Pemberian Nama Andi di Era La Pawawoi
Bukan hanya Inggris, Norwegia serta negara-negara kerajaan lain nan memiliki gelar kehormatan, Indonesia juga memilikinya. Jangan lupakan gelar-gelar kehormatan dari keraton-keraton serta kerajaan-kerajaan nan ada di Indonesia. Jika berbicara mengenai panjang gelar, gelar dari Indonesia juga tak kalah panjang. Kadang menyulitkan bagi mereka nan tak tahu asal-usulnya. Tetapi, ada gelar milik Indonesia nan cukup singkat. Gelar tersebut ialah Andi .
Pertanyaan nan muncul kemudian adalah, apakah sahih Andi ialah nama gelar? Lalu, kenapa namanya terkesan seperti nama seseorang? Sulit memang membedakan nama Andi sebagai gelar dan mana Andi sebagai nama. Untuk mengetahuinya, Anda dapat melihat asal-usul dari orang tersebut. Jika berasal dari Bugis, kemungkinan Andi nan dimiliki ialah gelar.
Gelar Andi memiliki cerita sejarah nan cukup panjang. Semua terangkum dalam kebudayaan masyarakat Bugis. Untuk itu, ketika membicarakan gelar nan satu ini, kebudayaan masyarakat Suku Bugis secara tak langsung juga akan ikut dibicarakan. Simak pembahasan mengenai Suku Bugis berikut ini!
Suku Bugis
Suku Bugis berada di Sulawesi Selatan. Anggota masyarakat suku ini merupakan hasil akulturasi dari berbagai etnis. Masyarakat Melayu dan Minangkabau nan datang ke daerah ini, tepatnya Kerajaan Gowa, sekitar abad 15 juga bisa dikelompokkan sebagai masyarakat Bugis. Masyarakat Suku Bugis menyebar ke berbagai penjuru Indonesia, bahkan hingga luar negeri.
Jika membicarakan asal-usul keberadaan suku ini, jangan ragukan soal panjangnya cerita nan akan Anda dapat. Semua bermula dari Norma masyarakat La Sattumpugi, masyarakat nan saat ini mendiami Kabupaten Wajo, nan menyebut dirinya dengan nama to ugi. To ugi sendiri ialah sebutan bagi pengikut La Sattumpugi.
Ceritanya berlanjut hingga kemudian La Sattumpugi memiliki anak bernama We Cudai dan Batara Lattu. Batara Lattu kemudian memiliki anak bernama Sawerigading. Sawerigading sendiri menikah dengan We Cudai dan memiliki anak bernama La Galigo. La Galigo merupakan seorang sastrawan besar nan melahirkan karya sebanyak ribuan folio.
Masyarakat Bugis pun membentuk beberapa kelompok kerajaan. Kerajaan Bugis nan tergolong memiliki usia tua ialah Kerajaan Bone, Kerajaan Luwu, Kerajaan Soppeng, Kerajaan Sawitto, Kerajaan Sidrap, Kerajaan Rappang dan Kerajaan Sidenreng. Pernikahan nan terjadi antara masyarakat Makassar dan Mandar membuat percampuran darah antara dua budaya tak dapat lagi dielakkan.
Suku Bugis juga menjadi bukti diri atau akar silsilah dari beberapa tokoh nan ada di Indonesia. Sebut saja Jusuf Kalla. Kemudian ada B.J Habiebie, Sophan Sophiaan, serta Andi Mallarangeng. Nama Andi pada Andi Mallarangeng kemungkinan ialah gelar Andi nan dimaksud.
Ragam Pendapat Tentang Andi
Gelar Andi selaku gelar kehormatan nan dimiliki masyarakat Bugis disematkan pada bangsawan-bangsawan Bugis. Ada majemuk pendapat nan menceritakan asal-usul dari pemberian gelar Andi ini. Namun, temuan berupa sumber orisinil belum ada.
Menurut beberapa pendapat, Andi merupakan gelar kebangsawanan nan diturunakan berdasarkan garis keturunan. Setelah Bugis mendapatkan kemerdekaannya dari masyarakat Gowa , mereka nan merupakan keturunan dari campuran dari beberapa garis keturunan mendapatkan gelar ini. Mereka ialah keturunan dari percampuran berikut.
- Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Bone Sejati;
- Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wulu nan bekerjasama dengan Kerajaan Gowa;
- Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wajo;
- Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Sultan Hasanuddi;
- Kemudian percampuran dari pernikahan antara anak serta cucu Lapatau dengan putri dari Raja Suppa dan Tiroang;
- Dan, percampuran pernikahan antara anak cucu Lapatau dengan putri-putri raja dari kerajaan-kerajaan kecil nan berdaulat di Sulawesi.
Pemberian gelar tersebut syahdan merupakan upaya dari Belanda, dalam hal ini VOC , buat membangun serta mengendalikan, dalam hal ini lebih tepatnya mengubah kehidupan sosial nan ada di Sulawesi. Itu lah mengapa ada seorang jenderal bernama Muhammad Yusuf nan menolak penggunaan nama Andi. Padahal secara garis keturunan, beliau ialah memiliki garis keturunan dari Sawerigading.
Pemberian Nama Andi di Era La Pawawoi
Pendapat beberapa pakar lainnya ialah berhubungan dengan kehidupan masyarakat Bugis pada zaman pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri. Menurut cerita, pada masa pemerintahan itu, interaksi Kerajaan Bone dan pihak VOC dalam keadaan memanas. Kerajaan Bone kemudian membentuk sekelompok pasukan buat menghadapi pasukan dari Belanda tersebut. Pasukan itu diberi nama Anre Guru Ana’ Karung.
Pemimpin dari pasukan bentukan Kerajaan Bone tersebut ialah Petta Ponggawae. Anggota dari pasukan bentukan Kerajaan Bone bukan hanya anak-anak bangsawan, tetapi juga anak dari orang-orang berkedudukan di daerahnya masing-masing. Pemuda-pemuda itu lah nan kemudian syahdan dianugerahi gelar Andi. Gelar itu diberikan sebab mereka sudah dianggap sebagai keluarga muda Raja Bone nan rela wafat demi menegakkan kehormatan nan dimiliki rajanya, atau patetong’ngi alebbirenna Puanna.
Pemberian Nama Andi versi Raja Bone
Versi lain mengenai pemberian gelar Andi berhubungan dengan Raja Bone ke 30 dan 32 bernama La Mappanyukki. Beliau merupakan putra dari Raja Gowa dan putrid Raja Bone. La Mappanyukki mendapatkan gelar Andi d depan namanya atas pengaruh dari pihak Belanda. Peristiwa itu terjadi pada 1930-an. Mengapa dalam pemberian nama Andi ini pihak Belanda memiliki pengaruh? Ini ialah siasat Belanda buat membedakan bangsawan mana nan berpihak padanya. Para bangsawan nan menggunakan gelar Andi di depan namanya, ialah mereka nan berpihak kepada pihak Belanda.
Melihat kemudahan nan diterima para bangsawan pemihak Belanda, satu tahun kemudian, raja-raja nan berkuasa di Sulawesi sepakat buat menggunakan nama Andi di depan namanya. Dalam buku milik Susan Millar juga disebutkan bahwa penggunaan nama Andi di depan awalnya ialah bertujuan buat membedakan mana golongan bangsawan dan mana nan bukan.
Karena saat itu, terjadi perdamaian antara pihak kerajaan dengan VOC. VOC kemudian berjanji buat melepaskan budak nan masih merupakan keturunan bangsawa. Penggunaan nama Andi kemudian merujuk pada peristiwa tersebut.
Pengelompokkan mana bangsawan dan mana nan bukan menemukan kendala. Banyaknya budak nan dimiliki Belanda pada saat itu berimbas pada bercampurnya seluruh lapisan masyarakat. Akhirnya, diputuskan bahwa mereka nan lolos mengikuti berbagai test, nan pastinya hanya dikuasai oleh para bangsawan, lah nan akan mendapatkan sertifikat. Test tersebut salah satunya ialah test sebagai montir mobil.
Dari peristiwa tersebut, gelar Andi seolah menjamur. Semua keturunan bangsawan menggunakan nama tersebut di depan nama aslinya. Penggunaan nama Andi pada saat itu juga cukup majemuk di setiap kerajaan nan ada di Sulawesi . Misalnya seperti nan terjadi di Kerajaan Soppeng. Kerajaan ini hanya membolehkan gelar Andi digunakan oleh keturunan ketiga.
Pemaknaan Gelar Andi
Ketika seseorang memang sudah ditakdirkan menjadi bangsawan, siapa nan akan memungkirinya? Gelar-gelar kebangsawanan nan ada di Indonesia ini harus diakui cukup membuat garis tingkatan sosial semakin jelas terlihat. Tidak heran jika pada akhirnya, ada beberapa bangsawan, nan ditandai dengan gelar di depan namanya, bangga terhadap gelar nan dimilikinya.
Sehingga, gelar tersebut terus dibawa-bawa kemana pun ia pergi. Seperti gelar Andi ini sendiri. Dan hal tersebut membuat jurang pemisah antara golongan bangsawan dan golongan masyarakat biasa.
Di golongan masyarakat Bugis sendiri, khususnya mereka para orang tua, ada sebuah asumsi bahwa siapa pun nan sering mengaku-aku dirinya sebagai bangsawan dan membawa gelarnya kemana pun serta seolah menonjolkanya kepada masyarakat luas, ialah bukan keturunan murni bangsawan.
Kebanggaan mereka terhadap gelar dengan menonjolkan nama gelar nan dimiliki seolah sebagai bentuk ketakutan apabila gelar bangsawan nan dimilikinya tak diakui. Padahal, jika memang ia ialah bangsawan murni, tanpa menggunakan embel-embel Andi di depan namanya, masyarakat akan tetap tahu bahwa ia ialah bangsawan.
Pemaknaan gelar kebangsawanan di masyarakat Indonesia, seperti Andi memang menimbulkan disparitas pendapat. Sejatinya, menurut salah seorang keturunan bangsawan, gelar bangsawan tak berbeda jauh dengan kadar zat oksidasi nan dimiliki sebongkah emas . Ada nan kadar karatnya tinggi dan ada nan rendah. Kadar zat oksidasi ini diasosiasikan sebagai tingkah laku atau kepribadian bangsawan tersebut di tengah-tengah masyarakat.
Gelar Andi sendiri seolah menjadi suatu hal nan dapat menaikkan gengsi seseorang di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, pemakaian gelar Andi ini banyak nan dipaksakan. Anggaran berdasarkan kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, gelar Andi hanya boleh diturunkan dari garis ayah. Jika ayahnya tak “Andi”, ia tak boleh menempatkan gelar tersebut di depan namanya. Sayang, anggaran tersebut banyak diterabas.
Pemaknaan gelar kebangsawanan pada akhirnya seolah bergeser. Pandangan masyarakat nan terlanjur “wah” dengan gelar tersebut ialah salah satu penyebab mengapa gelar begitu sangat diagung-agungkan. Padahal, setelah meninggal nanti, satu-satunya gelar nan akan inheren ialah alm, bukan? Semoga tak ada lagi nan memaknai gelar kebangsawanan secara salah.