Proses Ibu Melahirkan

Proses Ibu Melahirkan

Sudah menjadi kodrat seorang perempuan buat menjadi jalan bagi keberlangsungan hayati dan keturunan keluarganya. Seorang perempuan sepanjang sejarah hidupnya akan menjadi ibu hamil kemudian ibu melahirkan dan berlanjut menjadi ibu nan menyusui dan mendidik anaknya. Ibu memegang peran krusial dalam segala sisi kehidupan. Ibu melahirkan menjadi isu nan paling sering dibahas dalam berbagai artikel kesehatan wanita.

Di Indonesia, Angka Kematian Ibu atau AKI menjadi indikator kesehatan wanita. Wanita nan dapat menjaga kesehatannya dapat diramalkan dengan lebih niscaya akan menjadi ibu hamil dan ibu melahirkan nan sehat. Hal ini juga akan mempengaruhi kesehatan sang buah hati. Maka dari itu, krusial memperhatikan kesehatan calon ibu melahirkan.



Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Angka kematian ibu melahirkan sedikit banyak dipengaruhi oleh rendahnya taraf pencerahan masyarakat terhadap kesehatan calon ibu nan akan melahirkan itu. Kebanyakan dari ibu melahirkan sebelumnya tak mempersiapkan dengan baik dirinya. Mereka kerap lupa akan asupan gizi nan cukup buat dirinya dan calon bayinya. Suami dan lingkungan juga kurang mendukung sehingga ibu melahirkan mengalami hambatan seperti pendarahan, infeksi atau bahkan aborsi.

Faktor penyebab lain kematian ibu melahirkan diantaranya latar belakang pendidikan calon ibu, lingkungan, sosial ekonomi keluarga, dan pemberdayaan perempuan nan tak begitu mumpuni. Pria sebagai suami nan tak terlalu berperan aktif dalam hal permasalahan bidang reproduksi juga dapat menjadi faktor pencetus kematian ibu melahirkan.

Menurut survey Angka Kematian Ibu Melahirkan nan diambil pada 2007 ialah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka nan cukup besar, bukan? Mereka membagi penyebab kematian ibu melahirkan dalam prosentase. Prosentase paling tinggi diduduki oleh pendarahan yaitu sebanyak 28% kemudian disusul oleh eklamsia atau keracunan kehamilan sebesar 24%, infeksi 11%, komplikasi masa puerpureum atau nifas sebanyak 8%, abortus atau keguguran sebanyak 5%, proses persalinan nan lama sebanyak 5%, emboli obstretiction atau tumpahnya air ketuban sebesar 3% dan faktor-faktor lain sebanyak 11%.

Faktor-faktor lain nan dapat mengancam nyawa ibu melahirkan diantaranya alat-alat persalinan nan kurang steril, tenaga medis nan tak siap dalam proses persalinan dan penanganan nan salah mulai dari kontraksi hingga proses lahir sang bayi.



Proses Ibu Melahirkan

Detik-detik menjelang ibu melahirkan ialah momen nan paling mendebarkan tak hanya bagi sang ibu tetapi juga bagi calon ayah dan keluarga besarnya. Bagaimana tidak, segala persiapan sudah dilakukan dari jauh-jauh hari bahkan mungkin sesaat setelah mendapat kabar positif hamil. Proses bagaimana ibu melahirkan nanti pun sudah dipikirkan matang. Melihat dari dana nan ada, calon ibu melahirkan dapat memilih proses melahirkan nan dirasa paling kondusif dan dapat dijangkau olehnya.

Bila dahulu ibu melahirkan hanya dapat melalui bidan atau dukun beranak secara normal, kini pilihannya semakin beragam. Ibu melahirkan dapat mengurangi rasa sakit dengan cara Caesar maupun water-birth atau melahirkan di dalam air. Namun, biasanya proses ibu melahirkan secara Caesar akan dilakukan dokter jika sudah sangat mendesak.

Proses ibu melahirkan secara normal terjadi melalui vagina. Gejala ibu akan melahirkan secara normal diantaranya ibu mengalami kontraksi rahim nan hebat dan teratur sakitnya, keluar lender bercampur dengan darah nan berasal dari vagina, dan kadang mengalami pecah ketuban, yaitu cairan dari vagina.

Dari pembukaan hingga melahirkan, ialah proses panjang nan melelahkan dan menyakitkan bagi sang ibu. Persiapan fisik dan mental sangat diperlukan buat dapat menghadapi proses melahirkan ini. Pasca melahirkan secara normal ini proses penyembuhannya terhitung lebih cepat dibandingkan melahirkan dengan operasi Caesar.

Pengambilan opsi buat menjalani operasi Caesar biasanya akan dilakukan jika ibu nan akan melahirkan mengalami beberapa hal nan tak memungkinkan melahirkan secara normal. Di antaranya rongga panggul ibu nan tak normal, bayi nan terlalu besar, air ketuban nan meracuni bayi, detak jantung bayi nan melemah, pre eklampsia dan plasenta previa.

Pre eklampsia ialah meningkatnya tekanan darah sang ibu nan diikuti dengan peningkatan kadar protein di dalam urine. Ini biasa terjadi pada ibu melahirkan. Gejala pre eklampsia di antaranya terjadi pembengkakkan pada kaki dan tangan di pertengahan usia kehamilan atau tidak sporadis pada awal masa kehamilan. Setelah pre eklampsia biasanya ibu akan mengalami fase eklampsia atau kejang-kejang nan dapat menyebabkan koma dan bahkan kematian pada saat proses atau usai melahirkan.

Penyebab primer pre eklampsia memang belum diketahui niscaya namun ada faktor-faktor pencetusnya nan dapat ditelusuri. Di antaranya:

  1. Kehamilan pertama nan membuat ibu melahirkan menjadi takut. Terutama jika calon ibu umurnya masih sangat muda. Wanita di atas usia 40 tahun juga dapat beresiko mengalami pre eklampsia .
  2. Adanya riwayat tekanan darah tinggi kronis sebelum kehamilan.
  3. Obesitas atau kegemukan.
  4. Adanya keturunan mengalami pre eklampsia dari ibu atau mungkin saudara perempuan.
  5. Memiliki penyakit eksklusif seperti kelainan ginjal, kencing manis dan lupus.
  6. Ibu mengandung lebih dari satu bayi.

Plasenta previa ialah keadaan dimana plasenta tertanam pada bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir nan disebut ostium utri internum. Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti. Meski begitu, ibu melahirkan bersama dokter nan menangani harus mewaspadai gejala plasenta previa seperti pendarahan tiba-tiba nan tanpa rasa sakit atau nyeri. Ada pula dokter nan berpendapat bahwa faktor-faktor berikut dapat jadi pencetus terjadinya plasenta previa :

  1. Usia kehamilan nan terlalu dini.
  2. Riwayat melahirkan dengan operasi Caesar sebelumnya.
  3. Ibu perokok.
  4. Gestasi nan terjadi berulang kali.
  5. Abortus atau keguguran.

Meskipun teknologi dan ilmu kedokteran telah berkembang pesat, melahirkan secara normal tetap menjadi pilihan nan bijaksana buat ibu. Banyak kegunaan nan dapat ibu melahirkan peroleh seperti proses penyembuhan usai melahirkan nan cepat, merasakan betapa hebatnya kekuatan ibu nan diberikan Tuhan dalam mengandung dan kemudian melahirkannya, dan mengurangi risiko sakit pasca melahirkan. Untuk melahirkan secara normal, ibu dapat mengikuti tips berikut:

  1. Peliharalah rasa nyaman dan santai.
  1. Hindari rasa takut nan berlebihan. Ingat risi dan takut malah akan memperburuk kondisi kesehatan ibu melahirkan.
  1. Alihkan pikiran ibu dari rasa sakit. Dengan berteriak, berongsang sambil memukuli suami atau orang nan ada di dekat ibu malah akan menguras tenaga.
  1. Jika rasa sakit tidak dapat ditahan lagi, carilah suami Anda dan genggam tangannya nan mungkin dapat sedikit mengurangi beban.
  1. Proses pembukaan dapat cepat dilakukan jika ibu mau berusaha menenangkan diri dengan jalan-jalan di sekitar ruangan.
  1. Putar musik atau lagu nan ibu suka, tentu saja nan membuat ibu rileks.
  1. Mengobrol dengan bayi nan ada dalam kandungan dapat sedikit membantu proses persalinan. Mintalah ia buat bekerja sama dan jangan membuat ibu merasa terlalu kesakitan.
  1. Beberapa hari sebelum hari lahir nan diprediksikan, sering-seringlah melakukan gerakan jongkok lalu berdiri secara teratur 10 – 20 kali sehari. Anda dapat memanfaatkan ujung loka tidur sebagai pegangan saat jongkok.
  1. Jangan lupa selalu berdoa.

Selamat melahirkan, Bu!