Pementasan Wayang Beber

Pementasan Wayang Beber

Wayang Beber merupakan salah satu seni pewayangan nan muncul dan kemudian berkembang di daerah Pulau Jawa. Seni pewayangan tersebut muncul pada masa Islam, lalu berkembang di seluruh penjuru Pulau Jawa.

Seni wayang tersebut dinamakan wayang beber sebab wayangnya berbentuk lembaran atau beberan nan kemudian dibentuk sebagai tokoh dalam cerita pewayangan, baik cerita Ramayana maupun cerita Mahabrata.



Asal-Usul Wayang Beber

Seni pewayangan tersebut muncul pada masa kerajaan Majapahit. Pada awalnya, gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas nan kemudian disusun sinkron dengan adegan dan urutan cerita.

Gambar-gambar tersebut kemudian dimainkan dengan cara dibeberkan sehingga muncullah nama wayang beber dalam seni pewayangan. Beberapa kalangan masyarakat nan sampai saat ini masih memainkan seni pewayangan jenis ini ialah masyarakat di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo.

Menurut cerita, salah satu wali yaitu Sunan Kalijaga kemudian memodifikasi bentuk wayang beber sehingga menjadi wayang kulit nan kita kenal sekarang ini. Denagn bentuk bentuk nan bersifat ornamenotik, Sunan Kalijaga tersebut memodifikasi wayang dengan alasan bahwa agama Islam tak memperbolehkan bentuk gambar makhluk hidup.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga memberikan tokoh tambahan nan tak ada pada wayang babon (seni wayang dengan tokoh orisinil India), yakni Semar dan anak-anaknya, serta Pusaka Hyang Kalimusada.

Wayang nan telah dimodifikasi tersebut kemudian dijadikan sebagai media buat menyebarkan ajaran agama Islam. Wayang beber orisinil nan pertama dipamerkan masih dapat kita lihat di daerah Pacitan, Donorojo. Wayang tersebut dipegang secara turun temurun oleh anak cucu nan merupakan keturunan orang pertama pemegang dan pemelihara wayang tersebut.

Menurut kabar nan bedasarkan kitab Sastro Mirudo, wayang tersebut pertama kali dibuat pada tahun 1283 oleh Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo nan kemudian pembuatannya dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya. Selain cerita Ramayana dan Mahabrata, wayang beber juga menyajikan cerita Panji Asmoro Bangun nan menjalin interaksi asmara dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo.



Kesenian Tertua di Indonesia

Beberapa orang menyebut bahwa Wayang Beber merupakan salah satu wayang tertua di Indonesia. Meskipun merupakan salah satu lakon wayang tertua di Indonesia, namun wayang beber sporadis dipentaskan. Wayang beber merupakan kesenian tradisional warisan dari kerajaan Majapahit. Untuk mendapatkan literasi tentang wayang beber memang cukup sulit. Popularitasnya sangat jauh jika dibandingkan dengan wayang kulit.

Padahal, wayang beber merupakan salah satu kesenian wayang tertua di Indonesia. Sampai tahun 80-an, hanya budayawan Jawa RM Sayid nan mengulasnya dalam buku stensil. Di daerah Pacitan dan Gunung Kidul, wayang beber masih merupakan benda keramat. Berbagai ritual-ritual seperti membwrsihakan wayang dan upacara adat harus dilakukan sebelum mementaskan wayang beber.



Pementasan Wayang Beber

Dalam pementasannya, wayang-wayang tersebut "dibeberkan" dalam kain. Dalam satu gulungan kain, terdapat berbagai macam adegan. Jadi perpindahan adegan dalam wayang beber ialah dengan cara membuka kain tersebut, lalu menutup bagian kain nan lain. Lalu sang dalang menceritakan kejadian nan ada dalam gambar nan terbuka. Cerita nan biasanya dipentasakan dalam wayang beber ialah lakon Panji.

Lakon ini ada pada saat Islam mulai masuk dan berkembang di kerjaan Majapahit. Panji ialah seorang pangeran dari kerjaan Tabanan. Cerita ini sangat populer dalam global wayang. Panji dianggap sebagai leluhur karajaan Majapahit.

Kekuatan wayang beber selain pada narasi dalang dan gambar, ada pula pada musiknya. Musik pengiring wayang beber ialah lesung. Lesung merupakan alat musik tradisional nan dibuat dari penumbuk padi. Jadi para pemain lesung membuat irama dari penumbuk padi.

Memainkan musik lesung mustahil buat sendirian. Jadi, para pemain berdiri berjajar di atas penumbuk padi dan melakukan gerakan memukul alat penumbuk tersebut dengan kayu. Interval nada nan diciptakan dari pukulan kayu tersebut akan menciptakan harmonisasi suara seperti perkusi.



Wayang Beber di Era Modern

Meskipun kurang populer di Indonesia, namun wayang beber sudah dipentaskan di mancanegara. Dani Iswardana WIbowo, seorang artis asal Surakarta nan membawa wayang beber ini keliling dunia. Ia pernah mementaskan wayang beber di Prancis.

Dalam pementasannya di Prancis, Dani menggabungkan antara seni tradisional dengan pendekatan modern. Dani memang konsiten dalam mendokumentasikan dan mempopulerkan wayang beber kembali. Bahkan pada 2004, Dani mendirikan sebuah Komunitas nan bernama "Wayang Beber Kota" bersama Agung PW dan Tri Ganjar Wicaksono.

Komunitas ini bertujuan buat membuat wayang beber dapat diterima dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Karena diisi oleh para artis muda, pementasan nan dilakukan oleh Wayang Beber Kota selalu segar. Dalang primer mereka, Tri Ganjar Wicaksono bahkan berusia di bawah 20 tahun.

Semoga saja kesenian wayang nan syahdan merupakan wayang tertua di Indonesia ini dapat kembali dinikmati oleh banyak masyarakat. Karena ini merupakan sebuah peninggalan kebudayaan nan harusnya dibuat kembali bergairah.



Langkah-Langkah Pementasan Wayang Beber

Pertunjukkan wayang beber sudah sangat tua, yakni sejak zaman kerajaan Majapahit. Kesenian nan hampir punah ini tak bisa diajarkan kepada orang lain nan bukan keturunan para dalang wayang beber. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa langkah nan harus ditepati dan tak boleh dilanggar pada saat pementasan wayang beber sedang berlangsung.

Wayang beber hanya akan dipentaskan dengan alasan eksklusif nan berhubungan dengan tradisi setempat, misalnya saja upacara ruwatan dan nadar. Wayang berbentuk lukisan nan dibuat di atas kertas ini memiliki bentuk mirip seperti wayang kulit purwa, yakni menampakkan kedua mata.

Beberapa bentuk sikap wayang antara lain ialah sikap bersila, berjalan, berperang, dan lain sebagainya dengan jumlah lukisan wayang beber sebanyak 6 gulung dan tiap gulung berisi 4 adegan atau biasa disebut jagong. Gulungan tersebut kemudian digulungkan di atas kotak dengan urutan pertunjukkan sebagai berikut.

  1. Dalang membakar kemenyan terlebih dahulu sebelum memulai acara pertunjukkan wayang.
  2. Setelah selesai membakar kemenyan, dalang kemudian membuka kotak sambil mengambil tiap gulungan nan sinkron dengan kronologi cerita.
  3. Dengan posisi membelakangi penonton, dalang kemudian membeberkan gulungan nan sinkron jalan cerita.
  4. Kemudian dalang melantunkan narasi atau janturan cerita.
  5. Setelah janturan, mulailah suluk (lagu penggambaran) nan jika dibandingkan dengan suluk wayang purwa memiliki banyak sekali perbedaan.
  6. Setelah itu, barulah pocapan dimuai berdasarkan gambar wayang nan sedang dibeberkan sampai akhir cerita selesai.

Selama pertunjukkan berlangsung, musik nan melantun dimainkan oleh seperangkat gamelan salendro buat mengiringi cerita wayang tersebut. seperangkat gamelan tersebut terdiri atas rebab, kendang batangan, ketuk berlaras dua, kenong, gong besar, gong susukan, dan kempul. Dengan penabuh sebanyak 4 orang nan terdiri atas satu orang penggesek rebab, petigendang, penabuh ketuk kenong, dan penabuh kempul serta gong.

Pertunjukkan nan diselenggarakan biasanya berjalan sekitar satu setengah jam denagn waktu siang atau malam hari. Salah satu syarat nan juga harus dipenuhi dalam pementasan wayang beber ialah sesaji nan terdiri atas bunga boreh, ketan nan sudah ditumbuk halus, tumpeng, panggang ayam, ayam hidup, jajanan pasar berupa kue tradisional, serta pembakaran kemenyan. Sementara itu, sesaji buat acara ruatan atau pembersihan desa perlu ditambah dengan sebuah kuali, kendi, dan kain putih nan ketiganya baru.