4. Seni Rupa dari Kesenian Suku Dayak

4. Seni Rupa dari Kesenian Suku Dayak

Suku Dayak ialah penduduk orisinil Kalimantan sekaligus pelaku dari kesenian suku Dayak itu sendiri. Di masa lalu, suku ini mendiami pesisir dan tepi-tepi sungai. Populasinya sangat besar, terdiri dari 6 suku dan 405 subsuku kecil nan tersebar di berbagai tempat. Kesenian suku Dayak tumbuh fertile di pedalaman Kalimantan.

Indonesia pantas berbangga hati jika berkenaan dengan hal nan satu ini. Kebudayaan seolah tak pernah habis dari tanah ibu pertiwi. Sebagai warisan, kebudayaan Indonesia akan tetap terus dipertahankan, dan salah satunya ialah kesenian suku Dayak.

Kesenian suku Dayak menyuguhkan hal berbeda nan tak dimiliki oleh kesenian dari suku lain. Disparitas tersebut justru membuat kesenian suku Dayak semakin menonjol dan mudah diingat oleh masyarakat secara luas.

Ketika membicarakan kesenian suku Dayak, dapat jadi nan terlintas pertama kali di pikiran kita ialah aksesoris semacam ikat kepala nan dilengkapi dengan bulu di bagian belakang. Ya, itulah nan dimaksud dengan keunikan kesenian suku Dayak. Dengan keunikan tersebut, kita akan mudah mengidentifikasi sebuah kesenian nan berasal dari satu daerah.

Sama seperti tarian jaipong nan identik dengan kesenian suku Sunda, ragam kesenian suku Dayak pun demikian. Kesenian itu hakikatnya terlahir dari Norma masyarakat. Hal nan membuat kesenian berbeda setiap wilayahnya ialah Norma masyarakatnya nan juga berbeda.



Mengenal Kesenian Suku Dayak

Dalam kebudayaan masyarakat Dayak, penamaan suku merujuk pada nama daerah, sungai, pahlawan, dan sebagainya. Misalnya, suku nan tinggal di sekitar Sungai Batang Lupar dinamai suku Batang Lupar, suku nan tinggal di daerah Bukit Bawang dinamai suku Bukit. Sementara itu, suku Dayak Mualang merujuk pada nama pahlawan Mualang (Manok Sabung) nan terkenal di daerah Tampun Juah.

Meskipun berbeda, mereka merupakan tokoh dibalik indahnya kesenian suku Dayak. Bentuk kesenian suku Dayak tak dapat dilepaskan dari sejarah sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif nan menganut animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum pendatang seperti Jawa dan Tionghoa. Kesenian suku Dayak menambah kaya keberagaman kesenian nan dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

Agama nan dianggap lahir dari kesenian suku dayak ialah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar di pusat kebudayaan suku Dayak.

Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang kepercayaan dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan buat memisahkan diri dan masuk semakin jauh ke pedalaman. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kesenian suku Dayak juga terlahir dari "rahim" mereka.



Macam-macam Kesenian Suku Dayak

Kebudayaan suku Dayak melahirkan macam-macam kesenian suku Dayak nan khas dan membentuk keindahan nan tercermin dalam budaya meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya. Tidak berbeda jauh dengan kesenian nan terdapat di daerah lain, kesenian suku Dayak juga menampilkan produk-produk kreatif tersebut sebagai daya tarik primer atau bukti diri bagi kesenian suku Dayak tersebut.



1. Seni Tari dari Kesenian Suku Dayak

Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya tari tradisional dalam kesenian suku Dayak. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, seni tari dalam kesenian suku Dayak dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.

  1. Tarian dengan mobilitas enerjik, keras dan staccato, ialah karakteristik kelompok tari Kendayan, nan dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.
  2. Tarian dengan mobilitas tangan membuka, gerakan halus, ialah karakteristik vocabuler tari Ribunic atau Bidayuh, nan berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, di sekitar Sanggau Kapuas.
  3. Tarian dengan mobilitas pinggul nan dominan ialah karakteristik tari kelompok Ibanic nan dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.
  4. Sedikit lebih halus ialah karakteristik kelompok Banuaka, nan dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar Kapuas Hulu.

Di luar kelompok tersebut, masih ada jenis tari nan lain nan belum teridentifikasi.
Sebagian besar tari Dayak dalam kesenian suku Dayak ialah tari ritual upacara sinkron dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini populer di kalangan Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan nan pulang mengayau.

Di masa lalu, dalam kesenian suku Dayak mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang mengalami pergeseran makna. Mengayau berarti 'melindungi pertanian, mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan'.

Beberapa contoh tari nan lain, misalnya sebagai berikut.

  1. Tari Gantar, buat upacara menanam padi.
  2. Tari Kancet Papatai atau tari Perang, buat upacara penyembahan kepada arwah leluhur.
  3. Tari Kancet Lasan ialah tari pemujaan terhadap dewa nan diwujudkan dalam bentuk burung enggang.
  4. Tari Serumpai ialah tari buat menolak endemi penyakit.
  5. Tarian Belian Bawo ialah tarian buat mengobati orang sakit.
  6. Tari Kuyang ialah tarian buat mengusir hantu.
  7. Tarian Datun, ialah tarian syukur atas kelahiran.


2. Seni Musik dari Kesenian Suku Dayak

Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik dalam kesenian suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.

Beberapa jenis alat musik suku Dayak sebagai salah satu bukti diri dalam kesenian suku Dayak ialah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.

Masuknya Islam memberi pengaruh dalam kesenian suku Dayak, khususnya seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu nan dinyanyikan disebut betingkilan nan berarti 'bersahut-sahutan'. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.



3. Seni Drama dari Kesenian Suku Dayak

Pada kesenian suku Dayak, masyarakatnya juga mengenal seni drama. Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.



4. Seni Rupa dari Kesenian Suku Dayak

Seni rupa Dayak nan juga termasuk dalam kesenian suku Dayak terlihat pada seni pahat dan patung nan didominasi motif-motif hias setempat nan banyak mengambil karakteristik alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.

  1. Patung azimat nan dianggap berkhasiat mengobati penyakit.
  2. Patung kelengkapan upacara.
  3. Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian.

Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain.

Kesenian suku Dayak ialah bagian dari kekayaan budaya Nusantara nan layak dibanggakan. Kesenian suku Dayak merupakan satu dari sekian banyak kesenian nan dimiliki Indonesia. Dari itu semua, kesenian-kesenian nan terdapat di Indonesia, Indonesia menjadi sebuah negara nan kaya raya dan membanggakan.