Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Betawi

Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Betawi

Berbicara mengenai upacara perkawinan, adat istiadat di Indonesia lagi-lagi bisa dikategorikan kaya. Indonesia memiliki budaya nan berbeda di setiap pulaunya. Hal itu, mau tak mau, berakibat pada beranekaragamnya adat perkawinan di Indonesia. Salah satunya ialah upacara perkawinan nan ada di daerah ibukota Indonesia, yaitu perkawinan adat Betawi .

Berbicara tentang perkawinan adat, hal pertama nan terlintas pastilah ribet dan tak simple. Kenyataannya memang demikian. Begitupun nan terjadi dengan perkawinan adat Betawi. Namun, di balik itu semua, perkawinan adat memiliki nilai-nilai kebudayaan nan mengesankan dan bertuah. Bahwa sebagai manusia nan terlahir menjadi salah satu anggota suku budaya, sudah sepantasnya bangga dan melestarikan budaya itu sendiri. Jika bukan kita lalu siapa lagi?

Pemikiran-pemikiran semacam itulah nan akan membuat adat istiadat serta budaya akan terus terjaga. Persiapan nan dilakukan buat menggelar perkawinan adat, termasuk perkawinan adat Betawi memang lebih merepotkan, tetapi ada hikmah dan nilai nan jauh lebih latif dibanding itu semua. Tentu saja tanpa mengesampingkan kemampuan secara finansial.



Perkawinan Adat Betawi - Batavia Dulu

Perkawinan adat Betawi tentu saja hanya terjadi di lingkungan masyarakat Betawi. Betawi sendiri merupakan salah satu budaya nan dimiliki Indonesia. Sama halnya dengan kebudayaan lain, kebudayaan Betawi mencakup segala macam aspek kehidupan masyarakatnya, termasuk hal nan berkenaan dengan upacara perkawinan.

Masyarakat Betawi dapat dikatakan sebagai masyarakat orisinil dari ibukota negara kita. Mereka mengalami perjalanan panjang sama seperti perjalanan cerita Kota Jakarta. Berbagai akulturasi budaya telah membentuk masyarakat Betawi. Sedikit pengaruhnya juga bisa dirasakan dalam perkawinan adat Betawi.

Batavia, sebutan buat Betawi tempo dulu, merupakan sebuah kota nan memiliki arus perdagangan cukup sibuk. Berbagai masyarakat dari negara lain, seperti Arab, India, Cina, Eropa, bahkan masyarakat dari negara Indonesia sendiri, seperti Sunda, Jawa, dan Melayu, berjumpa di Batavia buat urusan bisnis. Mereka akhirnya saling berakulturasi dan secara tak langsung memberi pengaruh bagi kebudayaan Betawi.

Upacara perkawinan adat Betawi juga tak lepas dari pengaruh-pengaruh budaya tersebut. Misalnya, musik marawis nan kental dengan perbedaan makna Arab, baju adat pria nan terkesan seperti sorban dalam budaya Arab, dan baju adat wanita nan dipengaruhi oleh budaya Cina.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkawinan adat Betawi memang terlahir dari berbagai budaya tersebut. Tentunya sudah melalui berbagai perubahan dan pengembangan, serta penyesuaian dengan budaya Indonesia itu sendiri.



Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Betawi

Selayaknya sebuah perkawinan adat, perkawinan adat Betawi juga mengenal beberapa rangkaian sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi. Rangakain tersebut juga disebut sebagai rangkaian adat. Berikut ini ialah rangkaian dari perkawinan adat Betawi nan generik dilakukan oleh pasangan Betawi nan akan melangsungkan pernikahannya.



1. Rangakaian Upacara Perkawinan Adat Betawi - Ngedelengin

Dalam rangkaian perkawinan adat Betawi, sepasang muda-mudi nan berniat buat menuju jenjang perkawinan wajib memperkenalkan calon pasangannya. Dalam adat Betawi, hal ini dikenal dengan nama ngedelengin. Nama tersebut sepertinya hasil akulturasi antara budaya Betawi dan Jawa. Setelah kedua pihak merasa cocok dengan pilihan masing-masing, prosesi selanjutnya ialah mak comblang .

Pihak keluarga dari keluarga laki-laki, khususnya encang (paman) dan encing (bibi), bertugas sebagai mak comblang . Mereka kemudian menggantungkan ikan bandeng di halaman rumah gadis nan akan dipinang sebagai tanda bahwa anak gadis di rumah tersebut sudah ada nan mengingini. Prosesi seperti itu memang cenderung tak masuk akal, tetapi nyatanya hal tersebut memanglah merupakan bagian dari rangkaian perkawinan adat Betawi nan tak bolah dilewatkan.



2. Rangakaian Upacara Perkawinan Adat Betawi - Ngelamar

Selesai melaksanakan prosesi pertama dalam rangkaian perkawinan adat Betawi, rangkaian selanjutnya nan harus dilakukan ialah ngelamar . Prosesi ini dilakukan tentu saja setelah pihak gadis menyetujui.

Dalam rangkaian upacara perkawinan adat Betawi ini, nan melakukan "negosiasi" dengan pihak gadis mengenai apa saja nan harus dibawa saat lamaran ialah mak comblang . Hal-hal nan harus disiapkan pihak lelaki saat prosesi lamaran ialah sirih lamaran, pisang raja, roti tawar, dan majemuk hadiah nan diinginkan calon mempelai wanita serta pihak keluarga.

Seminggu setelah acara lamaran, pihak laki-laki mendatangi rumah calon mempelai wanita dengan membawa tande putus , semacam pengikat interaksi antara kedua pihak, biasanya berbentuk cincin. Saat itu pulalah, dibicarakan hal-hal mengenai persiapan perkawinan. Prosesi perkawinan adat Betawi "masuk" dalam fase nan lebih serius.

Jika sudah melewati prosesi perkawinan adat Betawi nan satu ini, tandanya, bahwa kedua pasangan Betawi sudah benar-benar mantap akan pilihannya. Persiapan nan lebih ribet pun siap-siap di depan mata. Mempersiapkan pernikahan ini justru akan semakin mempeerat interaksi antara kedua pasangan.



3. Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Betawi - Akad Nikah

Bagi calon pengantin wanita, hal nan harus dilakukan sebelum upacara akad nikah lebih merepotkan. Dalam perkawinan adat Betawi, anak gadis harus melewati masa dipiare , acara mandiin, acara tangkas atau acara kum nan berguna buat membersihkan tubuh, dan terakhir acara ngerik atau malam pacar . Di acara ini, calon pengantin wanita akan menghias kuku kaki dan tangan dengan pacar.

Ritual-ritual tersebut dilakukan agar penampilan mempelai wanita saata pernikahan digelar benar-benar cantik. Ada nan memercayai, bahwa ritual tersebut akan membuat aura pengantin wanita lebih terpancar. Pengantin wanita akan terlihat bersinar di hari pernikahannya.

Setelah majemuk prosesi dilakukan oleh calon mempelai wanita, barulah akad nikah dapat dilaksanakan. Dalam perkawinan adat Betawi, mempelai pria harus membawa seserahan berupa barang-barang berikut.

  1. Sirih dan berbagai perlengkapan menyirih sebagai perlambang bahwa semua kegetiran dalam kehidupan berumah tangga akan dijalani bersama-sama.
  2. Maket mesjid perlambang bahwa sang suami akan menjadi imam nan baik dalam keluarga. Ia akan selalu mendekatkan keluarganya kepada Allah. Maket mesjid biasanya dibuat dari uang seserahan.
  3. Kekudang . Seserahan ini berisi barang-barang nan merupakan kegemaran mempelai wanita dari kecil hingga dewasa. Meskipun terkesan lucu dan tak sakral, barang ini terhitung sebagai barang nan cukup krusial dalam prosesi perkawinan adat Betawi.
  4. Mahar atau mas kawin.
  5. Pesalinan . Berupa baju sebagai perlambang pemenuhan kewajiban suami terhadap barang-barang kebutuhan sang istri.
  6. Petise. Berupa sayur dan buah-buahan.
  7. Sepasang roti buaya. Roti ini perlambang kesetiaan antara kedua mempelai. Seserahan nan satu ini menjadi salah satu barang nan cukup krusial dalam prosesi perkawinan adat Betawi. Sekaligus salah satu keunikan dari prosesi ini.

Pada prosesi akad nikah dalam perkawinan adat Betawi, pengantin pria tak dapat sembarang memasuki rumah mempelai wanita. Syarat nan harus dipenuhi ialah jagoan dari kedua belah pihak harus bertarung terlebih dulu. Jagoan dari kedua belah pihak biasanya saling menunjukkan kemampuannya dalam pencak silat. Prosesi tersebut dinamakan buka palang pintu . Dalam prosesi ini, jagoan dari pihak wanita "harus" selalu kalah dari pihak jagoan laki-laki sebab dengan demikian prosesi akad nikah baru dapat dilaksanakan.