Mutasi dan Rotasi
Istilah mutasi secara pengertian bahasa memiliki 2 arti: pertama , mutasi dalam artian istilah nan digunakan buat biologi; kedua , mutasi dalam artian istilah nan digunakan buat ilmu manajemen, keorganisasian. Mutasi dalam pengertian biologi memiliki makna perubahan gen DNA menuju bentuk baru nan disebut mutan. Sementara, mutasi dalam pengertian manajemen ialah perubahan atau perpindahan buat perbaikan.
Dalam biologi, mutasi dapat terjadi secara bertahap maupun secara lompatan (quantum). Begitu pula dalam manajemen, perubahan terkadang terjadi secara perlahan, termin demi tahap, dan terkadang ada nan perubahan revolutif.
Bahasan kita kali ini ialah tentang mutasi secara universal, dapat mutasi di loka kerja, mutasi pejabat, mutasi PNS, dan lain sebagainya. Sebelum kita lanjutkan apa itu mutasi, kadang-kadang kita tertukar menggunakan istilah mutasi, rotasi, promosi, demosi, solusi, dan resolusi. Semua istilah-istilah ini memang berpautan erat dengan istilah mutasi.
Mutasi merupakan pemindahan tugas jabatan nan setara dengan apa nan pernah dijabatnya di loka semula. Jika semula menjadi kepala cabang, ketika mutasi, ia pun akan mendapat posisi sebagai kepala cabang. Promosi merupakan penghargaan atas kenaikan jabatan. Sementara, demosi ialah penurunan jabatan dampak kelalaian dalam mengemban tugas jabatan.
Kapan Mutasi Terjadi?
Mutasi terjadi ketika sebuah institusi/perusahaan/organisasi memerlukan pemugaran manajemen agar menjadi lebih baik. Pada umumnya, mutasi dilakukan secara bertahap. Tidak ada batasan waktunya, apakah 2 tahun, 3 tahun, ataukah 5 tahun. Bergantung kebutuhan dan kondisinya. Mutasi boleh jadi membawa pengaruh kepada karyawan. Mutasi terkadang pula tak selalu diinginkan sebab menyangkut hal sensitif seperti perubahan pola kerja, rekan kerja, bahkan baku gaji.
Keberatan seseorang dimutasi (dipidahtugaskan), mungkin sebab terjadinya pergeseran dari "lahan basah" ke "lahan kering." Huma basah, istilah buat loka kerja nan uangnya selalu ada, huma kering kebalikannya. Dapat Anda bayangkan, jika seseorang nan tadinya kerja di loka nan ia sudah kenal betul dengan siapa saja, lalu uang pun mudah didapat. Tiba-tiba, terkena mutasi ke loka nan sama sekali baru dan uangnya pun tak selalu mudah didapat.
Tentu saja hal ini menimbulkan akibat psikologis, bukan hanya kepada dirinya, tapi juga meliputi keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Oleh sebab itu, tak heran kalau ada oknum nan sengaja mencari-cari celah agar bisa dimutasi ke loka nan "basah."
Ada banyak contoh-contoh kasus, mengapa mutasi harus dilakukan. Berikut ini sejumlah contoh mutasi :
- Menjelang aplikasi Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Seorang Bupati Klaten, Sunarna melakukan mutasi di taraf Kepala Sekolah (Kasek). Sebagian kalangan fraksi berpendapat, mutasi tak efektif sebab waktunya berdekatan dengan UN. Dikhawatirkan bisa mengganggu program UN. Sementara menurut Bupati, mutasi dilakukan buat mencegah hal-hal tak diinginkan dan supaya UN berlangsung jujur. Keberhasilan UN dan UASBN bukan berdasarkan satu orang melainkan kerja tim.
- Mutasi terjadi juga di kalangan pejabat Polri. Mutasi dilakukan sebab ada persoalan-persoalan nan tak bisa diselesaikan atau diperlukan penanganan khusus. Di dalam kepolisian umumnya, dilakukan seremonial serah jabatan, lengkap beserta nomor surat dan keterangan tentang pemberhentian dan pengangkatan dalam jabatan.
Berbagai Fungsi Mutasi
- Pengertian mutasi di lingkungan PNS merupakan pemindahan pegawai dari atau ke instansi di lingkungan pemerintah. Persyaratan administrasi pemohon mutasi seperti surat pindah, lama kerja 5 tahun, referensi pejabat berwenang. Lebih lengkap silakan lihat situs-situs pemerintah daerah.
- Mutasi meliputi kegiatan pengalihan tanggung jawab.
- Mutasi cara ampuh buat mengembangkan SDM dan produktivitas kerja.
- Mutasi bisa dirumuskan sebagai perubahan jabatan.
- Mutasi dilakukan sebagai bentuk evaluasi prestasi kerja. Baik kerja individu maupun tim.
- Mutasi membantu dan bisa dipakai sebagai wahana pembelajaran.
- Mutasi bisa menghilangkan kejenuhan terhadap pekerjaan.
- Cara memutasi seseorang (karyawan) tidaklah boleh berdasarkan subjektivitas atasan belaka. Perlu ada panduan dan petunjuk aplikasi teknis mutasi.
- Mutasi dilakukan dan disosialisasikan terlebih dahulu. Tujuannya agar nan bersangkutan tak merasa dihukum atau dikorbankan.
- Mutasi ialah alat efisien evaluasi terhadap kinerja, apakah nan bersangkutan meningkat, menurun, cocok atau tak cocok menjalankan tugas sinkron jabatan.
- Mutasi dapat juga dipakai sebagai wahana atau media pengkaderan, pembinaan.
- Kalau di pemerintahan, mutasi "mungkin" sangat bagus buat memperkokoh kesatuan bangsa dan negara. Orang Jawa ke Sumatera, Orang Sumatera ke Jawa, begitu pun suku-suku nan lain.
- Mutasi bisa menumbuhkan pengalaman, kemampuan serta menggalang kekerabatan baru supaya dapat saling mengenal satu sama lain.
- Mutasi bisa menjadi terapi bagi pejabat supaya nanti pensiun tak terkejut.
- Mutasi di lingkungan pemerintahan misalkan diharapkan bisa menjadi momentum perubahan pelayanan wahana publik menjadi lebih bermutu.
Mutasi dan Rotasi
Mutasi dan rotasi ialah unsur nan selalu terjadi di dalam perusahaan dan organisasi. Mungkin seperti orang "main catur" nan ingin selalu menemukan posisi terbaik atau permainan rubik nan selalu mencari kesamaan, begitulah mutasi. Kita tak tahu, apakah suatu mutasi tersebut membawa perubahan lebih baik atau lebih buruk? Yang jelas, kalau mau lebih baik, seseorang, individu, perusahaan, instansi, bahkan mungkin negara harus mau berubah.
Setiap perubahan pasti membawa penyesuaian dan setiap penyesuaian membawa pengorbanan, setiap pengorbanan niscaya membutuhkan kerja keras agar menjadi lebih baik dan lebih maju. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000, tak ada istilah rotasi, melainkan mutasi tentang jabatan struktural, pemindahan dan pemberhentian.
Rotasi prinsipnya ialah mempergilirkan jabatan eksklusif kepada jabatan tertentu, termasuk jabatan struktural dan fungsional. Mutasi jelas berbeda dari rotasi, sebab mutasi ialah perpindahan kerja dengan status dan kedudukan nan sama hanya di lain tempat. Tidak ada keterangan tambahan apakah baku gajinya juga sama setelah mutasi.
Bayangkan Jika Tidak Ada Mutasi
Bayangkan jika sebuah perusahaan tak ada mutasi. Bayangkan pula jika karyawan tak pernah merasakan pekerjaan nan berbeda dari kebiasaannya. Contoh: misalkan bagian nan paling rendah saja sekelas staf pegawai. Kerjanya tak pernah ada perubahan, tak pernah naik pangkat. Apa nan terjadi? Niscaya karyawan tersebut akan merasakan bosan dan jemu. Kebosanan ini bisa membawa akibat depresi dan frustrasi.
Selain itu, merasa apa nan ia kerjakan ialah nan terhebat, sebab ia tak pernah melihat loka dan cara kerja nan berbeda. Keadaan ini persis seperti katak di bawah tempurung. Memang terkadang dan sudah bisa dipastikan mutasi membawa dan menimbulkan imbas psikologis. Jadi, mutasi juga berpengaruh kepada semua pihak. Misalnya, bos sudah memiliki anak buah nan cocok dan mengerti apa nan bos mau sehingga kerjaan lebih mudah dan terprogram. Tiba-tiba anak buah tersebut dimutasi, bos niscaya merasa kehilangan dan kerepotan harus mencari orang baru.
Antara atasan dan bawahan, hendaknya sama-sama dapat belajar dari sebuah mutasi. Ada asumsi mutasi ialah upaya buat pemecatan secara tak langsung dan pelan-pelan. Hal ini ada benarnya, tapi tak sepenuhnya benar. Pendek kata, jika mutasi dan rotasi ingin berhasil. Prinsipnya jangan itu ke itu saja, yakinlah niscaya tak terjadi perubahan signifikan. Mutasi ialah wahana buat belajar dan memperbaiki. Sebab, tujuan mutasi bukan buat individu, golongan, melainkan tujuan nan lebih besar yakni kemajuan perusahaan.