Kritikan Terhadap Lagu ST 12
Membicarakan lagu ST 12 seolah tak ada habisnya. Baru 3 album diluncurkan, plus satu album repackage , hampir semua lagu band nan pernah digawangi Charly Van Houten ini selalu menjadi hits . Padahal, dahulu banyak nan meremehkan lagu ST 12 band asal Bandung ini.
ST 12 awalnya terdiri atas empat personel. Mereka ialah Charly Van Houten atau Charly (vokalis), Pepeng atau Dedy Sudrajat (gitaris) Pepep atau Ilham Febry (drummer), dan Iman Rush (gitaris). Nama band ini terinspirasi dari nama sebuah jalan, Stasiun Timur No. 12 nan disingkat menjadi ST 12.
Dalam perjalanan waktu, Iman Rush meninggal dan ST 12 bertahan dengan tiga personel saja. Hal ini tak mengurangi kemungkinan lagu ST 12 menjadi lagu paling sering dinyanyikan remaja Indonesia.
Lagu ST 12 Awalnya Sempat Dikira Lagu Band Malaysia
Gebrakan pertama ST 12 ialah album berjudul Jalan Terbaik (2005). Ketika video klip Aku Masih Sayang sebagai lagu andalan di album ini ditampilkan, barangkali akan ada orang nan menyangka band ini berasal dari Malaysia.
Ada pula nan beranggapan ST 12 hanya akan mengekor Kangen Band, band asal Lampung nan menancapkan kembali unsur Melayu di lagu-lagu pop Indonesia pada pertengahan 2000-an. Demikian pula dengan lagu kedua, “Aku Tak Sanggup Lagi” atau nan sering disingkat menjadi “ATSL”. Kebanyakan orang belum terlalu memerhatikan lagu ST 12 di album pertamanya.
Hampir tiga tahun setelah album pertama, ST 12 merilis album kedua, P.U.S.P.A (2008). Album ini lebih populer dari album pertama mereka. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan Charly sebagai pencipta lagu dalam menciptakan musik nan lebih mudah didengar telinga dan pemilihan lirik nan mudah dihafal.
Sebagai contoh, single pertama album ini, PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu) . Didukung video klip setengah konyol dan model Luna Maya, lagu ini menjadi hits . Lagu ini cocok dengan mentalitas remaja pada umumnya, nan berprinsip, “sebelum janur kuning melengkung, masih ada harapan”.
Alhasil, lagu ST 12 ini menjadi lagu “kebangsaan” para remaja saat itu nan ingin menaklukkan kekasih hati. Lagu hits kedua, Selingkuh (Cari Pacar Lagi) juga tidak kalah unik. Lirik lagu ini cukup nakal, “Ku jadi selingkuh, sebab kau selingkuh. Biar sama-sama kita selingkuh.” Lagi-lagi, dengan konsep video klip lucu plus model Wulan Guritno, lagi-lagi lagu ST 12 nan catchy ini langsung merasuk ke telinga kaum ABG.
ST 12 semakin populer berkat single ketiga dan keempat dari album P.U.S.P.A, Saat Kau Jauh (SKJ) dan Saat Terakhir . Lagu nan disebut terakhir, dipersembahkan kepada Iman Rush. Kedua lagu ini kemudian disusul lagu-lagu lain, seperti Biarkan Aku Jatuh Cinta (dalam album P.U.S.P.A repackaged ), dan dua lagu ST 12 nan paling fenomenal Aku Padamu plus Aku Terjatuh (dalam album Pangeran Cinta ).
Kehebatan Charly sebagai pencetak lagu hits , kemudian membuat banyak orang memanfaatkan jasanya. Sebagai contoh, Olga Syahputra. Seniman nan susah menghafal lagu dan bersuara pas-pasan ini diberikan lagu Hancur Hatiku nan nyaris cuma berisi satu kalimat.
Charly belakangan juga menjadi bidan bagi band-band baru di Indonesia nan bersifat parodi, seperti Peter Band (plesetan Peterpan) dan Nirwana Indonesia (plesetan band Nirvana). Charly juga membuka Pangeran Cinta Management, nan berisi para musis muda Indonesia, seperti Sinta & Jojo, Putri Penelope, Sembilan Band, 86, dan Iniaku.
Charly mengaku terinspirasi dari RCM (Republik Cinta Management) nan dibentuk Ahmad Dhani sebagai satu-satunya manajemen musisi paling baik di Indonesia. Sama seperti sistem di RCM, Charly membuatkan lagu buat beberapa seniman manajemennya. Uniknya, lagu Charly buat penyanyi atau seniman lain, tidak kalah menjadi hits seperti lagu ST 12.
Lagu ST 12 Menjiplak?
Dari segi lirik, ada beberapa indikasi bahwa lagu ST 12 sangat terinspirasi lagu musisi lain. Misalnya, lagu hits ketiga album pertama mereka, Rasa nan Tertinggal . Dalam baris lagu ini, terdapat penggalan lirik refrain “menjadikan bintang di surga, memberikan rona nan dapat menjadikan indah”. Terdapat kemiripan lirik ini dengan lirik lagu Peterpan nan berjudul Bintang di Surga . Reffrain lirik lagu ini sendiri berbunyi “bagai bintang di surga dan seluruh warna”.
Mengingat lagu Peterpan lebih dahulu beredar, dan sangat sulit menemukan orang nan dapat membentuk frasa “Bintang di Surga”, kemungkinan Charly terinspirasi sekali dengan lagu ini dan sedikit memodifikasi lirik tadi buat lagu ST 12.
Lagu berbeda nan mungkin terinspirasi dari lagu band lain, ialah lagu Pangeran Cinta . Lagu ini terdapat dalam album terakhir ST 12, Pangeran Cinta (2010). Mudah sekali mencari surat keterangan lagu tersebut, yaitu lagu dengan judul serupa nan dibawakan oleh Dewa 19. Dalam hal ini, terdapat disparitas mencolok tentang liriknya.
Lagu Pangeran Cinta Dewa 19 sekilas memang seolah mengisahkan seorang lelaki nan cintanya akan kekal abadi. Namun, sebenarnya lagu ini merupakan citra seorang sufi nan jatuh cinta kepada Tuhan. Sang sufi ingin membuktikan cintanya kekal, seperti Tuhan Yang Maha Kekal.
Sementara itu, lirik lagu Pangeran Cinta -nya ST 12 hanya mengisahkan seorang lelaki nan ingin membuat sang wanita mabuk kepayang oleh cintanya. Dalam hal ini, tentunya lagu ST 12 berjudul Pangeran Cinta kurang layak dibandingkan dengan lagu Dewa 19 berjudul sama.
Kritikan Terhadap Lagu ST 12
Meskipun diterima banyak kalangan, bukan berarti ST 12 lolos dari kritik. Gaya mereka nan kemelayu-melayuan sempat disindir oleh musisi papan atas, Yovie Widianto. Pentolan grup Kahitna dan Yovie & The Nuno itu menganggap musik melayu nan menyebar sejak tahun 2003-an sebagai titik balik kemunduran musik Indonesia.
Ibaratnya, remaja Indonesia nan sempat terpukau dengan musikalitas tinggi nan dibangun pada era 1990-an dengan munculnya Dewa 19, Slank, dan Kahitna, sekarang memiliki selera musik nan lebih rendah. Kebetulan, lagu-lagu ST 12 dan band melayu lain memang tak glamor dan liriknya tak dalam.
Dikritik tentang lagu ST 12, Charly mengaku bahwa semua musisi memiliki idealisme masing-masing sehingga seseorang tak berhak buat memaksakan idealisme musiknya kepada orang lain. Charly juga menegaskan bahwa musik, seni, dan budaya sifatnya universal. Artinya, tak ada batasan musik nan bagus haruslah musik jazz; nan bagi kebanyakan kaum elite menjadi baku lagu bagus.
Dalam hal ini, memang sulit buat menilai sebuah karya musik. Sebuah lagu mungkin diciptakan dengan taraf kesulitan nan tinggi, mulai dari range vokal nan panjang, atau permainan bass nan kompleks. Liriknya pun dibuat bagaikan seorang pujangga menciptakan syair. Namun, lagu seperti ini belum tentu laku di pasaran.
Sebaliknya, ada musisi nan cuma mengandalkan tiga kunci dalam membuat lagu. Ia pun asal membuat lirik lagu, nan krusial penyampaiannya ringan dan mewakili perasaan kebanyakan orang. Dengan kualitas nan pas-pasan, nyatanya lagu model ini lebih berterima bagi publik musik Indonesia.
Lagu ST 12 mungkin ada di jenis lagu kedua; namun dengan segala kelemahannya, lagu ST 12 ini toh berhasil membuat histeria massa; sinkron amanat industri musik saat ini.