Kesenian Tradisional Sumatera Utara

Kesenian Tradisional Sumatera Utara

Sejak Sutan Muhammad Amin Nasution nan menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara pertama tahun 1948, negeri Tortor ini terus berbenah agar menjadi nan terdepan setidaknya di antara provinsi lain di Pulau Sumatera. Sumatera Utara termasuk provinsi dengan banyak pulau. Betapa tidak, tidak kurang dari 400 pulau ada di wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara ini.

Pulau terluar dari wilayah Sumatera Utara ini ialah Pulau Simuk di Kepulauan Nias dan Pulau Berhala di Malaka. Sumatera Utara terletak pada 1-4 derajat Lintang Utara dan 98-100 derajat Bujur Timur, dengan luas wilayah tidak lebih dari 71.680 km persegi.

Sampai dengan tahun 2011, Sumatera Utara telah dipimpin oleh 19 orang gubernur. Secara berturut-turut gubernur nan pernah memimpin di Sumatera Utara setelah Sutan Muhammad Amin Nasution ialah Ferdinand Lumbang Tobing, Sarimin Reksodiharjo, Abdul Hakim, Sutan Muhammad Amin Nasution, Sutan Kumala Pontas, Raja Djundjungan Lubis, Eny Karim, Raja Inal Siregar, Rudolf Pardede, Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho.

Wilayah Sumatera Utara berbatasan langsung dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Selat Malaka di sebelah utara dan timur, di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Samudera Indonesia, kemudian di sebelah selatan dengan Riau, Sumatera Barat dan Samudera Indonesia.

Seperti telah disinggung di awal tadi, bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak pulau. Kepulauan Nias misalnya terdiri dari beberapa pulau kecil nan terletak di pesisir pantai barat Samudera Hindia, dengan Pulau Nias sebagai pulau utamanya. Lalu ada Kepulauan Batu nan memiliki 51 pulau kecil dan empat buah pulau besar yaitu Pini, Tanahbala, Sibuasi dan Tanahmasa. Gugusan kepulauan Batu ini berada di sebelah tenggara dari Pulau Nias.

Pulau-pulau besar lain nan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara yaitu Pulau Wunga, Hamutaia, Bawa, Masa, Bau, Pasu, Lego, Batumakalele, Imanna, Makole, Sigata, Simaleh dan Pulau Jake.

Kekayaan alam di Provinsi Sumatera Utara memang tidak sedikit. Selain memiliki dua buah taman nasional yaitu Taman Nasional Batang Gadis dan Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara juga memiliki hutan seluas 3,8 jt hektar nan terdiri dari hutan suaka, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap.

Secara demografi, Provinsi Sumatera Utara dapat dibagi ke dalam wilayah Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Timur, Kepulauan Nias dan Pesisir Barat. Di antara keempat wilayah tersebut, Pesisir Timur termasuk nan paling pesat perkembangannya terutama sebab didukung oleh infrastruktur nan jauh lebih baik dibanding ketiga wilayah lainnya. Karena wilayah Pesisir Timur ini termasuk nan paling pesat perkembangannya, konsentrasi penduduk pun lebih padat dibanding wilayah lain.

Selain itu penduduk Sumatera Utara juga terkonsentrasi di daerah Danau Toba dan Pulau Samosir. Sedangkan di wilayah Pesisir Barat termasuk wilayah nan sempit tapi dihuni banyak penduduk baik etnis Batak, Aceh maupun Minangkabau.



Suku Bangsa dan Bahasa Daerah Sumatera Utara

Penduduk Sumatera Utara merupakan perpaduan dari beberapa etnis, dengan etnis nan dominan yaitu Batak, Melayu dan Nias. Selain itu ditambah dengan penduduk pendatang yaitu etnis Tionghoa dan Jawa. Suku Melayu terdapat di Kabupaten Deli Serdang, Langkat dan Serdang Bedagai.

Suku Batak pun dibedakan berdasarkan domisili dan perkembangan etnis tersebut, seperti Suku Batak Karo nan berdiam di Kabupaten Karo, kemudian Batak Angkola nan merupakan penduduk orisinil di Kabupaten Padang Lawas dan Tapanuli Selatan, Suku Batak Pakpak mendiami wilayah Kabupaten Pakpak Barat dan Dairi, Suku Batak Toba mendiami wilayah Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Sedangkan suku Batak Mandailing mendiami wilayah Kabupaten Mandailing Natal dan Batak Simalungun mendiami wilayah Kabupaten Simalungun. Suku Nias mendiami wilayah Nias. Suku Minangkabau kebanyakan mendiami wilayah Kabupaten Batubara, Pesisir Barat dan Kota Medan, di Pesisir Timur didiami Suku Jawa dan Suku Aceh lebih banyak nan berada di Kota Medan. Sementara etnis Tionghoa mendiami wilayah perkotaan terutama di daerah pesisir barat dan timur.

Karena wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah multi etnis, hal ini berpengaruh kepada sebaran bahasa dan agama. Di wilayah Sumatera Utara ini berkembang beberapa agama primer yaitu agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Permalim bahkan animisme. Agama Islam dipeluk oleh penduduk Sumatera Utara terutama nan berasal dari etnis Melayu, Minang, Aceh, Jawa, Batak Mandailing, penduduk pesisir, Pakpak, sebagian Batak Karo dan Simalungun.

Sedangkan Kristen baik Katolik maupun Protestan menjadi keyakinan nan dipegang teguh penduduk Sumatera Utara nan berasal dari suku Batak Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Nias dan Mandailing. Agama Hindu banyak dipeluk oleh etnis Tamil nan berada di perkotaan, seperti juga agama Budha dan Kong Hu Cu nan menjadi kepercayaan kebanyakan peranakan Tionghoa nan berada di perkotaan.

Sementara itu agama Parmalim menjadi kepercayaan Suku Batak nan berada di wilayah Huta Tinggi, sedangkan animisme masih menjadi kepercayaan penduduk etnis Batak nan berada di Pelebegu Parhabonaron.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar primer penduduk Sumatera Utara . Suku Melayu Deli bertutur bahasa Indonesia sebab kedekatan bahasa ini dengan bahasa Melayu sekalipun dengan dialek khas ada nan dialek 'o' dan ada pula nan menggunakan dialek 'e'.

Etnis Jawa lebih banyak nan masih menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan sehari-hari seperti juga peranakan Tionghoa nan lebih banyak menggunakan hokkian selain menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Batak sendiri nan terbagi kedalam empat logat masing-masing logat Samosir, Toba, Humbang dan Silindung dipergunakan oleh masyarakat Batak nan berada di pegunungan.

Masyarakat di Pulau Nias menuturkan bahasa Nias nan berbeda dengan keempat logat bahasa Batak tadi. Begitu pula masyarakat nan berada di Sibolga, Mandailing Natal, dan penduduk di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah lebih banyak bercakap-cakap dalam bahasa Minangkabau dalam pergaulan sehari-harinya.



Kesenian Tradisional Sumatera Utara

Alat musik Sikambang merupakan alat musik khas dari Sumatera Utara nan melahirkan irama nan khas pula. Musik ini lebih sering diperdengarkan atau berkaitan langsung dengan upacara adat nan masih dipelihara dan tetap tumbuh fertile dalam kehidupan masyarakat Sumatera Utara.

Selain musik, kesenian tradisional masyarakat Sumatera utara nan banyak ragamnya ialah tarian. Secara garis besar, jenis tarian dari Sumatera Utara terbagi menjadi tarian hiburan, sakral dan tarian magis. Tari sakral merupakan bagian tidak terpisahkan dari upacara adat dan ditarikan oleh dayu datu, seperti tari guru dan tari tungkat.

Tari Tor-Tor merupakan tarian adat nan kadang juga disakralkan dan biasanya menjadi bagian dari pesta perkawinan masyarakat Sumatera Utara. Sementara itu tarian hiburan baik buat pergaulan muda-mudi maupun menyambut tamu, antara lain Tarian Kebangkiung, Sipajok, Parakut, Patam-patam Sering dan Morah-morah.

Tarian Tor-Tor dalam upacara eksklusif dapat menjadi tarian magis terutama Tarian Tor-Tor tunggal panaluan dan Tor-Tor Nasiaran, nan tidak sembarang orang dapat dan boleh menarikannya.

Masyarakat Sumatera Utara juga memiliki kerajian tenun terutama dari Suku Batak yaitu kain songket dan ulos. Kain ulos bagi masyarakat Batak erat kaitannya dengan upacara kematian, mendirikan rumah dan pada upacara perkawinan. Kain ulos nan biasanya terdiri dari tiga rona dasar yaitu hitam, merah dan putih, terbuat dari tali rami dan kapas.

Di beberapa daerah, kain ulos ini memiliki nama dan karakteristik tersendiri, misalnya saja Suku Pakpak menyebutnya kain oles dengan rona khas putih, coklat dan hitam. Suku Karo menyebut kain tradisional ini, uis dengan rona khas biru tua dan kemerahan. Sedangkan masyarakat nan berada di pesisir barat, kerajinan tradisional ini bernama Songket Barus, juga memiliki rona khas yaitu merah tua dan kuning emas.

Seni rupa tradisional dalam bentuk arsitek bangunan bagi masyarakat Sumatera Utara terutama etnis Batak, selalu melambangkan kerbau berdiri tegak. Rumah ada Batak nan dikenal dengan nama Ruma Batak terlihat kokoh dan banyak ragam hias mewarnai dengan rona hitam dan merah nan sangat khas. Ruma Batak ini masih banyak ditemui di daerah Samosir.