Sejarah Seni Modern dan Kontemporer
Seni menjadi hal nan akrab dengan kehidupan manusia. Keberadaannya sudah seperti kebutuhan utama nan tak dapat digantikan oleh apapun. Pengetahuan tentang sejarah seni pada akhirnya menjadi hal nan cukup menarik buat ditelisik.
Tapi, terkadang, pengetahuan nan sifatnya teoretis tak begitu mendapatkan antusias nan cukup tinggi di masyarakat. Terlebih nan dibicarakan di sini ialah seni. Satu hal nan sifatnya abstrak, senang-senang, dan imajinatif.
Padahal, seni akan lebih menarik jika tak hanya dilihat dari satu sisi. Cerita-cerita tentang seni akan membuat kita semakin terkagum terhadapnya. Membuat upaya kita buat berjibaku dengan seni semakin kuat. Tentu saja, sebab ini berkaitan dengan ilmu seni itu sendiri. Tentang bukti diri sesungguhnya dari pengertian sebuah seni.
Mungkin tak banyak orang nan tahu bagaimana riwayat dan sejarah seni, dari mulai zaman prasejarah hingga sekarang. Berikut akan diuraikan bagaimana sejarah seni dari masa ke masa.
Sejarah Seni Zaman Prasejarah dan Seni Kuno
Sejarah seni pada bagian pra sejarah (200.000 SM - 10.000 SM), berdasarkan kumpulan bukti-bukti dari masa paleolitikum, sampai megalitikum memperlihatkan bahwa seni merupakan alat pemujaan dan ritual. Seni dijadikan sebagai perwujudan rasa takut dan tunduknya mereka kepada sesuatu nan disembah saat itu.
Pada masa itu, seni seperti bercerita. Seni, berbentuk lukisan nan ada di gua-gua. Saat itu, manusia tak begitu peduli terhadap bentuk nan diciptakan. Yang terpenting ialah seni tersebut memenuhi fungsinya. Roda, gerabah, tombak, cangkul, merupakan hasil kriya nan tak peduli akan pemenuhan keindahan tersebut. Psikologi seni manusia pra sejarah ialah mengenai ketundukkan dan bagaimana menundukkan alam.
Sejarah seni berlanjut pada masa seni kuno. Seni nan semula hanya ditunjukkan sebagai bukti ketundukan manusia kepada Tuhan, mulai beralih. Ketundukkan itu beralih kepada sesama manusia. Manusia telah terorganisir, membentuk kota dan desa, memahami narsisme. Lantas, pemujaan kepada tubuh dirinya maupun orang lain pun terjadi.
Boleh dikatakan ini ialah transisi besar-besaran dari global seni. Bagaimana tidak, seni nan asalnya diciptakan hanya buat pemujaan kepada Sang Pencipta, berubah menjadi seperti itu. Manusia menjadi lebih pintar, tapi di sisi lain ada pengurangan kadar kesakralan nan terjadi pada peristiwa ini.
Terlihat dari seni-seni nan ada di negeri seribu dewa, Yunani. Seni Yunani memperlihatkan patung Zeus nan perkasa. Di Mesir papirus bergambar sudah menggambarkan fungsi, narsistik, dan komunikasi sekaligus. Fungsi nan sama ditemukan pula pada tembikar nan telah menemukan bentuk estetiknya, dengan telinga dan komposisi nan beragam.
Pada masa ini berbagai kenyataan baru diciptakan. Dari gerbang Ishtar di Persia, Taman bergantung Babylonia, Olympus di Yunani, Stonehenge di Inggris, Kota Persepolis di Iran. Semua karya seni tersebut merupakan penampakan seni tinggi nan latif dilihat.
Intinya, inovasi bentuk seni nan terjadi pada masa antik sudah cukup jauh bergeser dari nan terjadi pada masa pra sejarah. Seni mengalami perubahan nan pesat. Dan hal ini, merupakan sejarah seni, nan melatari terjadinya seni pada fase seperti sekarang ini.
Sejarah Seni Medieval di Eropa dan Islam
Pada masa medieval (800 M – 1500 M), seni ialah sesuatu nan dapat menggambarkan kekuasaan Tuhan. Dalam agama Kristen di Barat, seni tampak pada patung-patung mengenai Yesus Kristus, hiasan pada biara, tabut nan selalu menemani peralatan suci, dan relik nan dipuja oleh masyarakat setempat.
Seni pada masa ini, masih memiliki bukti diri nan sama dengan seni nan terjadi pada masa pra sejarah. Tujuannya ialah buat urusan kepercayaan. Pemujaan terhadap sesuatu nan diyakini sahih diwakilkan dengan hal-hal nan bernuansa seni.
Ternyata, pada masa ini, sejarah seni tertulis berbeda. Dari sini, seni dan iman manusia merupakan perpaduan. Seni juga menggambarkan penghormatan kepada keluarga raja. Koin-koin emas dicetak dengan paras penguasa, bendera dan emblem setiap keluarga feodal dibentuk dengan rumit dan indah. Kepercayaan dan kekuasaan disimbolkan melalui berbagai karya seni.
Beberapa ribu kilometer dari Roma, tepatnya di Baghdad dari periode medieval nan sama. Genre seni baru tengah tumbuh. Islam nan 'mengawasi' seni agar tak muncul kepada pemujaan nan hiperbola terhadap sisi objek, memberikan sumbangsih seni baru nan tidak pernah ada sebelumnya, yakni iconografi dan kaligrafi.
Islam memiliki kekhawatiran nan lebih berkenaan dengan seni sebagai bentuk pemujaan terhadap kekuasaan seseorang. Tujuan lain pun dimiliki. Bahwa batasan antara seni dan kepercayaan harus lebih dipertegas. Tidak boleh bercampur, abstrak atau saling tindih.
Iconografi merupakan penggambaran estetik kepada global materi. Global materi disimulasi dalam beberapa tingkatan, ini menggambarkan seni Islam nan rumit. Adapun kaligrafi ialah mencoba beberapa kemungkinan seni terhadap huruf dan naskah dari kitab kudus Alquran. Estetika dari goresan-goresan huruf arab nan dirangkai dengan paripurna ialah seni nan dimaksudkan.
Kedua macam seni itu tak akan dapat ditemukan tanpa memahami matematika, dan tentu saja pakar matematika Islam pada masa itu seolah tak ada habisnya. Salah satu pakar matematika Islam Al-Khawarizmi. Di global barat, nama Al-Khawarizmi lebih dikenal dengan sebutan Algorisme atau Algoarisme.
Sejarah Seni Modern dan Kontemporer
Sejarah seni modern (1500 M-sekarang), dimulai dari masa Renaisance hingga sekarang. Seni selalu beranjak dari nilai keindahan nan harus dibentur-benturkan dengan situasi dan belenggu etika atau iman. Munculnya liberalisme, dan diam-diam perlawanan terhadap kekuasaan gereja ialah bentuk dari seni modern pada masa itu.
Kaum artis di Eropa lantas mencoba melakukan purisme terhadap seni. Seni buat seni dan seni ialah seni. Tidak boleh dihalangi dalam ekspresi. Pada masa modern, seni berkecambah bagai jamur di musim hujan. Peruntukkannya dibebaskan dari segala keindahan nan telah ada. Lukisan Piccaso nan sinis dan abstrak ialah puncak dari seni modern, nan tak ingin didikte oleh keindahan manusia.
Pada masa ini, seni terbebas dari apapun. Tidak lagi berdasarkan pemujaan terhadap sesuatu nan dipercayai, tak juga berdasarkan pada pemujaan terhadap kekuasaan seseorang. Seni terlahir benar-benar sebagai seni nan baru.
Lalu kontemporerisme. Pemikiran bukan lagi rumus matematika, melainkan setengah naluriah dan setengah lagi semangat hidup. Hal ini nan melahirkan bohemianisme di New York pada awal abad 20, nan merupakan awal dari aktualisasi diri retrofikasi. Global menjiplak ialah bagian dari semangat. Para pakar sosial ikut nimbrung dan menyebutnya sebagai seni posmodernisme.
Seni mulai "nakal". Tidak lagi berdasarkan pada hitungan-hitungan pasti. Tapi lebih kepada kebutuhan manusia terhadap sesuatu, atau insting itu tadi. Dari sini, seni sepertinya menemukan identitasnya nan sesungguhnya. Bahwa, memang sahih sebuah seni harusnya seperti itu. Terbebas dari aturan-aturan baku, tetapi tak meninggalkan bukti diri asli.
Deleuze dan Guatarri, memberikan pesan dan kesan buat kenyataan penjiplakan ini. Ujung-ujungnya ialah global pop. Andi Warhol pada 1970 dengan pewarnaan nan 'pure' dan 'action' memberikan suka cita seni buat orang banyak. Sampai akhirnya menunggu para fatalis nan menyebut 'seni telah mati'. Tentu saja seni telah mati, sebab orientasi hayati orang banyak cenderung kepada kota besar.
Sejarah Seni – Perjalanan Panjang Global Seni
Perjalanan seni bukan perjalanan nan singkat. Terjadi dari zaman teknologi masih sekadar impian dan khayalan. Para tokoh seni terdahulu ialah orang-orang hebat. Merekalah tokoh-tokoh nan membawa seni hingga ke hadapan kita sekarang ini. Tanpa mereka, istilah seni mungkin sama sekali tak pernah hadir di global ini. Kita tak akan pernah tahu asyiknya melukis, memahat patung, menyanyi, dan berakting.
Dari cerita perjalanan tentang sejarah seni bisa didapat informasi tentang semua hal nan berkenaan dengan seni. Salah satunya ialah bahwa seni tertua nan ada di negeri ini ialah seni lukis. Seni menggambar objek dengan tujuan tertentu.
Benar saja, bahwa mengetahui informasi-informasi nan berkenaan dengan seni bukanlah hal nan sia-sia. Pengetahuan ini dapat menjadi kapital bagi Anda buat menjadi seorang seniman. Seorang artis sejati, mestinya tahu akar budaya cerita dari tempatnya bernaung. Yaitu, seni.
Sejarah seni merupakan sejarah nan cukup panjang. Berbagai pemikiran serta perubahan terjadi di global itu. Sekarang, seni terlahir dalam varian nan cukup banyak. Bukan lagi hanya patung ataupun lukisan. Seni sudah melebar hingga global tarik suara dan acting. Sebuah ilmu tentang bagaimana caranya membawa kebahagiaan buat orang-orang nan ada di sekitar.