Semangat Penulis Skenario Dalam Menulis Cerita Berbobot
Berkembangnya industri film di Indonesia ternyata tak seimbang dengan perkembangan mutu skenario filmnya sendiri. Banyak pekerja kreatif seperti penulis skenario nan lebih bahagia mengikuti keinginan produser.
Sementara pekerja kreatif di pertelevisian juga lebih mengikuti keinginan stasiun tivi. Akibatnya banyak bermunculan kumpulan skenario nan terlantar sebab tak sinkron dengan keinginan produser dan stasiun televisi.
Bergantung Trend
Kumpulan skenario nan tak disukai oleh produser layar lebar biasanya ialah skenario-skenario nan tak mengikuti trend industri film. Kalaupun skenario tersebut buruk namun mengikuti arus trend, maka dapat direvisi sedemikian rupa bahkan dibantu oleh sutradara.
Tetapi jika skenario itu bagus, berbobot dan membawa pesan moral nan sangat kental namun tak sejalur dengan trend nan berlaku maka skenario tersebut berada di batas antara diproduksi atau tak diproduksi. Namun kebanyakan kumpulan skenario nan tak sinkron dengan apa maunya produser dapat dipastikan hengkang dari 'bank naskah' sebuah PH.
Trend film Indonesia saat ini masih tidak jauh berkutat dengan hantu, klenik, romantis picisan, dan lawak penuh adegan seks. Kumpulan skenario nan berbobot seperti skenario Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, Ketika Cinta Bertasbih dan film lainnya. Jika tak didukung oleh ketenaran novel dan kemampuan dana sang produser, tentu akan susah menembus pasaran industri perfilman.
Sebut saja film Garuda Di Dadaku nan mendapatkan sponsor produk terkenal. Atau film Ayat-Ayat Cinta nan sudah lebih dulu dipopulerkan oleh novelnya. Produser tentu tak mau mengambil resiko, membuat film berbobot namun tak laku di pasaran. Karena sekali lagi, ini ialah industri dan setiap kapital nan keluar harus dibarengi dengan pemasukan nan menguntungkan. Oleh sebab itu kumpulan skenario penulis pemula dipastikan akan susah menembus production house apabila tak memenuhi syarat trend.
Semangat Penulis Skenario Dalam Menulis Cerita Berbobot
Penulis pemula biasanya memiliki idealisme nan lebih kuat dan lebih dipertahankan. Oleh sebab itu kumpulan skenario nan mereka untuk biasanya mengandung cerita nan unik dan lebih menyentuh lini masyarakat marjinal.
Bagaimana caranya kumpulan skenario nan berbobot itu dapat dijadikan sebuah film? Tentu saja sine qua non peran spesifik dari pemerintah. Dalam kurun tahun 2004-2006, pemerintah pernah menyelenggarakan lomba menulis skenario. Skenario nan menjadi kampiun ialah skenario nan mempunyai cerita berbobot, alur nan sulit ditebak, menceritakan lingkungan masyarakat dan tak melulu tentang cinta.
Lalu kumpulan skenario para finalis tersebut dibukukan dan skenario terbaik kemudian difilmkan. Untuk biaya membuat film itu tentu tak sedikit dan sekali lagi, menggunakan uang pemerintah nan notabene ialah uang rakyat. Sayangnya kumpulan skenario nan dibukukan maupun filmnya sendiri, kurang diminati oleh masyarakat.
Oleh sebab itu, buat merubah perfilman Indonesia ke arah nan lebih baik lagi, perlu ada dukungan dari rakyatnya sendiri. Bila penonton lebih suka menonton film hantu ketimbang film berbobot, tentu saja produser akan lebih banyak memproduksi film hantu sebab hitungannya ialah laku atau tak laku.