Kisah Takjub Ketika Thawaf

Kisah Takjub Ketika Thawaf

Umrah bukan hanya “mengunjungi”. Juga bukan sekadar menuaikan peribadatan mahdah (fisik).

Di dalamnya berlangsung sebuah peristiwa sosial, nan tak hanya menghubungkan manusia dengan Allah Swt, melainkan juga tentang manusia berhubungan dengan manusia lainnya.



Pengorbanan Ibrahim as dan Siti Hajar

Peribadatan ini merupakan simbolisasi dari susah payahnya Nabi Ibrahim dan Siti Hajar buat mengorbankan apa nan tengah mereka miliki sebagai “kemapanan” menuju peristiwa hayati nan tak niscaya dan diperlukan ketabahan dan keikhlasan.

Prosesi tawaf, sa’i, tahallul, dan berkurban merupakan simbolisme dari hal nan digambarkan pada masa Nabi Ibrahim, bersusah payah melakukan pengorbanan kepada Allah Swt dengan penuh keikhlasan.

Dr. Yahya Ibrahim Al-Yahya mengutarakan beberapa nasihat nan perlu diperhatikan oleh mereka nan melaksanakan umrah.

Bahwa setan selalu berusaha menyesatkan Muslimin dan menghiasi kejahatan itu sehingga kelihatan baik oleh mereka. Allah berfirman,

"Dan (setan) itu mengatakan, ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian nan sudah ditentukan (untuk saya).’” (QS An-Nisaa [4]: 118)

Artinya, dalam setiap kesempatan, setan selalu berupaya membelokkan pikiran manusia, memberikan anggapan-anggapan mengenai kesempatan dalam kesempitan sehingga ibadah nan dilakukan akan berkurang nilai ruhiyahnya, atau bahkan ibadah nan dilakukan akan sia-sia.



Jangan Salah Niat Ketika Umrah

Misalnya bagi para jamaah Indonesia, mereka nan tak terbiasa ke luar negeri akan memanfaatkan kesempatan tersebut buat melaksanakan perencanaan lain di luar maksud nan sebenarnya. Seperti, menumpuk oleh-oleh dari Arab. Bukankah dengan demikian ada niat nan dibelokkan?

Akankah semua biro perjalanan nan mengurusi haji dan umrah memperhatikan bahwa niat harus dilandaskan kepada ketulusan niat buat beribadah dan bukan ber- mudharabah (berniaga).

Apabila diperkenankan, apa nan sebenarnya terjadi pada masa umrah dan haji ialah inspirasi buat bermuamalah (berkomunikasi) dengan sesama Muslim dari seluruh penjuru dunia.

Saling mengenal, saling menolong, saling membantu, saling menasihati dalam aplikasi haji.

Dalam aplikasi haji dan umrah, tak ada nan merasa paling istimewa. Tidak ada pangkat dan jabatan, tak ada kepatutat bahwa satu orang perlu didahulukan dari nan lainnya.

Tidak juga berdasarkan paspor dan ONH nan telah dibayarkannya. Perasaan merasa istimewa sebab telah membayar lebih mahal dari nan seharusnya, telah menjadikan manusia bukan hanya kehilangan pahala amal umrah, melainkan juga mendapatkan dosa sebab telah menyisip rasa arogan dan takabur pada saat aplikasi ibadah. Hal itu merupakan ladang kerugian nan berlipat-lipat.

Kehati-hatian buat memilih hal nan dibutuhkan selama umrah pun begitu penting. Misalnya, makanan nan halal, barang-barang nan diperoleh dengan tak melakukan perniagaan nan buruk, atau terlalu mengandalkan orang lain.



Kisah Takjub Ketika Thawaf

Pernah dikisahkan, seorang ayah membawa anak balitanya buat mengikuti umrah, pada saat mereka tawaf, sang anak mengaku kepada ayahnya bahwa Ka’bah itu gedung tinggi nan menjulang sampai ke langit, dan terdapat “ manusia-manusia ” bersayap nan terbang mengelilinginya.

Sang ayah merasa takjub, mungkin sang anak nan masih polos diberikan kesempatan buat melihat apa nan dapat dilihat dari hati nan bersih. Namun, pada saat sang ayah membawa anaknya makan siang, di gerai Mcdonald, sang anak tak bisa lagi melihat apa nan dilihat sebelumnya di Ka’bah.

Subhanallah, bukankah dengan demikian kehalalan itu menembus batas apakah makanan itu diproses secara halal atau tidak. Di Mekah semuanya tak dapat ditutupi dengan rencana-rencana manusia, sehingga ada baiknya manusia senantiasa tawakal kepada Allah terlebih dahulu terhadap apa nan hendak mereka hadapi.



Ibadah Umrah: Mengenang Perjuangan Nabi Ibrahim as

Sejatinya, Umrah ialah ibadah nan melahirkan perenungan nan mendalam bagi siapa saja nan mengunjungi Ka’bah. Merenungi bagaimana bukti ketaatan Ibrahim as. dan keluarganya kepada Allah Swt. Pasalnya, dengan ketaatan tersebut Nabi Ibrahim as. dan keluarganya berada dalam gerbong orang nan disayangi oleh Allah Swt.

Di dalam al-Qur’an tepatnya surat An-Nisa ayat 125, Allah Swt menobatkan Nabi Ibrahim sebagai kekasihnya. “Allah memilih Nabi Ibrahim as. sebagai kekasih-Nya” (QS. An-Nisa: 125). Pertanyaannya, pernahkah terbesit di benak kita mengkaji sejarah Nabi Ibrahim menjadi kekasih Allah?

Perjalanan umrah ke Baitullah mesti menjadi makna krusial buat melihat perjuangan Nabi Ibrahim as. dan keluarganya sehingga kisahnya dan keluarganya dimaktubkan Allah di dalam al-Qur’an.

Di dalam kitab Nasha-ihul ‘ibad, Imam Nawawi al-Bantani dijelaskan ada tiga penyebab Nabi Ibrahim as. diangkat menjadi kekasih Allah. Salah satunya dapat disaksikan bukti sejarahnya. Yaitu, munculnya air zam zam. Air zam zam muncul ialah salah satu tanda Allah sangat cinta kepada Nabi Ibrahim as. Tentu saja, hal ini menjadi verifikasi bahwa Nabi Ibrahim as. juga sangat cinta kepada Allah.

Salah satu penyebab Nabi Ibrahim as. diangkat menjadi kekasih Allah adalah, ia tak pernah gundah gulana atau gelisah dengan apa nan telah ditetapkan Allah. Saat itu, Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim as. buat meletakkan anak dan isterinya di tanah nan tandus nan kini dikenal dengan nama Mekah.

Dulu, ada suku Amaliqah, suku nan suka melakukan perkemahan. Ketika melakukan perkemahan tanah tandus, loka Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah buat menaruhkan anak dan isterinya, suku Amaliqah tidak pernah ingin melakukan penginapan lagi. Mereka tobat. Karena daerah tersebut sangat tandus. Tidak ada air dan tak ada tumbuh-tumbuhan.

Namun Nabi Ibrahim as. tetap melaksanakan perintah Allah. Ia konfiden bahwa Allah akan memberikan makanan dan minuman buat anak dan Isterinya. Pikiran Nabi Ibrahim tersebut sahih kenyataannya. Di saat makanan nan dibawa Siti Hajar sudah habis, sedangkan Ismail as. Siti Hajar bolak balik dari Shafa ke Marwah tujuh kali namun tidak menemukan air dan tidak melihat kafilah nan sedang melewati daerah tersebut.

Namun izin Allah, lewat hentakan kaki Ismail as. muncul air zam-zam nan hingga kini bisa disaksikan bukti sejarahnya.

Mestinya, orang nan melakukan ibadah Umrah mampu melihat dan merenungi perjuangan nan dilakukan Nabi Ibrahim as. dan keluarganya. Perjuangan mendapatkan karunia nan luar biasa besar.

Menjadi bukti juga, jika kita tawakkal kepada Allah di saat memulai pekerjaan hingga selesai pekerjaan akan mendapatkan karunia besar dari Allah. Lihatlah Nabi Ibrahim as. Ia meyakini meletakkan anak dan isterinya di Mekah ialah perintah Allah. Ia dahulukan perintah Allah dan serahkan kepada Allah tentang kehidupan anak dan isterinya, sejak ia menjalani perintah Allah hingga nantinya Allah memberikan rezeki untuk anak dan isterinya.

Mestinya, inilah nan menjadi pelajaran krusial bagi siapa saja nan melaksanakan iabdah umrah. Setiap kali melalui shafa dan marwah mengingat akan perjuangan nan dilakukan Nabi Ibrahim as. hingga akhirnya menjadi kekasih Allah.

Mestinya juga menjadi pelajaran bahwa dengan tawakkal kepada Allah sejak sebelum melakukan pekerjaan hingga selesai akan mendatangkan karunia nan luar biasa. Dan ini menjadi pelajaran, bahwa dalam bekerja mestinya tawakkal sebelum memulai pekerjaan, bukan setelah bekerja.

Caranya awali dengan doa kepada Allah, lalu bekerja. Tak lupa di saat istirahat bekerja ingat kembali kepada Allah, baru setelah selesai berdoa kembali kepada Allah. Inilah nan namanya tawakkal.

Ibadah umrah punya makna mengajarkan ketawakkalan kepada Allah. Hanya saja, pelajaran ini kurang dikaji oleh kebanyakan orang nan melakukan ibadah umrah. Mereka tetap menganggapnya sebagai kesan wisata, bukan ibadah kepada Allah.

Jika ini dipandang sebagai ibadah, mestinya perjalanan umrah nan 9 hari dapat menjadi perjalanan berharga. Perjalanan nan menghasilkan rezeki luar biasa dari Allah. Namun sayang, mereka lebih suka belanja banyak-banyak selama menunaikan ibadah umrah.

Lihat saja apa nan dilakukan Nazaruddin dan Musdalifah ketika umrah nan mereka lakukan. Pergi dan pulang umrah nan dibawa hanya makanan dan oleh-oleh nan banyak. Seakan-akan saat mau melaksanakan umrah, mereka merasa bakal kekurangan makanan, padahal di Mekkah sudah dijamin Allah buat makan manusia.

Jika pun tak ada, air zam-zam juga berdasarkan hadis Rasulullah Saw. juga mampu mengenyangkan orang nan meminumnya. Demikian halnya dengan kembali ke tanah air, bukannya menunjukkan perubahan malah tampak lebih parah lagi. Nazar membongkar tas nan dibawanya cukup banyak. Seakan-akan rumah Allah nan dikunjunginya layaknya Mall.

Oleh sebab itu, ini juga pelajaran dari Allah, bahwa tidak semua orang nan menunaikan ibadah umrah dapat mengambil pelajaran dan hikmah nan terdapat di sepanjang perjalanan ibadahnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi sobat Ahira.