendapatkan atau lebih tepatnya memaksakan harga murah kepada para vendor, kepada barang nan baru saja dilepas, namun mengingat demand nan terus menerus tidakkah ini akan mengakibatkan inflasi pada produk mobile ini, nan pada akhirnya membuat sentra ponsel nan kini bertumbuhan hingga ke taraf kampung bangkrut?
Perputaran HP Second benar-benar muskil. Membuat Anda harus ekstra hati-hati pula buat mendapatkan sekadar ponsel alternatif, buat pegawai Anda, atau Anda sendiri. Kebiasaan pasar Indonesia berganti-ganti nomor ponsel juga suatu masalah lain nan membosting kenaikan jumlah item HP second.
Membeli HP second, pada akhirnya akan menjadikan Anda tersangka baru dari proses pemenuhan kebutuhan pasar nan rupanya masih terjaga. Di Indonesia, yakni Norma buat menjual barang setengah harga buat hambur-hamburan dan sampah lingkungan.
Baiklah Anda tak dapat pula disalahkan sepenuhnya, sebab memang itulah nan tersedia di pasar, dan HP second pun bagaimana pula masih dibutuhkan buat melakukan penetrasi handset nan masih belum merata di Indonesia.
Yang disesalkan ialah mereka nan menjadikan HP second demi membeli HP terbaru. Walau itu hak asasi toh, namun bijaksanalah, sedari awal buat menentukan handset mana nan perlu Anda pertahankan berlama-lama.
Persepektif ini pun membantu kita buat memahami kebutuhan nan lebih besar lagi dalam kasus ini, yakni kebutuhan ekologi, dan memahami bahwa janganlah Anda membuat para pengimpor asing menumpuki Indonesia dengan sampah plastik. Indonesia tak tepat di jadikan buat itu, alam kita begitu hijau. Jika Anda mau memperhatikan sejenak filosofi HP second nan sebenarnya. Yakni, menggunakan nan bekas, agar tak perlu membeli nan baru.
Bagaimanapun juga, kenyataan HP second telah menjadi sebuah kenyataan di masyarakat. Coba Anda jalan-jalan ke pusat perbelanjaan nan spesifik melayani jual beli alat komunikasi seperti handphone. Di sepanjang koridor toko, Anda akan menemukan banyak toko handphone nan memasang tulisan bernama iming-iming. "Dibeli tinggi HP second".
Bagaimana tak tergiur, terutama jika orientasinya ialah uang. Karena dengan uang itulah Anda berniat buat membeli HP baru. Sementara HP second, seolah Anda "hibahkan" kepada mereka nan berdompet lebih tipis.
Jika melihatnya secara kacamata sosial, HP second juga dapat dikategorikan sebagai kemerosotan cara pikir. Terutama bagi mereka nan menjual handphone nan baru dibelinya beberapa hari dengan alasan ingin memiliki handphone nan lebih baru dan canggih.
Mengikuti kemajuan IT, terutama dalam bidang pengayaan telepon genggam ini, pasti Anda tak akan mampu. Menyoal harga mungkin tak masalah bagi Anda nan berada, tapi ini lebih dari sekadar itu. Bahwa gaya hayati seperti itu, berganti ponsel setiap ada ponsel baru. Mengubah status HP baru menjadi HP second dalam hitungan hari, akan menggolongkan Anda menjadi korban dari kemajuan teknologi itu sendiri.