Penjiplakan Manga Naruto
Bagi Anda penggemar manga atau manga addict tentu memasukkan manga naruto sebagai salah satu koleksi nan harus dimiliki. Kerja sama kata-kata dan gambar berkualitas hasil garapan Mashashi Kishimoto ini selalu memikat hati para manga addict. Tak heran jika tiap minggu kehadiran manga naruto selalu ditunggu-tunggu oleh penggemarnya baik di situs-situs internet spesifik manga, maupun di toko buku. Bahkan, penggemarnya tak datang dari anak-anak saja. Semua usia termasuk remaja, mahasiswa, bahkan orang dewasa tak mau ketinggalan mengukti kisah perjuangan Naruto.
Selama ini di Indonesia, manga memang selalu diidentikkan dengan global anak-anak. Padahal, karya besar seperti Naruto dalam global manga masuk ke dalam kategori Shonen (remaja putra). Sedangkan, manga buat anak-anak disebut dengan Kodomo. Di luar asumsi tersebut, Naruto baik dalam versi manga maupun Anime laris manis di semua kalangan dan tidak terbatas oleh usia. Kepopuleran Naruto ini bukan hanya terjadi di Indonesia.
Manga sebagai salah satu karya sastra nan diakui global menjadi faktor nan membuat nama Naruto terkenal di global internasional. Versi manga dari Naruto ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa mulai dari Itali, Perancis, Spanyol, Inggris, hingga Indonesia. Bahkan, sebab tingginya ketertarikan manga addict terhadap Naruto, versi komik online sudah hadir di berbagai negara. Rupanya, kepopuleran Naruto ini memicu beberapa pihak di Indonesia buat menulis buku tentang Naruto nan menimbulkan kontorversi.
Naruto dan Naruto Shippuden
Kepopuleran Naruto nan dibangun sejak tahun 1999 membuahkan hasil nan memuaskan buat Masashi Kishimoto. Hingga tahun 2012, mangaka jenius itu tak pernah kehabisan ide buat mengejutkan pembacanya. Ceritanya nan kompleks dan kualitas gambar nan memiliki karakter tersendiri membuat Naruto mampu berdiri di tengah manga populer lain seperti Detective Conan, Samurai X, Slam Dunk, Hunter X Hunter, dan Dragon Ball.
Pertama kali, manga ini diterbitkan di majalah Shonen Jump dan kemudian diserialisasikan. Pada tahun 2002, manga Naruto diangkat menjadi Anime hingga saat ini. Naruto dalam versi manganya, mampu memenangkan Quill Award buat kategori the best graphic novel di Amerika. Naruto juga dinobatkan sebagai anime terbaik mengalahkan 99 anime lain nan ikut bersaing dalam poling pemirsa TV Asahi.
Sebagai kelanjutan dari kisah hayati Naruto, Kishimoto Sensei menunjukkan kreatifitas dan kecerdasannya sebagai mangaka dengan membuat Naruto Shippuden. Dalam manga ini, Naruto menjadi seorang pemuda 16 tahun nan tetap memegang teguh mimpinya menjadi Hokage. Popularitas manga ini semakin menyaingi manga Dragon Ball, Bleach, dan One Piece. Bahkan, penjualannyapun hingga mencapai jutaan copy setiap penerbitan volumenya di berbagai negara.
Ladang Uang
Kembali ke dalam negeri, kesuksesan manga Naruto menjadi best seller di seluruh kota di Indonesia, tolok ukurnya ialah penjualan di Gramedia nan dianggap sebagai toko buku paling besar, ternyata membawa imbas buruk. Beberapa penerbit mengambil jalan pintas buat membuat buku-buku "pelengkap" Naruto.
Hal ini sebenarnya memang bukan hal baru. Ketika Harry Potter karya J.K. Rowling begitu booming , sempat muncul buku tambahan atau suplemen protesis sang pengarang sendiri, Fantastic Beasts and Where to Find Them dan Quidditch Through the Ages . Belum lagi, buku-buku lain nan dibuat pengarang lain buat "numpang tenar" dengan cover nan mirip-mirip cover buku Harry Potter.
Kejadian itu pun berulang pada Naruto. Banyak penerbit dan penulis mencetak buku-buku suplemen Naruto dengan cover nan mirip dengan komiknya. Dengan embel-embel "rahasia klan Uchiha" atau sebagainya, cover nya "susah" dibedakan dengan komik aslinya. Penulis buku-buku macam ini pun, sengaja memakai nama berbau Jepang demi "mendekatkan diri" dengan Masashi Kishimoto.
Apalagi, menginjak pada seri 515 nan merupakan puncak konflik pada kisah Naruto, yaitu perang global shinobi. Nama perang dunai shinobi digunakan buat menarik perhatian para pembaca. Begitu pula dengan kisah lain dalam kisah Naruto nan masih misterius. Padahal, jika dipikir-pikir membaca suplemen-suplemen tersebut justru akan mengurangi rasa asyik dalam membaca manga aslinya. Bahkan, sensasi ketegangan nan biasa dinikmati saat membaca juga dapat berkurang.
Tanpa buku-buku suplemen tersebut, Anda tidak perlu risi sebab semua tentang rahasia dalam global shinobi akan terkuak pada seri-seri selanjutnya. Tentu saja, dengan sensasi menengangkan dan penasaran nan membuat membaca komik lebih mengasyikkan. Namun, jika sudah kepalang penasaran dengan isi suplemen ini, semua pilihan ada di tangan Anda.
Munculnya buku suplemen buat Naruto dan Naruto Shippuden sebenarnya tak hanya terjadi pada Naruto saja. Manga Detective Conan juga menjadi objek buku suplemen ini. Rahasia nan ada dalam manga-manga terkenal memang sangat menarik buat diikuti. Selain itu, rahasia nan menjadi daya tarik itu juga membuat rasa penasaran manga addict. Dapat jadi celah inilah nan dimanfaatkan oleh pihak-pihak eksklusif buat menjadi ladang uang bagi mereka.
Penjiplakan Manga Naruto
Selain buku suplemen Naruto, muncul pula komik nan menjiplak Naruto hasil karya orang Indonesia. Apalagi kalau bukan "Naburo - The Next Generation of Naruto". Komik ini dikeluarkan oleh penerbit resmi dengan cerita nan jelas-jelas menjiplak Naruto karya Mashashi Kishimoto. Namun, tentu saja kualitasnya jauh di bawah Naruto sebab pengolahan gambarnya masih sangat mentah, tokoh dengan nama nan hampir sama dengan tokoh-tokoh dalam Naruto, dan jalan cerita nan benar-benar hasil jiplakan.
Meski mengaku sebagai The Next Generation of Naruto, komik Naburo ini memiliki latar nan sama dengan kisah Naruto. Mulai dari nama, tak bisa dipungkiri bahwa nama-nama tokoh dalam komik jiplakan ini diambil dari nama-nama tokoh dalam Naruto. Lihat saja tokoh utamanya yaitu Naburo Uzumaki nan diambil dari nama Naruto Uzumaki hingga tokoh-tokoh pendukungnya.
Begitu pula pada tokoh Konohamaru Sarutobi nan merupakan cucu hokage ketiga. Dalam Naburo, namanya sedikit diubah menjadi Koharumaru, sedangkan nama klannya diubah menjadi sama dengan Naruto, yaitu Uzumaki. Meski nama beberapa tokoh dalam cerita ini berbeda tapi jalan ceritanya benar-benar mirip dengan Naruto, tetapi tetap dengan penampilan nan lumayan "hancur". Sampai-sampai lambang desa konoha juga digunakan pada pelindung kepala Naburo.
Meski jelas-jelas merupakan bentuk penjiplakan, komik ini sempat beredar dan dijual di Gramedia. Menanggapi hal tersebut, pihak Elex Media Komputindo sebagai salah satu penerbit manga di Indonesia menyatakan bahwa Naburo tak diterbitkan oleh pihak mereka. Hingga saat ini, munculnya komik Naburo membuat manga addict khususnya penggemar Naruto merasa malu dan kecewa terhadap penerbitan nan telah dilakukan.
Ada pihak nan menanggapi manga jiplakan berjudul Naburo ini merupakan doujinsi . Doujinsi sebenarnya merupakan istilah bahasa Jepang buat menyebut manga nan dibuat oleh para fans manga tersebut. Manga jenis ini tak akan menimbulkan pencekalan atau tak akan membuat mangaka atau pengarang aslinya marah sebab merupakan luapan rasa cinta para fans terhadap manga kesukaannya.
Penulis doujinsi yang disebut dengan dojinka ini membuat manga dengan alur, cerita dan ending nan berbeda dari manga aslinya, namun tetap mempertahankan karakternya. Di Jepang, dojinka menjual hasil karyanya dari tangan ke tangan atau secara indie di toko spesifik doujinshi . Bahkan, diadakan juga konvensi akbar doujinshi yang dikenal dengan nama Comiket . Acara ini merupakan acara terkenal nan rutin diadakan. Pengunjungnya saja dapat mencapai 400.000 orang.
Manga nan sering menjadi target dojinka ialah manga terkenal dan manga bergenre hentai . Bahkan, seorang mangaka terkenal Ken Akamatsu juga sering membuat doujinshi karyanya sendiri. Namun kembali lagi ke persoalan utama, pertanyaannya apakah Naburo memenuhi syarat menjadi doujinshi ? Tentu tidak. Jelas bahwa komik Naburo tak mempertahankan karakter orisinil dalam Naruto. Bahkan, ceritanyapun merupakan hasil jiplakan bukan cerita nan dibuat menjadi berbeda.
Kemunculan komik ini sempat membuat geram para penggemar Naruto secara spesifik dan penggemar manga secara umum. Bahkan, muncul pula aksi boikot terhadap penerbit bersangkutan. Dengan kualitas gambar nan sama buruknya, nyatanya penerbit tersebut malah lebih terkenal dan membuat komik jiplakan manga lain.
Segala bentuk kekecewaan penggemar Naruto dengan adanya penjiplakan ini juga tampak di berbagai situs nan memang mangangkat artikel atau tulisan mengenai hal ini. Kekecewaan tersebut bukan hanya sebab penjiplakannya saja, melainkan juga pada kualitas gambar nan benar-benar buruk. Hal ini bukan malah menjadikan bangga, melainkan rasa malu sebagai negara penjiplak.
Tentu saja, diharapkan di masa mendatang tak ada lagi bentuk penjiplakan terhadap Naruto dan Naruto Shippuden atau karya-karya lainnya. Jika penulis komik Indonesia ingin menghasilkan sebuah karya nan dapat Go Internasional seperti Naruto, mengapa tak mencoba membuat komik nan mengangkat kisah perjuangan seorang tokoh silat orisinil Indonesia? Atau akan lebih menarik jika mengangkat tema orisinil Indonesia sama halnya nan dilakukan Kishimoto Sensei nan mengangkat tema tentang ninja ini.