Talk Show Jak TV dan Masa Depan Sepakbola Indonesia
Pertengahan hingga akhir tahun lalu, nama Jak TV sempat heboh ketika ada kasus pemalsuan Surat MK (Mahkamah Konstitusi) nan syahdan dilakukan oleh Andi Nurpati, salah satu petinggi KPU (Komisi Pemilihan Umum). Maklum, diberitakan Andi Nurpati menerima surat orisinil dari MK di Studio Jak TV atas permintaannya sendiri pada 17 Agustus 2009.
Surat ini berkaitan dengan penetapan Dewi Yasin Limpo sebagai calon legislatif atau anggota DPR oleh KPU. Awalnya, KPU merujuk pada surat klarifikasi panitera MK nan dibuat pada 14 Agustus 2009. Namun, surat tersebut palsu dan MK memberikan surat orisinil nan didapatkan Andi Nurpati saat berada di Jak TV. Uniknya, meskipun sudah mendapatkan surat tersebut, dan sudah membacanya, Andi Nurpati “lupa” menyerahkan surat ini ke lembaga KPU. Karena kejadian ini, Jak TV nan diluncurkan sejak 16 Maret 2005 menjadi lebih terkenal.
Namun, baru-baru ini ada warta nan ramai di media online berkaitan dengan Jak TV. Bukan dari ranah politik, melainkan dari ranah sepak bola. Beberapa hari lalu, tepatnya 17 Januari 2012, Jak TV mengadakan talk show nan bertajuk " Ada Apa dengan KLB PSSI ". Apa menariknya talk show Jak TV ini sehingga banyak mengundang pro dan kontra di global maya?
Jak TV - Talk Show Jak TV dan Kisruh PSSI
Jak TV menyiarkan talk show nan membahas global persebakbolaan Indonesia. Sejak Oktober 2011 hingga awal tahun ini, sepak bola Indonesia kembali dirundung duka. Oleh sebab itulah, Jak TV mengangkat tema PSSI nan saat itu sedang menghangat. Nurdin Halid memang sudah sukses dijatuhkan dari Ketua Generik PSSI. Namun, konflik PSSI memasuki babak baru. Apa lagi kalau bukan masalah terpecahnya Perserikatan Indonesia.
Informasi nan di bisa dari talk show Jak TV menyatakan bahwa PSSI melalui PT LPIS (Liga Prima Indonesia Sportindo) menyelenggarakan kompetisi baru bernama Indonesian Premier League (IPL). Jumlah klub di kompetisi ini berjumlah 24. Angka nan sangat besar buat ukuran klub sepakbola Indonesia. Maklum, selain memakan waktu nan sangat lama (kompetisi digelar sekitar 10 bulan dengan adanya partai midweek ), klub sepakbola Indonesia nan minim dana, risi tidak kuat membiayai keuangan hingga akhir musim.
Selain itu, berdasarkan acara talk show Jak TV, jadwal nan dibuat PT LPIS cukup memberatkan sebab beberapa klub harus bertanding 2 hari sekali. Alhasil, beberapa klub memberontak dan memilih buat bergabung ke PT LI (Liga Indonesia) nan mendirikan perserikatan sendiri, ISL (Indonesia Super League) 2011-2012. PT LI menyebut bahwa ISL ialah kelanjutan dari ISL musim sebelumnya. PT LI menyebutkan ada 18 klub nan berlaga di kompetisi nan mereka selenggarakan.
Hal ini didasarkan pada (konon) Kongres Bali tahun 2011, kongres nan diadakan pada era Nurdin Halid nan keabsahannya sangat meragukan.Sebagai catatan, PT LI merupakan pengelola perserikatan indonesia selama ini. Namun, sebab tak transparan, PSSI mengganti mereka dengan PT LPIS. Nah , berangkat dari kisruh dua kompetisi inilah talk show di Jak TV dimulai.
Talk show Jak TV mengungkapkan, di akhir tahun 2011, setelah Indonesia Super League bergulir, muncul KPSI (Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia). Sinkron namanya, KPSI berusaha menyelamatkan sepakbola Indonesia versi mereka sendiri. KPSI meyakini bahwa PSSI nan sekarang dipimpin oleh Djohar Arifin, telah banyak melanggar statuta PSSI. KPSI sendiri diisi oleh orang-orang nan bertalian erat dengan PT LI atau klub-klub di Indonesia Super League. KPSI sempat berjanji akan mempertemukan klub-klub ISL buat mengadukan masalah nan mereka hadapi, kepada FIFA. Namun, sampai ditayangkannya talk show di Jak TV ini pun, ternyata hal tersebut tak terjadi.
Hal ini tak menyurutkan semangat KPSI. Mereka kemudian menyuarakan diadakannya KLB (Kongres Luar Biasa). Beberapa waktu lalu, banyak pihak nan kelak terlibat di KPSI, berkata bahwa KLB tak melulu buat mengganti posisi ketua generik PSSI. Namun, pada akhirnya, menggulingkan ketua generik PSSI menjadi salah satu agenda primer dalam Pra-Kongres KPSI pertengahan Januari 2012 lalu. Masalah KLB inilah nan menjadi topik bahasan dalam talk show Jak TV.
Sebagai pembicara, ada Hary Hasan (Pengurus KPSI Jakarta), Ir. Hetifah Sj. Siswanda (Anggota DPR Komisi X dari Partai Golkar), dan Saleh Ismail Mukadar (Wakil Sekjen PSSI). Dalam pembicaraan talk show Jak TV tersebut, ketiga orang tadi berdebat tentang perkembangan sepakbola tanah air. Anggota DPR Komisi X menyatakan bahwa FIFA mendorong perubahan di tubuh PSSI. Sementara, PSSI meminta DPR agar tak hanya mendengar KPSI saja. Kebetulan, hari-hari tersebut, KPSI memang datang ke Komisi X DPR buat curhat masalah sepakbola nasional. Kala itu, Komisi X DPR kebanyakan mendukung KLB. Talk show Jak TV tentang kemelut sepak bola kita ini pun langsung dikomentari dengan cara beragam.
Talk Show Jak TV dan Masa Depan Sepakbola Indonesia
Semua orang menginginkan kemajuan sepak bola di negeri kita. Dibandingkan dengan bulutangkis dan bahtera naga nan hampir selalu menyumbangkan emas di kejuaraan level Asia Tenggara atau Asia, sepak bola kita tak demikian. Timnas Indonesia cuma dapat mencapai posisi runner-up di AFF Cup 2010. Timnas junior, U-23, juga kalah dari Malaysia di SEA Games 2011 lalu. Sementara, suporter kita masih kurang mampu menerima fenomena ketika kalah. Jika kita sedikit meluangkan waktu di YouTube, kita dapat melihat adegan miris.
Misalnya, pemukulan wasit, pemain nan berkelahi di lapangan, suporter nan rusuh di lapangan, ketidaksigapan panpel (panitia pelaksana), dan seterusnya. Belum lagi malah mafia perwasitan nan syahdan begitu kental. Sepanjang pergelaran ISL musim ini, baru memasuki pekan kedelapan, sudah ada sekian banyak pelatih, pemain, atau manajer nan menyuarakan protes sebab klub mereka dirugikan oleh keputusan wasit. Bukan berarti di IPL tak ada. Namun, intensitasnya lebih sedikit.
Talk show Jak TV beberapa waktu lalu seharusnya dapat digunakan buat mencari rekonsiliasi, bukan melakukan pembenaran pihak-pihak tertentu.Kita wajib malu kepada Jepang. Tahun 1988, timnas Indonesia masih dapat mengimbangi Jepang. Namun, hanya dalam waktu 10 tahun setelahnya, Jepang mampu lolos ke Piala Global 1998. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Meskipun selalu kalah di tiga pertandingan, Jepang nan pertama kali tampil di Piala Global saat itu tampil luar biasa. Mereka bahkan cuma kalah 0-1 melawan Argentina. Bahkan, sejak saat itu, Jepang menjadi langganan Piala Global dengan masuk ke Piala Global 2002 (Korea Selatan & Jepang, sebagai tuan rumah), Piala Global 2006 (Jerman), dan Piala Global 2010 (Afrika Selatan).
Kini, buat Piala Global 2014 di Brazil, Jepang tengah berpeluang besar meraih satu tiket dari kualifikasi zona Asia. Sementara itu, hasil talk show Jak TV mengungkapkan, Indonesia, mengalami kemunduran dari waktu ke waktu. Satu-satunya gelar resmi timnas senior terakhir ialah medali SEA Games 1991 atau lebih dari 21 tahun nan lalu. Dari segi kompetisi, kita pun jauh tertinggal. Klub mana di Asia nan tak gentar ketika menghadapi klub-klub Jepang?
Sebaliknya, di Perserikatan Champions Asia, klub kita cuma menjadi lumbung gol atau loka mendulang poin oleh klub-klub negara lawan. Pemugaran semua aspek sepakbola inilah nan sedang dirintis PSSI saat ini. Sebagai contoh, PSSI berencana buat menggelar kompetisi berjenjang umur. Divisi III akan diisi oleh para pemain U-19, Divisi II akan digunakan buat ajang verifikasi para pemain U-21, dan Divisi I ditetapkan buat ajang para pemain U-23 berlaga. Sudah saatnya kita manunggal dalam sepakbola sehingga perdebatan di talk show Jak TV nan hanya mementingkan golongan tertentu, tak terulang.
Jak TV dapat Anda gunakan sebagai partner buat mendapatkan informasi menarik dan hangat melalui rangkaian acara talk show- nya. Jadi, sudahkah Anda menonton Jak TV?