Fakta-fakta di Balik Kisah Konkret Pemerkosaan

Fakta-fakta di Balik Kisah Konkret Pemerkosaan

Banyak orang tertarik buat membaca kisah konkret pemerkosaan nan muncul dalam koran-koran warta kriminal. Biasanya kisah konkret pemerkosaan ini ditulis dengan judul sangat bombastis demi memancing perhatian pembaca. Misalnya, kisah konkret pemerkosaan seorang gadis oleh beberapa orang, akan ditulis "Gadis 15 tahun Digilir 5 Orang", dan seterusnya.

Kisah konkret pemerkosaan tak hanya terjadi di kota-kota. Bahkan, di desa nan syahdan memiliki budaya ketimuran nan lebih tinggi daripada kota, pemerkosaan juga terjadi.

Sebenarnya, apa nan menyebabkan kisah konkret pemerkosaan terjadi? Benarkah para pemerkosa tertarik pada seorang perempuan nan berdandan seksi dan memancing birahi? Bisakah perempuan disalahkan sebab pakaiannya nan mini? Ataukah ini ialah bukti kegagalan para lelaki mengontrol nafsu binatangnya? Seberapa jauh kisah konkret pemerkosaan terjadi sebab faktor laki-lakinya, bukan sang perempuan?



Kisah Konkret Pemerkosaan sebab Rok Mini?

Indonesia sering gempar oleh kelakuan anggota DPR, entah aksi mereka berwisata dengan uang rakyat, Norma tidur saat sidang, atau kalimat-kalimat nan kurang menandakan kecerdasan. Pada Maret 2012, ada hal unik berkaitan dengan anggota DPR dan kisah konkret pemerkosaan.

Ketika itu, Ketua DPR, Marzuki Alie mengeluarkan uneg-uneg nan dapat jadi akan menjadi pembelaan para lelaki sepanjang masa. Kala itu, ia berkata bahwa baju seksi seorang perempuan bisa menarik laki-laki berbuat sesuatu. Menurut Marzuki Alie, kisah konkret pemerkosaan terjadi sebab banyak perempuan nan cuek saja memakai rok mini.

Pendapat tadi merupakan pendapat generik kebanyakan pria, hanya masalahnya, mereka berani menyampaikan hal tersebut pada publik atau tidak. Nah, benarkah pemerkosaan terjadi semata-mata sebab kelalaian pihak korban, dalam hal ini perempuan?

Pada masa modern seperti saat ini, dengan banyaknya iklan-iklan tentang perawatan paras dan tubuh, menurut klaim kaum Adam, perempuan seolah berlomba-lomba buat mempercantik dan memperseksi diri. Jika tubuh belum selangsing boneka barbie, syahdan banyak perempuan masih merasa minder. Jika paras masih berminyak dan kasar, rasanya lebih baik tak keluar rumah. Benarkah perempuan berpikir demikian?

Jika perempuan memakai rok mini, apakah semudah itu lelaki terpancing dan menciptakan kisah konkret pemerkosaan nan kemudian muncul di koran-koran? Bukankah sebenarnya, kesamaan wanita berdandan seksi atau cantik; bukanlah buat menarik perhatian pria? Bukankah wanita dalam alam bawah sadarnya memiliki taraf keirian nan cukup tinggi dengan wanita lain?

Maka, dengan melihat ada wanita idola nan cantik, seksi, dan berpakaian berani, wanita ini menampilkan eksistensinya dengan memproduksi ulang sosok wanita idola tersebut dalam dirinya. Sebaliknya, pria terlanjur menganggap wanita nan demikian sebagai pemancing syahwatnya. Demikian nan sering dikatakan orang. Namun, belum tentu kisah konkret pemerkosaan hanya melulu berkutat pada masalah hasrat seksual semata.



Kisah Konkret Pemerkosaan sebab Video Porno dan Internet?

Banyak pula nan menduga bahwa kisah konkret pemerkosaan terjadi sebab banyaknya konten porno nan menyebar di masyarakat. Saat ini, akan dengan mudah ditemui video-video porno, misalnya di pasar-pasar tertentu.

Ada pula rental-rental VCD nan meminjamkan video porno dengan biaya murah. Bahkan, tanpa perlu mengeluarkan uang khusus, ketika banyak orang mengunjungi warnet, hampir niscaya akan selalu ada folder eksklusif nan berisi video-video porno. Entah itu disediakan oleh admin warnet atau memang merupakan hasil unduhan pengunjung warnet sebelumnya nan belum sempat dihapus oleh operator warnet.

Banyak nan berasumsi, kisah konkret pemerkosaan terjadi setelah seseorang menonton video porno dan tidak mendapatkan penyaluran nan memuaskan. Daripada masturbasi, para penonton video porno ini kemudian mengalihkan diri pada perempuan.

Namun, benarkah demikian? Apakah para pemerkosa ini akan memilih korbannya secara acak, asal tak tahu cara melampiaskan hasrat menonton video porno? Kalau demikian, bukankah semua wanita berpotensi diserang oleh lelaki nan tengah berhasrat?

Kenyataannya, pemerkosaan tak mungkin terjadi di depan umum. Lelaki pemerkosa cenderung memilih korbannya. Atau, kisah konkret pemerkosaan terjadi pada wanita-wanita eksklusif nan dikenal orang tadi? Dengan demikian, sang pelaku kisah konkret pemerkosaan harus menunggu momen eksklusif dulu? Semisal, anak tiri perempuan, keponakan perempuan, pembantu, dan seterusnya.

Namun, mengapa jika hanya terpengaruh hasrat seksual semata, lelaki pemerkosa dalam kisah konkret pemerkosaan hanya memilih wanita nan lebih lemah nan belum tentu memuaskan hasrat seksualnya?



Fakta-fakta di Balik Kisah Konkret Pemerkosaan

Kisah konkret pemerkosaan tak hanya dibahas di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Bahkan, sudah banyak penelitian tentang kisah konkret pemerkosaan. Peneliti-peneliti di Barat pada umumnya berkeyakinan bahwa kisah konkret pemerkosaan tak terjadi sebab satu faktor semata. Ada berbagai faktor dan nan unik faktor dorongan nafsu ereksi bukanlah pemicu utama.

Pada 1975 misalnya, penelitian dari Susan Brownmiller menyuguhkan teori bahwa pemerkosaan lebih ditujukan pada upaya lelaki buat menunjukkan eksistensinya; penguasaan dan kekuasaannya terhadap perempuan.

Kasus-kasus nan muncul di Barat memang mendukung hal ini. Semisal, kisah konkret pemerkosaan nan dilakukan oleh seorang lelaki pada pacarnya. Jika hanya berdasarkan nafsu berahi semata, tentunya seorang lelaki dapat saja memancing pasangannya buat berhubungan badan tanpa berusaha menyakitinya. Bukankah hal tersebut wajar-wajar saja?

Namun faktanya, pemerkosaan dari pasangan sendiri, tetap terjadi. Dalam hal ini, alam bawah sadar sang lelaki memutuskan buat melakukan pemerkosaan sebagai bukti keunggulannya daripada sang kekasih.

Ada pula nan menyebutkan bahwa lelaki sebagai pemerkosa, juga memiliki motif lain. Lelaki terlahir dengan kemungkinan mendominasi dalam interaksi seksual. Mereka juga lebih kuat daripada wanita. Dalam alam bawah sadar seorang lelaki, kemungkinan ada gambaran-gambaran kepuasan ketika ia mampu melakukan interaksi dengan berbagai perempuan; sebagai bentuk pengakuan dominasinya.

Yang menarik ialah teori nan digagas oleh Randy Thornhill. Menurutnya, kisah konkret pemerkosaan tak terjadi taktik seorang lelaki (atau pejantan dalam binatang) buat membuahi perempuan (betina dalam binatang), melainkan sebab faktor ingin mendapatkan akses nan lebih jauh kepada perempuan.

Kisah konkret pemerkosaan selalu terjadi ketika perempuan berada dalam kesendirian, terasing, atau tak mungkin melawan tindakan pria (atau beberapa pria). Dalam alam bawah sadar pria nan melakukan kisah konkret pemerkosaan, ada citra bahwa wanita nan dipilih buat diperkosa olehnya pastilah sosok lemah, nan berada dalam posisi lemah (tidak mungkin mencederai pria nan akan menyerangnya), dan dalam waktu dan loka nan lemah pula.

Yang tidak kalah menarik, ialah penelitian nan berkaitan dengan korban-korban kisah konkret pemerkosaan. Dalam beberapa survei nan diadakan oleh Randy Thornhill, terbukalah bahwa ternyata korban pemerkosaan nan lebih traumatis ialah mereka nan berada dalam masa fertile dibandingkan korban pemerkosaan saat masih kecil atau korban di usia senja (setelah lewat masa reproduksi).

Kemudian, wanita korban kisah konkret pemerkosaan pada usia masa fertile sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, wanita nan diperkosa ketika masih belum menikah dan kedua wanita nan diperkosa ketika menikah.

Dampak tekanan batin nan lebih besar terjadi pada wanita nan sudah menikah. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh ketakutan dalam alam bawah sadar mereka bahwa sebagai korban kisah konkret pemerkosaan, wanita nan sudah menikah harus menanggung bayang-bayang ketakutan terputus interaksi dengan pasangannya.

Pemerkosaan, tak hanya terikat oleh faktor hasrat seksual semata. Sebaliknya, keinginan lelaki mendominasi wanita menjadi faktor kunci kisah konkret pemerkosaan.