Berubah Penampilan

Berubah Penampilan

Indonesia jadi trending topic di twitter. Indonesia market terbesar Blackberry. Indonesia pengguna terbesar facebook di Asia. Wow, warta ini mempunyai rantai informasi nan sama, yaitu teknologi! Indonesia tengah mengalami perubahan gaya hayati . Dari konvensional, ke digital.

Meskipun masyarakat pengguna internet belum mayoritas, mereka ialah user yang aktif dan interaktif. Maka, tak heran Indonesia sering jadi trending topic di twitter. Tidak aneh kasus Bibit Chandra tuntas sebab tekanan 1 juta facebookers . Tidak kaget kalau masyarakat Indonesia berang pada Tifatul ketika Blackberry akan diblokir. Indonesia sedang dan telah berubah.



Gaya Hidup

Teknologi jadi gaya hayati nan sulit dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Pesan makanan kaki lima juga dapat pakai SMS, kok! Lapor pada Presiden SBY juga dapat lewat SMS. Teknologi telah mengubah paras Indonesia. Gaya hayati parlente tak akrab lagi dengan Blackberry.

Kini, orang di sudut desa dan gang-gang sempit pun memiliki Blackberry. Teknologi bukan barang tersier (mewah) lagi. Namun, perlahan jadi barang primer. Orang kini, bahkan, sulit hayati tanpa teknologi. Orang akan lebih was was ketinggalan hape ketimbang dompet. Orang lupa waktu sebab chat di BB, update status, atau berkicau di twitter.

Wah, Indonesia memang terkena gejala euforia teknologi! Ketika dijumpai, nan pertama kali dikatakan, "Nomor PIN lu berapa?" Dulu, masih teringat di benak kita bagaimana surat pos berjaya. Kartu lebaran jadi ajang sakral ketika hari raya tiba. Sekarang, masyarakat Indonesia dapat menggunakan teknologi. Mudah dan efisien.



Tidak Produktif?

Namun, perubahan gaya hayati ini menuai kritik sebab terlalu gegabah. Masyarakat kehilangan daya produktivitasnya dampak facebook, twitter, dan BB. Penelitian mengafirmasi hal ini dengan menunjukkan data serupa bahwa produktivitas dapat turun sebab teknologi. Namun, di sisi lain, dapat membuat otak cerdas. Mana nan lebih dekat dengan masyarakat kita?

Kekhawatiran primer perubahan gaya hayati ini ialah konduite sosial. Orang saling dekat justru bersapa lewat BB. Semua digantikan dengan BB. Padahal, kedekatan emosional tak terasa. Ini nan jadi soal. Tidak selamanya keep in touch lewat teknologi membantu kedekatan. Justru dalam beberapa hal, kerenggangan rekanan dampak teknologi sering didapati.

Masyarakat Indonesia harus bijak menghadapi kenyataan ini. Tidak hanya bijak ke sana, tetapi bijak ke sini. Jadi, adil dan berimbang. Penggunaan teknologi harus bermanfaat. Sekiranya tak berproduktif, kurangi waktu Anda bergelut dengan teknologi. Rasakan sekitar Anda. Jadilah manusia seutuhnya dengan berinteraksi langsung. Anda akan merasakan disparitas nyata.



Berubah Penampilan

Perubahan gaya Hayati segala sesuatunya ditentukan oleh penampilan. Disini kita tak sedang membicarakan kerapihan. Tapi berbicara tentang jejeran merk dan pengkelasan terselubung nan muncul dari dalam merk tersebut. Be cool juga bukan pembicaraan sempit tentang kain apa nan membungkus body kita, tetapi berkembang kepada sikap konduite nan lebih sempit ( behavior ) dan pergaulan nan lebih luas ( peer group ). Selain bergemul dengan istilah cantik, putih, tampan, tak jerawatan, seksi, tak gemuk, kosmetis.

Adalah keren mereka nan mendapatkan sertifikat sufi dari Paguyuban Sufi tertentu, ialah keren mereka nan memakai parfum United Color of Benneton , makan Pasta di Pizza Hut, bergaya Hip-hop dengan lobang kalung berdiameter sama dengan lingkaran kloset, memakai body piercing di loka aneh -termasuk ketiak mungkin?

Dan ialah keren mereka nan berkirim SMS , saling foto dengan Ponsel terbaru. Membuat sebisa mungkin seseorang harus keren , dan oleh sebab itu ada nan menjadi acum tentang darimana keren itu berasal, dimanakah sang adiluhung dalam hal keren-keren ? digodok dimanakah hal-hal nan berindikasikan keren itu? Siapakah pawang keren ?

Semua pertanyaan itu disediakan jawabannya oleh media. Mungkin keren berasal dari Hollywood Hall of Fame , Christina Aguilera salah seorang sang adiluhung dalam hal kekerenan ? Wacana keren dimanufaktur dalam acara MTVLand , dan dipawangi oleh VJ Cathy dan Nirina.

Dorongan buat keren menggejala ketika seseorang ingin diperhatikan oleh orang lain. Harga diri mereka ialah harga diri nan disyahkan oleh gambaran dalam media. Sebagai contoh di Kanada, para anak muda menikmati tayangan media massa dan mengalami imbas negatif pada harga diri mereka dampak keterbukaan oleh gambaran media. Mayoritas partisipan menyatakan rasa tak puas mereka dan membandingkan diri mereka secara negatif terhadap citra-citra kecantikan nan digambarkan dalam media.

Lalu bagaimana jika media itu melakukan intervensi pemahaman tentang keren ? Adalah keren sesuatu nan berbau Barat, setengah Barat, setidaknya Barat, atau harus Barat habis-habisan -meskipun tercantum istilah MTV 100% Indonesia. Adalah keren tentang bagaimana jeans belel dikategorikan macho, tentang pemberian cokelat valentine pada 14 Februari setiap tahunnya, tentang trik berkata-kata dengan teman sebaya, dan percampuran antara bahasa lokal dengan bahasa asal MTV yakni bahasa Inggris.

Be cool dengan demikian telah sangat mantap mengikis gambaran nan tercipta oleh lingkungan loka individu berasal, gambaran nan dinegosiasikan individu dengan budaya asalnya sendiri, gambaran turunan nan diajarkan secara tradisional melalui interaksi dalam keluarga inti dan masyarakat nan lebih luas. Be cool dalam kategori nan lain telah pula mengikis peranan fisik dan mental seorang warga negara kepada negara dan bangsanya sendiri.

Menjauhkannya -setidaknya menyusupi peranan itu dengan nilai-nilai nan bertentangan dengan semangat nasionalisme, pada awal dirumuskannya dengan mahal setiap tahun pada sidang-sidang majelis perwakilan rakyat. Negara boleh meminta citra, tapi media nan menentukannya. Tentu saja menjadi keren merupakan bagian dari penonjolan diri. Morphisme nan ditujukan buat daya tarik personal atau seks.



Kelas Menengah Aktor Primer Perubahan

Satya Saraswati, dalam "Ideologi Kebebasan Seksual dalam Media" mengungkapkan perubahan gaya hidup kaum muda Indonesia nan dimaksud:

"Mereka berusia 20-30 tahun dengan status sosial kelas menengah atas (middle uper class), YIFFIES (young, individual, freedom minded and view) atau muda, individual, berpikiran dan berpandangan bebas, dan the socialite people.

Mereka dipertimbangangkan sebagai konsumen nan paling baik sebab mereka, the socialite people, selalu mengikuti trend, mempunyai insting tajam terhadap perkembangan teknologi, dan nan terpenting ialah nan mereka bayarkan (uang). the socialite sendiri ialah mereka nan mencari kesenangan, menyukai pengenalan , memiliki rasa percaya diri, dan reaksioner terhadap perubahan dan impulsif...

Secara psikologis, ialah mereka nan mau lulus, sudah kerja, mau lulus sambil kerja, sudah lulus uangnya tak begitu banyak, tak miskin amat-amat, tapi high spending. Misalnya, kalau gue pengen sesuatu, gue pakai kartu kredit, walaupun lagi tak punya uang...untuk mereka nan masih suak ngutang, kredit, tapi maunya macam-macam dan masih suka ke klub.

Kaum muda sendiri, memang memiliki karakter spesifik nan membedakan mereka dengan kelompok masyarakat lain. Dalam masyarakat industri modern kaum muda merupakan kelompok nan berada dalam periode transisi -dari anak-anak nan amat bergantung menuju masa dewasa nan mandiri.

Setelah Perang Global II, berkat keadaan ekonomi nan membaik, kaum muda mengembangkan budaya denga karakteristik-karakteristik tertentu. Pertama, mereka nan memiliki budaya nan mementingkan waktu buat bersenang-senang dan bersantau daripada bekerja.

Kedua, interaksi sosial kaum muda banyak dilakukan dalam suatu kelompok bermain dengan rasa kolektivitas tinggi. Ketiga, budaya kaum muda selalu berhubungan dengan gaya (style). Lahirnya pelbagai gaya berbeda dari kaum muda disebabkan oleh persilangan kelas sosial, gender dan ras (Lury, 1996:96)."