Kesombongan Anak, Salah Siapa?"
Manusia ialah makhluk nan sangat kompleks, memiliki banyak sifat nan selalu mengiringi kehidupannya. Manusia memang merupakan makhluk nan paripurna di antara semua ciptaan-Nya, namun kesempurnaan itu tak akan ada artinya hanya sebab manusia mempunyai sifat nan jelek. Satu sifat manusia nan paling ditakuti dan harus dihindari ialah sifat sombong."
Sombong memiliki sinonim dengan kata angkuh, yakni selalu mempunyai sikap atau pikiran nan lebih dari nan lain dengan menganggap remeh semua di sekitarnya. Sifat itu sungguh nan harus dihilangkan dari setiap manusia sebab ketika kita melakukan hal itu maka kita akan hancur."
Makna dari kata hancur di sini ialah kita tak akan menjadi manusia nan sebaik-baiknya manusia. Sifat itu akan terus menggerogoti pola pikir dan hati kita. Imbasnya semua nan kita lakukan dan kerjakan akan menjadi sia-sia sebab semua orang nan ada di sekitar kita tak akan menanggapi kita lagi."
Banyak hal jelek nan diberikan oleh sifat nan paling dibenci oleh Tuhan ini, mulai dari tak adanya teman nan ingin mendekati dengan kita hingga semua hal nan dilakukan penuh dengan keangkuhan. Sungguh bertentangan dengan harapan memang ketika kita manusia nan lemah ini justru bersikap sebaliknya. Kita tak mempunyai kekuatan buat dapat bersikap arogan sebab nan layak melakukan kesombongan itu hanyal Tuhan, Maha Pemilik Segalanya."
Kita tentu selagi masa kanak-kanak sering diajarkan oleh guru maupun orangtua kita buat selalu bersikap nan baik-baik. Namun, ketika semua sikap nan baik tersebut ditimpali dengan sikap nan jemawa maka semuanya nan telah diajarkan akan sirna begitu saja."
"Anak-anak, sampai kapan pun kalian jangan pernah punya sifat buruk ya!" Kurang lebih begitu pesan dari ibu guru di waktu dahulu. Lantas, saat kita telah beranjak dewasa mengapa sifat tersebut seolah-olah membuyarkan semua ajaran dari guru kita? Banyak nan menjadi alasannya memang, salah satunya adalah kekayaan."
Harta Membutakan Manusia"
Kekayaan nan kita miliki, dalam hal ini berupa kekayaan materi akan bisa membuat sebagian manusia berubah secara drastis. Ketika kita nan dahulu hanya memiliki kekayaan nan sangat minim, tak lama kemudian mendapatkan kekayaan nan sangat mengejutkan. "
Dalam kasus tersebut ada dua pertanyaan nan akan ditujukan pada diri manusia, berubah menjadi lebih baik ataukah berubah menjadi angkuh? Perubahan ke arah lebih baik memang bukan sesuatu nan perlu dikhawatirkan, namun apa jadinya jika manusia tersebut melakukan perubahan ke arah nan jelek. Sombonglah nan menjadi kesehariannya."
Rata-rata sebagian besar kondisi pola pikir masyarakat nan tak mempunyai keimanan nan kuat akan menjadi seperti itu. Mereka nan telah menjadi budak dari harta akan sangat sulit buat berubah kembali menjadi seperti sebelum mengenal harta. Yang ada di pikirannya hanyalah kekayaan dan bagaimana menjadi orang nan mempunyai segalanya. Serta orang lain hanyalah sebagian kecil nan jauh di bawah dirinya."
Bagi mereka nan tak dapat mengendalikan harta kekayaannya akan merasa mudah untu bersikap semena-mena. Hal itu bahkan sering terlihat pada kondisi masyarakat kita. Sebagian drai mereka akan memiliki sikap tertentu nan hanya akan berteman dengan orang-orang nan satu level dengannya. Bahkan sikapnya itu akan menular ke mana pun dia menetap, termasuk di loka kerja."
Apabila kita menilik lebih dalam lagi bahwa dengan keangkuhan nan kita lakukan bukan mencerminkan keuntungan, melainkan hanya kerugian nan akan datang di kemudian harinya. Hal itu sudah tentu akan mendapat balasan dari nan Maha Kuasa dan Dia akan mencatat segala perilakunya selama hidupnya."
Kecantikan Adalah "Karunia" Setan"
Mendengar kalimat pada subjudul tersebut memang terkesan menakutkan, namun bagi nan pandai bersyukur hal itu hanya akan dianggap biasa saja. Akan tetapi, apakah maksud dari kecantikan ialah karunia setan?"
Hal nan dimaksud tersebut ialah ketika seorang wanita memiliki kecantikan nan terpancar dari segala arah maka mereka akan mudah mendapatkan apa nan dia inginkan. Namun, ketika mereka tak dapat bersyukur atas kecantikan nan Tuhan anugerahkan maka mereka akan "mengorbankan" kecantikannya itu buat berada di jalan nan menyesatkan, dengan bersikap sombong."
Keangkuhan itu akan terlihat ketika mereka mendapatkan pasangan. Tanpa memakai hati, mereka dengan mudahnya buat bergonta ganti pasangan sebab nan ada di pikiran mereka ialah memiliki paras nan cantik dan mudah buat mendapatkan kembali pasangan."
Selain itu, kecantikan nan mereka miliki terkadang digunakan buat memeras harta dari pasangan nan sebenarnya tak mereka cintai. Kecantikan itu hanya akan berakibat terciptanya suatu sifat jemawa dalam dirinya. Tanpa memiliki hati nurani nan dapat menggugah kebiasaannya dan atak ada rasa sesal sedikitpun."
Sifat jemawa memang sangat dekat dengan sifat setan. Untuk itu, terlebih wanita nan memang mempunyai kelebihan dari segi fisik tentu harus selalu bersyukur dan rendah hati. Ketika mereka memulai unntuk kembali bersikap jemawa dengan memanfaatkan kecantikannya maka secara tak langsung mereka telah mengaplikasikan sikap tercela."
Hal nan lebih parah akan terjadi saat mereka menikah, mempunyai keluarga nan baru, mempunyai anak maka semuanya akan berefek dari sifatnya itu. Tidak akan pernah dapat mensyukuri rezeki nan didapat dari suami dan suami pun merasa tak tenang sebab risi kecantikannya akan membawa petaka. Selain itu, nan lebih parah lagi akan menurun ke anaknya kelak."
Sungguh sifat arogan nan terpencar dari seorang wanita secara spesifik dan pria secara generik memang sudah seharusnya buat dimusnahkan."
Kesombongan Anak, Salah Siapa?"
Saat anak kita terlahir ke global ini perasaan senanglah nan akan terpancar dari raut paras orangtua. Mempunyai generasi penerus merupakan suatu anugerah nan tak bisa dibandingkan dengan hal apapun. Namun, ketika anak beranjak tumbuh menjadi seorang manusia nan mulai mengerti, sifat arogan menempel pada dirinya. Orangtua mana nan tak khawatir."
Melihat keseharian sang anak ketia berteman dengan teman-temannya dapat menjadi pemicu si anak menjadi bersikap tercela. Di saat ajaran orangtua tak lagi mempan sebab terlalu kuat pengaruh lingkungan maka perasaan was was akan menggelayut."
Sama halnya dengan ajaran teori nan diterapkan oleh guru di sekolahnya pun tak membuat si anak menjadi baik. Di saat itulah pendekatan dari orangtua merupakan suatu keharusan agar sifat buruk si anak tak berkembang hingga si anak dewasa."
Untuk menghindarkan banyak sifat buruk nan akan mengintai aktivitas si anak memang sangat diperlukan banyak ajaran. Salah satunya dengan pedagogi dalam bidang keagamaan. Pola pikir anak-anak memng dapat menjadi jembatan ke mana dia akan melangkah. Jika orangtua tak mengarahkannya ke hal nan benar, risi sang anak akan melangkah sendiri, bahkan melangkah dengan "bantuan" dari pihak luar nan belum tentu kebenarannya."
Agama memang sangat krusial buat membina anak-anak menghindari sifat arogan ini. Di sana akan diajari banyak hal nan inheren di kehidupan jangka panjang. Hati dan mental si anak akan digembleng dengan cara-cara nan islami. Sifat jemawa memang menjadi musuh terbesar dari Islam, bahkan agama manapun. Untuk itu, diperlukan banyak pemasukan rohani nan sangat bagus buat melatih sifat anak."
Namun, jika si anak telanjur bersikap seperti itu maka siapakah nan patut disalahkan? Jawabannya ialah peran orangtua nan masih kurang dalam membina sifat serta mentalnya. Tanggung jawab orangtua sangat besar dalam mendidik anak. Tidak ada nan terlambat memang meskipun si anak telah mempunyai sifat tersebut."
Masih ada asa buat si anak agar bisa menghilangkan sifat sombongnya, yakni dengan belaian afeksi dari orangtua, perhatian, dan ajaran nan tulus. Beberapa dari mereka akan bersikap seperti itu sebab satu dan lain hal nan berasal dari orangtua itu sendiri."