Hujjah Syiah Mengenai Hadits Imamah Ali Bin Abi Thalib
Apa itu Syiah ? Pertanyaan sederhana nan tak sederhana, sebab menyangkut pemahaman seseorang terhadap keyakinan. Dan masalah keyakinan termasuk ke dalam ranah nan sangat sensitif. Namun demikian sebagai keilmuan, kita tetap secara objektif dapat memandang masalah ini.
Syiah menurut kaidah bahasa berarti pengikut. Namun, terminologi syiah ini diartikan sebagai orang-orang memegang keyakinan sangat kuat bahwa hanya Rasulullah SAW nan berhak menentukan penerus selebaran Islam sepeninggalnya.
Sebagai sosok tunggal pemimpin politik sekaligus pemimpin agama, masalah kepemimpinan ini dianggap sangat sakral. Pergolakan dan perseteruan dalam menentukan siapa penerus setelah Rasulullah SAW wafat, menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah Islam.
Apa itu Syiah?
Ada nan menganggap bahwa syiah termasuk salah satu sempalan genre dalam Islam. Para pengikut syiah –yang hanya percaya kepada ahlul bait atau keluarga Rasulullah nan wajib menjadi pemimpin penerus setelah Rasulullah wafat– dalam pandangan nan mengartikan syiah sebagai sempalan tentu saja dianggap sebagai pakar bid'ah sesuatu nan menyimpang dari ajaran Rasulullah sendiri.
Kalau kemudian pengikut syiah ini dianggap sebagai pakar bid'ah, dengan kata lain sebagai sesat. Karena orang-orang nan senantiasa membeda-bedakan sebagai bid'ah dan bukan bid'ah, ujung-ujungnya meyakini mengikuti bid'ah sebagai sesuatu nan sesat.
Dalam bahasa Arab –seperti telah disebutkan di depan– syiah berarti pengikut atau pendukung dan pencita, juga bisa didefisikan sebagai kelompok. Jika berpatokan pada defisini secara harfiah ini, maka sesungguhnya seluruh umat muslim ialah Syiah Muhammad bin Abdillah SAW.
Kelompok-kelompok pecinta nan sering salah arti ini sebenarnya zaman Nabi SAW pun sudah mulai bermunculan. Mereka kelewat fanatik mengaku sebagai pecinta dan pengikut Rasulullah, namun mengabaikan hal-hal nan sebenarnya telah diatur demikian lengkap dan jelas dalam Islam.
Dalam salah satu ayat al-Qur'an, Allah Swt. berfirman nan artinya "Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok)."
Nabi Muhammad SAW melihat para kelompok pecinta nan fanatik tapi gelap mata ini sebagai bibit-bibit perpecahan. Oleh sebab itu segera dihilangkan, sehingga pada akhirnya dalam masyarakat tidak dikenal ada kelompok syiah begini dan syiah begitu. Namun demikian, sayangnya benih-benih perpecahan ini kembali lagi bermunculan setelah Rasulullah SAW wafat.
Dalam sejarah dicatat sebelum Abu Bakar as dibaiat sebagai khalifah, nan akan meneruskan kepemimpinan dalam Islam, muncul kelompok nan menginginkan Saad bin Ubadah sebagi khalifah.
Demikian pula ada kelompok lain nan mengusung Sayyidina Ali as dengan alasan Ali ialah keluarga dekat rasulullah atau ahlul bait. Tapi, setelah Sayyidina Ali sendiri baiat kepada Abu Bakar as, maka selesailah masalah kontradiksi itu. Sayyidina Ali meyakini masalah disparitas ini sebagai ranah politik dan bukan masalah aqidah.
Dewasa ini orang mengenal ada beberapa genre syiah, seperti Syiah Daidiyah, Syiah Imamiyah Itsna Asyariah, Syiah Ismailiyah dll. Namun nan paling populer ialah Syiah Imamiyah Itsna Asyariah, sehingga ketika kita menyebut kata Syiah, maka nan dimaksud ialah Syiah Imamiyah Itsna Asyariah.
Hujjah Syiah Mengenai Hadits Imamah Ali Bin Abi Thalib
Para pengikut Syiah suka mempelintir hadits-hadits nan mu'tabar (populer) nan berbicara tentang Ali bin Abi Thalib. Hadits-hadits tersebut dijadikan pegangan buat melegitimasi pemahaman mereka tentang imamah Ali bin Abi Thalib setelah Rasulullah Saw. Berikut ini penulis tampilkan hadisnya beserta kritikannya.
1. Rasulullah Saw.berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Anta minni kamanzilati Harun min Musa". Artinya, "Kedudukanmu di sisiku ialah seperti kedudukan Harun as. di sisi Musa as". (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain dikatakan, "Amma tardhaa an takuuna minni bi manzilati Harun min Musa illa annahu la nabiya ba'di". Artinya: "Apakah kamu tak rela, bahwa kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun as. di sisi Musa as. tapi (bedanya) tidak ada nabi setelahku".
DR. Amir al-Najjar berkomentar tentang hadits ini. Menurutnya, hadits ini telah menunjukkan kemuliaan Ali ra. dari sahabat nan lain – Sebagaimana doktrin Syiah- sehingga mereka berkata bahwa Ali ra. lebih berhak memegang jabatan sebagai khalifah ketimbang nan lainnya.
Rasulullah Saw. menuturkan hadits di atas disebabkan satu hal. Yaitu, ketika Rasulullah Saw. meninggalkan Ali ra. di kota Madinah buat berperang di perang Tabuk. Sedang Ali disuruh tinggal di Madinah buat memimpin masyarakat nan tinggal, tidak ikut berperang.
Ketika Ali ra. merasa dirinya disamakan dengan wanita, anak-anak dan orang nan lemah. Untuk menenangkan hati Ali ra., Rasulullah Saw. menyebutkan hadits di atas.
Sejatinya, tidak hanya Ali ra. sendiri nan tinggal di Madinah dan tidak ikut berperang, masih ada Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Sa'ad Ibnu Muadz, dan Ibnu Ummi Maktum.
Ternyata, ucapan hadits di atas bukan saja terjadi pada Ali ra. Pada Abu Bakar ra. dan Umar bin Khattab juga sama. Jika pada Abu Bakar, Rasulullah Saw. menyamakan dirinya dengan Abu Bakar bagaikan Ibrahim as. dengan Isa as. Sedangkan Umar bin Khaththab, disamakan Rasulullah dirinya dengan Umar ra. bagaikan Nuh as. dengan Musa as.
Hadist tentang Abu Bakar dan Umar tersebut diucapkan Rasulullah Saw. ketika mereka berdua berpendapat tentang para tahanan (tawanan) perang Badar. Abu Bakar ra. berpendapat mereka membayar fidyah , sedangkanUmar ra. berpendapat agar mereka semuanya dibunuh. (Lihat Kitab Syi'ah wa al-imamah 'Ali, Prof. DR. Amir al-Najjar)
2. Nabi Saw. juga bersabda, "Ali minni wa ana minhu". Artinya, "Ali ialah bagian dariku, dan saya ialah bagian darinya".
Hadits ini memang shahih apa adanya, namun Rasulullah Saw. berkata demikian bukan hanya kepada Ali bin Abi Thalib saja, kepada Abbas, paman Rasul Saw. juga (lihat Sunan Tirmidzi), Julaibib (lihat di Shahih Muslim) dan Bani Asy'ari (Lihat Shahih Muslim) juga mendapat pujian nan sama.
3. Rasulullah Saw. berkata tentang Ali di Perang Khaibar, "Laadfa' anna al-raayah ila rajulin yuhibullaha wa rasulahu wa yuhibbunallaha wa raasulahu". Artinya, saya akan memberikan panji (bendera) kepada seorang laki-laki (yang dimaksud ialah Ali) nan mencintai Allah dan rasul-Nya, Allah dan rasul-Nya pun mencintainya". (HR. Bukhari)
Yang menjadi hujjah kaum syiah melalui hadits ini ialah kata "rajulin yuhibullaha wa rasulahu wa yuhibbunallaha wa raasulahu'. Mungkin, kaum Syiah lupa, cukup banyak keterangan al-Qur'an dan hadits bahwa Allah dan rasul-Nya mencintai selain Ali bin Abi Thalib.
4. Nabi Saw. bersabda, "Ana madinatul 'ilmi wa 'Ali babuha,fa mana aradal 'ilma fal ya'ti al-baba". Artinya, saya gudangnya ilmu dan Ali bin Abi Thalib pintunya, siapa nan ingin mendapatkan ilmu, maka laluilah pintunya".
Hadits ini tak terlepas dari kritikan para ulama hadits. Dr. Amir al-Najjar mengtakan kebanyakan ulama Hadits nan bisa dipercaya, menerangkan hadits ini ialah palsu. Ibnu Jauzi berpendapat bahwa hadits ini ialah maudhu'. Sedangkan Ibnu Taimiyah mengatakan, hadits ini dibuat oleh kaum zindiq nan jahil. Meski ada ulama nan menyatakan hadits ini shahih, yaitu Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak .
Terlepas dari disparitas pendapat di atas, sekiranya diterima keabsahan hadits tersebut tetap saja tidak dapat dijadikan dalil tentang keimamahan Ali bin Abi Thalib. Pasalnya, hadits ini tidak menerangkan tentang keimamahan Ali bin Abi Thalib.
Selain itu, Ali bin Abi Thalib bukanlah satu-satunya pintu gudang ilmu. Bukankah Nabi Saw. menyalurkan ilmunya juga kepada sahabat-sahabat nan lain? Kalau kita kan bahwa Ali bin Abi Thalib orang nan terpintar dan lebih dibanding sahabat-sahabat nan lain, hal ini hanya Allah nan tahu.
Tapi, satu pertimbangan bagi kita bahwa baku keilmuan para sahabat setidaknya terletak pada dua hal: Pertama , banyaknya meriwayatkan hadits dan berfatwa. Kedua , banyaknya Nabi Saw. mempergunakan mereka dalam kehidupan dan urusan agama. Sebagimana Rasulullah Saw. menjadikan Abu Bakar ra. menjadi imam shalat menggantikannya.
Rasulullah Saw. juga menjadikan Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan sahabt-sahabat nan lain sebagai majlis syura nan pendapat mereka sangat dibutuhkan oleh Rasulullah Saw. Jadi, Ali bin Abi Thalib bukanlah sahabat satu-satunya nan memiliki superioritas.
Keistimewaan Abu Bakar dan Umar bin Khattab memang perlu diperhatikan. Bahkan, Ali bin Abi Thalib sendiri mengakui hal itu. Beliau berkomentar tentang keduanya: "Aku serangkali mendengar Nabi Saw. berkata: "Aku datang dengan Abu Bakar dan Umar.." Aku masuk dengan Abu Bakar dan Umar..
Bahkan ada hadis Rasulullah Saw. bernada, "Kamu ikutilah orang sesudahku, mereka berdua ialah Abu Bakar dan Umar". (HR. Tirmidzi)
Inilah artikel sederhana tentang apa itu syiah dan hadist-hadits Rasulullah Saw. nan dipelintir mereka.