Upaya Pemerintah
Keadaan alam dan keadaan ekonomi Indonesia nan tak menentu ternyata telah menyebabkan banyaknya penyakit menular nan diidap oleh penduduknya. Kemiskinan menambah deret panjang penderita penyakit nan biasa menyerang orang-orang nan berada di lapisan bawah itu. Ketakberdayaan mereka telah membuat akses ke global pengobatan menjadi sangat sulit. Mereka akhirnya hanya pasrah dan rela menerima nasib nan telah terjadi. Salah satu penyakit nan menjadi karakteristik dari penduduk nan berada di kalangan peling bawah ini ialah penyakit TBC . Walaupun sebenarnya penyakit paru-paru ini bukan hanya dialami oleh orang-orang miskin, tetap saja jumlah penderita nan berasal dari kalangan ekonomi lemah ini cukup tinggi.
Pencegahan Lebih Baik
Mengingat jumlah penderita di Indonesia hingga saat ini masih cukup tinggi, maka perlu kiranya dilakukan pencegahan agar jumlah penularannya tak meningkat. Memberikan penyuluhan dan pengetahuan singkat ialah jalan nan tepat agar masyarakat bisa menjauhi penyakit tersebut. Sebab, sepanjang beberapa tahun belakangan terbukti bahwa sudah banyak korban jiwa nan melayang dikarenakan penyakit menular ini.
Penyakit ini sangat mudah menular sebab sistem penularannya nan sangat mudah. Mediator udara merupakan jalur penularan nan sangat efektif dan efisien. Kalau tak dipotong rantai penularannya, maka akan semakin banyak penderita TBC di tanah air. Penyakit ini akan sangat cepat menggerogoti paru-paru. Penderitanya akan sangat tersiksa secara fisik sebab batuk-batuk nan tidak henti. Penderita juga akan merasa sangat tersiksa secara mental sebab batuknya akan mengganggu orang lain serta dianggap sebagai biang penularan TBC kepada orang lain termasuk anak-anak.
Kalau sudah seperti ini, pergaulan pun menjadi terbatas. Itulah mengapa banyak penderita TBC nan akhirnya menarik diri dari pergaulan dan mengisolasi diri. Mereka merasa bersalah tetapi tidak dapat berbuat apa-apa sebab memang tak mempunyai kemampuan buat berobat ke loka nan tepat seperti rumah sakit dan dokter.
Padahal penyakit ini membutuhkan sistem pengobatan terpadu dan dalam waktu nan telah ditentukan. Kalau tak seperti itu, penyakit ini akan terus menggerogoti penderitanya dan siksaan demi siksaan itu akan terus mereka alami. Pemerintah tidk tinggal diam dalam menghadapi permasalahan ini. Berbagai program telah diluncurkan. Misalnya, ada program DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course). Program nan digagas oleh pihak organisasi global bidang kesehatan WHO telah cukup memberikan penanganan bagi para penderita TBC di Indonesia.
Para penderita TBC itu diberi pengobatan perdeo selama masa 6 bulan. Kalaupun harus dilanjutkan, program DOTS tersebut masih juga memberikan kesempatan bagi setiap penderita TBC nan tak mampu memanfaatkan semua fasilitas pengobatan. Di hampir rumah sakit besar Indonesia ada program DOTS ini.
Upaya Pemerintah
Keprihatinan pihak pemerintah terhadap banyaknya penderita TBC di tanah air, diungkapkan lewat berbagai upaya memberikan pengobatan terpadu kepada semua penderita TBC. Hal ini memang harus dilakukan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa nan terbebas dari TBC nan disebabkan oleh kuman. Penyuluhan tentang bagaimana hayati sehat dan bagaimana memanfaatkan makanan lokal sebagai salah satu cara pemenuhan taraf gizi seimbang juga terus digalakkan.
Sebenarnya memang hayati sehat itu tak harus dengan mengkonsumsi makanan nan mahal. Banyak sekali makanan produk lokal nan mengandung gizi luar biasa baiknya. Misalnya, tempe dari kacang koro. Jenis kacang koro ini mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat. Tetapi bagi masyarakat nan tinggal di Jawa, kacang koro ini telah lama menjadi salah satu bahan pembuat tempe. Rasanya pun lebih lezat daripada tempe keledai. Mungkin ini hanya masalah selera saja. Namun, nan niscaya ialah bahwa rakyat Indonesia harus belajar mencintai alam dan produksi dari alamnya sendiri.
Makanan nan bergizi seimbang akan membuat imun tubuh baik. Kalau imun tubuh baik, itu artinya kuman nan akan masuk ke dalam tubuh dapat dicegah. Kalau kuman dapat dicegah, TBC tak dapat merajarela menyelimuti paru-paru dengan sesuak hatinya. Buah-buahan produk lokal, seperti pepaya juga banyak terdapat di tanah air. Begitupun dengan sumber vitamin C alami seperti dari jambu biji merah. Sayangnya, banyak masyarakat nan tak merasa keren dan tak merasa modern kalau belum makan makanan atau minuman nan berasal dari luar negeri.
Padahal buat menjadi sehat itu, tidak harus mahal. Pengetahuan masyarakat menyangkut jenis makanan dan minuman nan bergizi harus ditingkatkan sehingga penyuluhan nan berkaitan dengan hal ini dapat terus dilakukan. Akan sangat disayangkan kalau masyarakat Indonesia tak tahu kalau tanah mereka ini sangat fertile dan dapat ditanami dengan berbagai tanaman nan dapat menghasilkan bahan makanan nan bergizi.
Harus ada satu gerakan nasional menjadi petani bagi diri sendiri dan menanam tanaman nan bermanfaat. Gerakan ini akan membuat orang berbondong-bondong berusaha memenuhi kebutuhan gizinya sendiri dari bahan makanan organik nan ditanam sendiri. Pemahaman bahwa makanan sehat itu tidak harus mahal harus menjadi satu konsep hayati nan harus dipahami oleh semua orang. Dengan demikian tak akan ada lagi perasaan gengsi makanan singkong atau makan ubi keladi atau ubi talas nan mempunyai kelebihan tersendiri dalam hal kandungan gizi.
Nasi jagung nan banyak dikonsumsi oleh orang Madura juga harus dipopulerkan. Nasi jagung ini akan mampu memberikan kekuatan secara fisik sebab kandungan karbohidratnya nan bagus. Makanan masyarakat nan hayati di Indonesia bagian Timur juga harus menjadi satu endemi nan akan menambah khasanah makanan bergizi di Indonesia. Bila rakyat Indonesia semakin cerdas dalam memenuhi kepentingan gizinya, diharapkan bahwa penyakit TBC ini tak akan dengan mudah menyerang mereka.
Penyebab TBC
Bakteri nan bertanggung jawab terhadap timbulnya penyakit TBC ialah Mikobakterium tuberkolosa nan bentuknya menyerupai batang. Ditemukan tahun 1882 oleh Robert Koch, hingga penyakit TBC paru juga dinamai Koch Pulmonum (KP).
Penularannya menggunakan media udara, dengan cara bakteri nan dilepaskan oleh penderita saat batuk akan melayang dan menempel dalam air ludah nan muncrat. Jika ada seorang didekat penderita TBC, maka ada kemungkinan udara nan berisi bakteri akan terhirup dan menempel di paru seorang nan sehat. Semakin lama, Mikobakterium itu akan berkembang biak dan berkoloni dalam paru-paru, lalu menginfeksinya.
Penularan ini akan sangat cepat ketika orang-orang nan berada di sekitar penderita TBC itu tak mempunyai ketahanan tubuh nan baik ditambah dengan gizi kurang. Kalau sudah seperti ini, akan sangat sulit melepaskan rantai penyebaran TBC di masyarakat terutama buat masyarakat kalangan ekonomi lemah. Lebih berbahaya lagi, jika bakteri tersebut lantas mengikuti genre darah dan menempel diberbagai organ tubuh nan lain seperti otak, kelenjar getah bening, ginjal, tulang, dan lainnya.
Bila bakteri ini menyerang ke organ lain, itu artinya bukan hanya sakit TBC paru, tetapi juga sakit TBC nan lainnya nan tentunya akan semakin sulit diobati.
Pencegahan penularan TBC tetap menjadi satu cara nan paling efektif mencegah menularnya penyakit ini. Melindungi generasi muda dari penyakit jenis ini ialah tanggung jawab semua orang. Bila masyarakat tak ikut serta dalam hal pencegahannya, maka akan ada satu generasi nan hilang. Adalah satu kerugian nan luar biasa ketika generasi bangsa ini ada nan terputus sebab terkena TBC paru atau TBC jenis nan lain.
Gejala Generik dan Pencegahan
Terjadi demam dan gejala influenza dalam jangka lama. Batuk-batuk berdahak berlangsung lama hingga lebih dari 3 minggu. Penderita biasanya akan mengalami penyusutan bobot tubuh dengan signifikan, serta nafsu makan berkurang. Secara khusus, gejala nan ditimbulkan bisa berupa sakit di dada, suara nafas nan berbunyi "ngik", dan jika bakteri telah menyerang otak, terjadi kejang-kejang disertai penurunan kesadaran.
Mencegah Penularan
Penyakit TBC bisa dicegah dengan berbagai cara, selama setiap individu memiliki pencerahan buat menjaga kesehatan bersama. Caranya adalah, menjaga kebersihan lingkungan dan juga memperbaiki taraf gizi serta daya tahan tubuh (sebab bakteri TBC hanya mampu menginfeksi mereka nan daya tahan tubuhnya lemah).
Segera membawa penderita penyakit TBC ke pusat kesehatan terdekat, dan jadilah pengingat bagi mereka buat rajin mengkonsumsi obatnya. Pengobatan bagi penderita TBC memang butuh waktu lama, hingga 6 bulan lebih. Sehingga butuh kesabaran agar penyakit itu benar-benar lenyap dari tubuh penderitanya.
Gejala Dan Pengobatan Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah penyakit nan sudah sangat lama kita kenal. Penyakit ini dapat menyerang hampir seluruh bagian tubuh manusia. Tetapi nan paling sering terserang ialah organ paru. Indonesia menempati urutan ke-3 paling tinggi di global setelah Cina dan India dalam hal jumlah penderita TBC terbanyak setiap tahunnya.
Penderita TBC bisa menularkan penyakitnya melalui batuk, terutama penderita dengan batuk berdahak atau bahkan berdarah. Dengan kondisi lingkungan nan sangat padat penduduk, kemungkinan proses penyebarannya menjadi semakin cepat.
Penyebab TBC ialah kuman Mycobacterium tuberculosis nan bisa hayati dalam lingkungan manapun. Kuman ini bisa menetap di udara selama 1-2 jam lho. Apalagi, dengan didukung suasana nan lembab dan gelap, kuman ini bisa bertahan selama berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan.
Gejala
Gejalanya dapat bermacam-macam. Bahkan ada juga penderita nan tak menunjukkan gejala sama sekali. Kita harus waspada jika beberapa gejala berikut ini ada pada diri kita:
- Demam. Biasanya tak begitu tinggi, hampir mirip influenza. Tetapi bisa pula demamnya sangat tinggi. Demam ini hilang timbul dan biasanya terjadi pada saat menjelang malam hari. Bila reda akan disertai dengan keringat dingin.
- Batuk. Dapat dimulai dengan batuk kering nan kemudian berkembang menjadi batuk berdahak. Pada keadaan nan lebih lanjut bisa menjadi batuk berdarah sebab ada pembuluh darah nan pecah.
- Berat badan turun drastis, dapat sampai >10 kg. Hal ini disebabkan nafsu makan penderita hilang.
Pengobatan
Pengobatan penyakit TBC memerlukan waktu selama minimal 6 bulan. Pengobatan nan lama ini tak sporadis menimbulkan kebosanan pada penderita sendiri.
Sehingga diperlukan adanya orang nan menjadi PMO (Pendamping Minum Obat) nan akan selalu mengingatkan dan memberi motivasi agar minum obat secara teratur. Jika tak demikian, apabila pasien kurang motivasi akan terjadi kegagalan dalam pengobatan TBC.
Hal lain nan dapat menyebabkan kegagalan pengobatan:
- Dosis obat tak cukup dan kombinasi kurang. Dapat juga sebab kuman sudah kebal obat. Maka buat menghindarinya, penderita sebaiknya tak membeli obat sendiri di apotek atau toko obat.
- Berhenti minum obat sebab merasa sudah sembuh. Sebaiknya buang jauh-jauh keinginan buat berhenti minum obat, sebab kuman TBC masih belum wafat semuanya. Sehingga dapat menyebabkan kekambuhan nan lebih parah lagi.
Pencegahan penyakit TBC dengan vaksinasi BCG pada saat bulan pertama lahir masih cukup efektif. Sehingga, disarankan agar bayi baru lahir segera diberi imunisasi BCG sehingga tak mudah tertular TBC.