Hujan Katak, Agama, dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tiga tahun lampau, sempat terjadi sebuah kenyataan aneh di alam ini. Ya, adanya hujan katak dan ikan di Jepang pada 2009 sungguh menghebohkan. Bukannya air nan mengguyur kawasan negara tersebut, tapi katak dan ikan nan turun dari langit. Hujan katak tersebut terjadi di beberapa kota di Jepang, di antaranya Taiwa, Nakamoto, Asahi, dan Kuki.
Hujan katak tersebut sangat mengejutkan dan sempat dikaitkan dengan beberapa ajaran kitab kudus serta situasi alam nan kian ekstrem. Perubahan cuaca di Jepang termasuk salah satu kenyataan alam nan dapat jadi membawa hujan katak nan tidak seharusnya terjadi tersebut.
Jenis Hewan nan Turun Saat Hujan Katak
Saat terjadi hujan katak, sebenarnya nan turun bukanlah katak nan telah kita kenal selama ini. Kalau selama ini kita mengenal katak nan berjalan melompat, agak bulat, serta memiliki mata nan menonjol. Pada hujan katak nan terjadi di Jepang, spesifikasi hewan nan mirip katak dan mirip ikan tersebut adalah:
- Hewan memiliki panjang sekitar 5 - 7 cm.
- Hujan katak menurunkan hewan nan berperawakan seperti katak, namun lebih mirip pada kecebong dan ikan berkaki.
- Warna hewan abu-abu tua sampai hitam dan mengkilat sebab lendir.
- Hewan berinsang dan memiliki sirip.
Hujan Katak dan Hujan Darah
Kehebohan hujan katak bagaimanapun sempat menghenyakkan seluruh penduduk dunia. Secara logika, mana ada katak di langit. Turunnya hewan mirip katak dan ikan tersebut membuat banyak pendapat nan mengatakan kemungkinan-kemungkinan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Ada pendapat nan mengatakan hujan katak ialah dampak kenyataan alam. Adanya cuaca nan tak menentu membuat adanya hewan homogen katak dan ikan nan turun dari langit. Terhempas begitu saja ke tanah. Anehnya, mereka tetap hayati serta menggerak-gerakkan tubuhnya.
Ada juga nan berpendapat bahwa hujan katak ialah peringatan dari Allah Swt terhadap tingkah pola umat manusia nan semakin menjauh dari ajaran dan ketentuan-Nya. Hal tersebut seperti adanya hujan darah nan terjadi di India beberapa tahun silam. Hujan darah nan terjadi tersebut mewarnai jemuran-jemuran baju penduduk India. Sandang mereka menjadi berwarna merah.
Hujan darah seperti halnya hujan katak nan tidak dapat dilogika dengan nyata. Penduduk daerah Kerala, India tersebut akhirnya membawa ceceran air berwarna merah seperti darah ke laboratorium. Air berwarna merah tersebut kemudian diteliti oleh Godfrey Louis dan Santosh Kumara dari Universitas Mahatma Ghandi. Keduanya melakukan penelitian tentang komposisi nan terdapat pada air berwarna merah nan turun dari langit seperti darah tersebut.
Dari sanalah didapatkan sebuah inovasi heboh. Lebih dari keanehan hujan katak dan hujan darah itu sendiri. Awalnya, mereka mengira partikel berwarna merah tersebut ialah partikel pasir nan terbawa dari gurun di daerah Arab. Namun kemudian, ada seorang pakar biologi dari Universitas Sheffield, Inggris nan bernama Milton Wrainwright menemukan adanya sel hayati dalam air berwarna merah nan sering disebut sebagai hujan darah itu. Hal ini dikatakan sebab Wrainwright sukses menemukan adanya DNA pada air berwarna merah itu. DNA tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu karakteristik pokok adanya makhluk hidup.
Hujan Katak, Agama, dan Ilmu Pengetahuan Alam
Meskipun banyak nan menghubungkan hujan katak sebagai bagian dari kenyataan alam, nan berarti mereka ialah orang-orang nan memang memiliki ilmu pengetahuan tinggi. Meneliti kenyataan ajaib tersebut dan menelurkan teori nan memungkinkan hal tersebut terjadi di alam ini. Seperti halnya hujan ikan di Australia, hujan darah di India, maka hujan katak di Jepang juga dianggap sebagai bagian dari perubahan cuaca nan ekstrem.
Namun demikian, sebagai orang nan percaya adanya kekuasaan tidak terhingga dari zat Allah Swt, maka kita percaya bahwa hujan katak, darah, maupun ikan itu merupakan sunatullah. Hal nan dikehendaki oleh Allah Swt. Tujuannya dapat bermacam-macam sinkron dengan penafsiran masing-masing. Dapat menganggapnya sebagai peringatan bagi penduduk setempat dan penduduk global pada umumnya. Dapat diartikan sebagai sanksi atas kesalahan nan telah banyak diperbuat oleh manusia.
Dan dapat jadi menganggap sebagai afeksi Allah kepada umat-Nya dengan menunjukkan bahwa Dia memang sahih ada. Menunjukkan dari adanya fenomena-fenomena ajaib nan membuat umat-Nya bertanya-tanya, terhenyak, dan bahkan memiliki pendapat dan kepercayaan masing-masing. Di sinilah, Dia menguji iman seseorang apakah dengan melihat kenyataan alam seperti itu, kita semakin mempertebal rasa keimanan. Ataukan dengan adanya kenyataan tersebut, kita justru lari menghindar, ketakutan, dan menganggapnya sebagai kenyataan alam semata.
Apa pun pendapat dan teori nan dikemukakan sehubungan dengan adanya hujan katak di Jepang, hujan darah di India, dan hujan ikan di Australia maka bisa kita ketahui bahwa dalam Al Quran sebagai kitab kudus umat Islam, Allah Swt berfirman dalam surat Al A'raaf ayat 131-133:
131. "Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu ialah Karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan karena kesialan itu kepada Musa dan orang-orang nan besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu ialah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tak Mengetahui."
132. "Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami buat menyihir kami dengan keterangan itu, Maka kami sekali-kali tak akan beriman kepadamu."
133. "Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti nan jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka ialah kaum nan berdosa. Maksudnya: air minum mereka berubah menjadi darah."
Dari arti Surat Al'araaf 131-133 tersebut, kita dapat sedikit menguak tentang kenyataan hujan katak. Dahulu, saat pemerintaan Firaun ada kesombongan nan teramat sangat. Fir'aun dan pengikutnya akan mengatakan bahwa segala kebaikan dan keberhasilan ialah hasil kerja keras dan usaha mereka sendiri. namun, ketika ada keburukan dan bala maka Fir'aun dan para pengikutnya menyatakan bahwa itu ialah ulah Musa as dan Tuhannya.
Untuk membuktikan bahwa Musa as dan Harun as benar-benar seorang rasulullah dan membawa kebenaran dari Allah SWT maka turunlah berbagai macam hujan seperti hujan katak, hujan kutu, hujan belalang, dan hujan darah seperti nan tersebut dalam QS. Al A'raaf ayat 133
Demikian keterangan dari Al Quran tentang hujan katak nan ternyata telah pernah ada pada zaman kekuasaan Firaun dan kenabian Musa as. Waktu itu Allah ingin menampakkan kekuasaan-Nya terhadap mereka nan ingkar dan tak mengakui adanya Tuhan. Jadi, kalau sekarang hujan katak kembali turun di Jepang, rasanya kita dapat menarik garis merah daru dua kejadian pada masa nan berbeda tersebut.
Hujan Katak, Dimana Jatuhnya?
Beberapa orang mengalami sendiri adanya hujan katak, seperti nan dapat kita tengok sebagai berikut.
- Mr Aichi, usia 45 tahun. Warga Jepang ini mengalami hal aneh terkait dengan hujan katak pada 16 Juni 2009. Dia merasakan ada suara aneh di atap mobilnya, seperti sesuatu nan berjatuhan secara tidak teratur, namun tidak sekeras batu. Setelah dia menengok ke luar, sungguh terkejutnya dia mendapati atap mobilnya penuh dengan hewan seperti katak dan ikan.
- Mrs Miyagi, usia 74 tahun. Penduduk Kota Taiwa, Jepang ini juga mengalami hujan katak nan sungguh tidak pernah dibayangkannya. Miyagi mendengarkan sesuatu jatuh bergantian di atap rumahnya. Setelah dia menengok ke luar pintu, maka tampaklah banyak hewan seperti katak dan ikan nan masih hayati di atap rumah tersebut.
- Mr Saitama, juga mengalami hujan katak di Kota Kuki pada 16 Juni 2009.
- Mr Toyama, pada tanggal 17 Juni 2009 juga dikejutkan oleh hujan katak di kota Asahi, Jepang.
- Mr Isikawa, mengalami hujan katak di kota Nakanoto Jepang pada tanggal 9 Juni 2009.