Cerita Konkret Cinta, Puisi dan Patah Hati

Cerita Konkret Cinta, Puisi dan Patah Hati

Cerita konkret alias true story di tahun 2010 ini cukup booming di global perbukuan nasional. Banyak penerbit nan melirik naskah-naskah dengan tema full true story dari para penulisnya.

Entah mungkin sebagai bentuk representasi kejemuan pada naskah-naskah fiksi atau alasan lain, nan jelas naskah-naskah buku bertema true story mendapatkan loka istimewa di kalangan pecinta buku.

Apa sebenarnya nan menarik dari sebuah kisah konkret nan ditulis menjadi sebentuk tulisan? Ada beberapa hal sebenarnya nan bisa mempengaruhi hal ini, diantaranya;



1. Sebuah Ungkapan Kejujuran Penulis

Salah seorang sastrawan asal Riau bernama Marhalim Zaini mengungkapkan bahwa tulisan nan baik menurutnya ialah sebuah tulisan nan terlahir dari kejujuran penulisnya. Cerita nyata merupakan wujud konkrit dan langsung, dimana penulis akan diuji kejujurannya. Seberapa persen ia membubuhkan nilai-nilai fiksi, sebesar itulah ia sedang berkilah dari kejujuran.

Dengan catatan bahwa fiksi itu dibubuhkan sebagai alat penghindar si penulis dalam memaparkan nilai true nan seharusnya ada dalam ceritanya. Ada juga orang-orang nan sengaja memasukkan nilai-nilai fiksi guna memperindah sajian tulisannya. Dalam hal ini sah-sah saja itu dilakukan. Sepanjang tak memotong atau mempengaruhi nilai true dari tulisan tersebut.



2. Kesamaan Orang Ingin Selalu Mengetahui Urusan Orang Lain

Ternyata Norma jelek manusia nan selalu ingin tahu segala urusan orang lain dapat dimanfaatkan seorang penulis. Pembaca akan sedikit merasa lebih tertarik saat membaca sebuah cerita nyata dibanding sebuah tulisan fiksi. Mereka akan merasa mendapat sebuah informasi nan lebih memiliki nilai plus di benak mereka.



3. Lebih Melibatkan Emosi Pembaca

Untuk memahami poin ini, mari kita simak sebuah cuplikan cerita konkret sebagai berikut;

Dengan doa tidak ada nan mustahil di global ini, apa nan tidak mungkin menjadi mungkin. Apa nan tidak masuk akal menjadi hal nan benar-benar terjadi. Begitulah, doa orang-orang miskin dan lemah bahkan memiliki kekuatan nan luar biasa.

Inilah awal dari kisah konkret nan kualami, nan menjadikanku begitu percaya, bahwa dengan iman, ketakwaan dan doa nan tulus kepada Allah, apa pun dapat terjadi dalam kehidupan kita.

Saat itu ialah masa-masa sulit statusku sebagai seorang mahasiswa. Biasalah, proses penyelesaian tugas akhir alias skripsi. Hampir setahun proposal penelitianku kubiarkan terbengkalai, terlalu sulit.

Aku dihadapkan pada sebuah subjek penelitian nan teramat jauh tempatnya, dan teramat sulit mengerjakannya. Ditambah lagi rasa kejenuhan nan mulai menjangkiti hari-hariku. Aku mulai muak dengan kimia, melihat labor rasanya hal membuat eneg perasaan.

Ditambah lagi, saat itu teman-teman seangkatanku rata-rata hampir menyelesaikan tugas akhir mereka. Lengkaplah sudah, ke kampus menjadi hal nan sangat sporadis kulakukan. Aku lebih menyibukkan diri dengan aktivitas organisasi nan selalu membuatku bersemangat.

Terkadang saya tidak habis pikir, ‘Ya Allah, saya merasa teman-temanku begitu mudah menyelesaikan semuanya, sementara aku? Dari dulu saya berusaha buat selalu jujur dalam kuliah, tapi nan kudapatkan ialah kesulitan bertubi-tubi semacam ini’.

Pikiran-pikiran tidak bersyukur seperti itu sering terlintas begitu saja di benakku. Orang-orang nan menjalani perkuliahan dengan tidak jujur, begitu mudahnya menyelesaikan semuanya. Sementara orang-orang nan berupaya menjaga kualitas dan idealisme mereka dengan bersikap jujur, selalu saja ada masalah yag menghinggapi.

Akhirnya, kutepis perasaan-perasaan nista seperti itu. Aku kembali memfokuskan hari-hariku dengan hal nan sangat kuminati, yakni menulis. Aku sibuk dengan kegiatan dan komunitas kepenulisan, media kampus dan seterusnya. Sebab, kupikir inilah hal nan lebih positif buat kujalani, ketimbang memikirkan proposal penelitianku nan entah kapan akan diACC pembimbingku.



Taj Mahal buat Sang Istri

Pada 1631, Arjumand Banu Begum (Muntaz Mahal), istri dari Shah Jahan seorang Kaisar Dinasti Mughal, meninggal global setelah melahirkan anak mereka nan ke-14. Shah Jahan sangat mencintai istrinya itu. Lalu, ia berjanji akan membuat sebuah bangunan megah di Kota Agra.

Tidak main-main, ia mengerahkan sebanyak 20.000 pekerja dari seluruh dunia, tiga arsitek terbaik dari Persia, Italia, dan Prancis dipanggil. Selama 22 tahun, bangunan tersebut dibuat. Bangunan itu diselimuti batu permata, kristal, giok, dan batu alam lainnya. Bangunan tersebut sekarang kita kenal sebagai Taj Mahal.



Cerita Konkret antara Romawi dan Mesir

Cleopatra, seorang Pharaoh dari Mesir, menjalin romansa dengan Mark Anthoni dari Romawi. Cerita nyata cinta ini berlangsung pada tahun 31 SM. Saat itu, Mark Anthoni meninggalkan istrinya nan bernama Octavia, sebab terpesona kecantikan Cleopatra. Mark Anthoni pun menikahi Cleopatra. Octavian, saudara Octavia tak bahagia dengan perlakuan Mark Anthoni.

Lalu, ia pun meminjam pasukan Romawi buat berperang. Saat peperangan, Mark Anthoni mendapat kabar kalau Cleopatra terbunuh. Ia pun bunuh diri. Ternyata kabar nan diterima Mark Anthoni kabar palsu. Cleopatra nan tahu Mark Anthoni wafat bunuh diri, akhirnya mengakhiri hidupnya dengan menenggak racun.



Cerita Konkret Cinta, Puisi dan Patah Hati

Seorang penyair dari tanah Arab bernama Qays ibn al-Mulawwah ibn Muzahim, jatuh cinta kepada Layla binti Mahdi ibn Sa’a. Mereka berasal dari satu suku nan sama. Karena perasaan cintanya itu, Qays banyak menulis puisi buat Layla. Suatu hari, Qays memberanikan diri buat melamar Layla. Tapi, lamaran itu ditolak ayah Layla, sebab tak sinkron dengan adat suku mereka.

Qays patah hati, sebab mendengar Layla menikah dengan pria lain. Ia depresi berat dan berkeliling di gurun pasir sambil mencari Layla. Puisi-puisinya diukir di atas pasir dengan tongkat. Orang-orang menjuluki Qays sebagai “Si Gila” sebab perilakunya itu.

Layla nan pindah ke Irak, akhirnya meninggal dunia. Qays nan mendengar kabar itu, sangat terpukul. Ia pun meninggal di dekat makam Layla. Sebelum meninggal, Qays sempat menulis puisi terindahnya buat Layla di batu dekat makam Layla.



Belajar dari Cerita Nyata

Beberapa cerita nyata di bawah ini cukup memberikan kita pelajaran mengenai betapa pentingnya bersyukur. Betapa penderitaan nan kita alami tak seberapa dibandingkan dengan penderitaan nan mereka alami. Sebuah kisah konkret nan memilukan sekaligus bisa memberikan motivasi. Mengingatkan kita bahwa apapun dapat terjadi jika Tuhan berkehendak.

Kisah konkret memang tak seindah cerita di film-film Korea. Seorang wanita miskin nan cantik dan berprinsip dapat membuat seorang pria kaya jatuh cinta dan rela wafat untuknya.

Hidup tak semudah dan seindah itu. Ada beberapa kisah lain nan sungguh dapat diambil hikmahnya. Berikut ini ialah beberapa cerita konkret nan dapat dijadikan pelajaran dan memperkaya batin Anda.



1. Kisah Konkret Seorang Gadis nan Tidak Dapat Tersenyum Seumur Hidupnya

Kisah konkret ini dialami oleh seorang gadis remaja berusia 14 tahun, Hayley Harbottle. Di usia nan lumrahnya diisi dengan berbagai ekspresi, Hayley hanya dapat terdiam.

Bukan sebab dia tak mau tersenyum, bukan sebab ia tak mau mengeluarkan ekspresi, tapi keadaan lah nan membuatnya menjadi seorang pribadi tanpa ekspresi.

Hayley mengidap sebuah kelainan genetik nan terbilang langka. Kelainan itu memaksanya kehilangan berbagai aktualisasi diri nan dapat ditunjukkan paras cantiknya. Dokter mengatakan bahwa Hayley tak mempunyai saraf vital di wajahnya nan bisa mengatur berbagai ekspresi. Sebuah kelainan genetik bernama Sindroma Moebius.

Penderita kelainan ini tak mempunyai saraf kranial keenam dan ketujuh nan berperan sebagai pengontrol aktualisasi diri wajah. Hal itu bahkan mengakibatkan penderitanya tak dapat berkedip.

Hayley mengidap kelainan ini semenjak dilahirkan. Betapa sedih hati seorang Ibu melihat keadaan seperti itu terjadi pada anaknya. Jane, ialah seorang ibu nan tegar. Ia mengatakan bahwa melihat Hayley tersenyum buat sehari saja itu ialah anugerah terbesar dalam hidupnya.

Dari kisah Hayley nan tentunya benar-benar terjadi ini pelajaran nan dapat diambil ialah bersyukur. Betapa penyakit jenis ini ternyata dapat dimiliki oleh manusia. Bayangkan apa nan terjadi jika Anda tak dapat berekspresi seumur hidup. Niscaya sangat menyiksa.

Tersenyum, mengedipkan mata tentu cenderung nikmat nan dianggap kecil. Tapi sungguh, hal itu patut disyukuri. Jangan sampai Anda merindukan bagaimana rasanya dapat tersenyum dan berkedip.



2. Kisah Konkret Seorang Anak nan Hidupnya Dihabiskan dalam Gelembung

Manusia pilihan Tuhan lainnya ialah David Vetter. Ia dipilih Tuhan sebagai pembelajaran bagi makhluk lainnya tentang arti bersyukur. Ia terlahir dengan kelainan genetik. Sebuah kelainan nan dalam istilah kedokteran dikenal dengan stigma Timus.

Yaitu, penyakit nan mengganggu sistem kekebalan dalam tubuh dampak kelainan genetik bawaan. Itulah sebabnya, begitu dilahirkan David harus langsung dimasukkan ke dalam gelembung nan steril. David memiliki kisah konkret nan juga tidak kalah memilukan.

Hanya 10 jam setelah dilahirkan, David kemudian dimasukkan dalam sebuah gelembung. Bahkan ibunya, tak pernah menyentuh David. Gelembung loka tinggal David sudah dilengkapi dengan berbagai perlengkapan, seperti loka tidur dan televisi. Namun tetap saja hal itu tak dapat membuat David senang. David ingin bermain, berlari berlari di alam bebas.

Menginjak dewasa, dokter memutuskan buat melakukan operasi cangkok sumsum tulang belakang pada David. Meskipun sebenarnya sumsum tulang belakang nan didonorkan tak cocok dengan David. Beberapa bulan setelah operasi.

David jatuh sakit. Sebuah penyakit nan sebenarnya sederhana bagi orang normal, David menderita diare, demam, dan mimisan. Namun ketiga penyakit sederhana itu sangat tak sederhana bagi David. Penyakit nan jika diderita oleh manusia lainnya dapat segera diobati, tapi tak bagi David. Ini masalah besar.

Untuk menyembuhkan David dari penyakitnya, tim dokter memutuskan buat mengeluarkan David dari gelembung. David pun dikeluarkan dari gelembung. Sesaat setelah dikeluarkan keadaan David tambah memburuk.

David koma. Pada saat dikeluarkan dari gelembung itulah ibu David sukses memegang David buat pertama dan terakhir kalinya. David mampu bertahan hayati dalam gelembung selama 14 tahun.

Kisah konkret milik David ini mengajarkan banyak sekali nilai-nilai kehidupan. Bahwa kita flu sedikit saja langsung mengeluh, sakit gigi sedikit saja dengan mudahnya langsung marah-marah. Bagaimana dengan David? Bagaimana ia harus bersikap jika orang-orang di luar nan lebih beruntung malah jauh lebih manja?

Rasa malu seharusnya menjadi perasaan nan menghampiri ketika Anda mengetahui kisah ini. Pun jika Anda termasuk dalam orang nan mudah sekali mengeluh berkenaan dengan kondisi kesehatan. Jika David dapat memilih, ia niscaya ingin menggantikan posisi Anda. Hayati normal di luar gelembung.