Kemunduran Kerajaan Bali
Kerajaan Bali terletak di Indonesia. Kita tahu bahwa Indonesia ialah negara nan luar biasa luas dan besar. Sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan dan sisanya daratan.
Selain kaya dengan kekayaan alam, Indonesia juga sangat kaya dengan kebudayaan. Ini wajar sebab dulu Indonesia mempunyai berbagai macam corak dan ragam kebudayaan nan kemudian ketika sampai pada zaman modern, bukti adanya kebudayaan nan sangat beraneka ragam itu pun sangat banyak, salah satunya ialah kebudayaan peninggalan Kerajaan Bali.
Hal ini terlihat dari bagaimana kita dapat mengetahui berbagai macam benda bersejarah nan menjadi peninggalan dari kebudayaan-kebudayaan ini. Selain peninggalan, kebudayaan juga meninggalkan berbagai macam kebudayaan dalam bentuk adat nan masih saja dilakukan oleh sebagian kecil orang di zaman modern ini.
Berbicara tentang budaya, tentu kita tahu dan bisa memastikan bahwa Bali ialah salah satu dari sekian banyak loka nan menjadi salah satu tujuan jika kita ingin belajar tentang kebudayaan di Indonesia. Bahkan mungkin tak hanya sekedar belajar dan mengetahui kebudayaan, tapi juga sekaligus berwisata menikmati peninggalan-peninggalan sejarah nan sungguh sangat luar biasa.
Peninggalan-peninggalan nan ada di Bali kebanyakan berasal dari peninggalan-peninggalan kerajaan nan pada masa lampau pernah ada di Bali. Salah satunya ialah Kerajaan Bali, sebuah kerajaan nan cukup terkenal dalam kebudayaan orang-orang Bali dan merupakan salah satu kerajaan nan besar di zaman itu.
Kita akan coba menelisik sejarah Kerajaan ini. Selanjutnya, kita akan berjalan-jalan mengunjungi tempat-tempat wisata nan diidentifikasi sebagai peninggalan dari Kerajaan ini.
Sekilas tentang Kerajaan Bali
Kerajaan Bali ialah sebuah kerajaan nan terletak di sebuah pulau berukuran kecil nan tidak jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil nan dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga dapat dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa.
Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu walau pada perkembangannya nanti ternyata tak hanya agama Hindu nan dominan, tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Ini dapat terjadi sebab kentalnya budaya nenek moyang pada saat itu walau kerajaan ini sudah berdiri. Di kerajaan ini pun berkembang agama Buddha dengan cukup baik dan cukup banyak penganutnya.
Bukti adanya kerajaan di pulau kecil nan dahulu juga dinamai Pulau Dewata ini dapat didapatkan dari bukti-bukti sejarah nan ditemukan di pulau ini. Salah satunya ialah sebuah prasasti nan ditemukan di sebuah desa bernama Desa Blanjong Sanur. Prasasti itu menuliskan tahun 836 saka dengan nama-nama rajanya pada saat itu.
Pusat Kerajaan Bali kali pertama ada di Singhamandawa dengan raja pertama kerajaan ini bernama Sri Ugranesa. Menariknya, jika mengacu pada bukti sejarah prasasti, kerajaan ini pernah dikuasai oleh Kerajaan Singasari pada abad ke-10 dan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Walau Pulau Bali terpisah secara geografis dengan Pulau Jawa, interaksi di antara keduanya sangatlah baik, termasuk ketika kerajaan ini berkuasa di Pulau Bali. Interaksi nan dibangun pun sangat baik. Hal ini terbukti ketika pada saat kerajaan ini ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit sehingga sebagian besar masyarakat Kerajaan Bali melarikan diri ke Pulau Jawa, sedangkan sisanya memilih buat tetap tinggal di Bali.
Kejayaan Kerajaan Bali
Memang sudah menjadi hukum alam bahwa suatu peradaban nan muncul niscaya akan mengalami masa kejayaan, masa kemunduran, dan pada akhirnya keruntuhan. Hal ini dapat kita lihat dengan silih bergantinya kerajaan-kerajaan nan ada di Indonesia lewat berbagai macam sumber sejarah. Sama halnya dengan kerajaan ini. Kerajaan Bali pun mengalami masa kejayaan dan masa kemunduran.
Masa kejayaan Kerajaan Bali terjadi pada saat Dharmodayana naik tahta. Pada masa Dharmodaya, kerajaan ini mengalami kejayaan dengan sistem pemerintahan nan semakin jelas daripada sebelumnya. Di sisi lain, kita mengetahui bagaimana akrabnya interaksi Bali dengan Pulau Jawa.
Pada masa Dharmodayana ini, pihak kerajaan memperkuat interaksi tersebut dengan mengawinkan Dharma Udayana dengan Mahendradata, putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Hal ini akhirnya semakin memperkokoh kedudukan kerajaan di antara Pulau Jawa dan Bali.
Kemunduran Kerajaan Bali
Seperti nan sudah disampaikan sebelumnya bahwa ialah sifat alamiah suatu peradaban mengalami pasang surut. Ketika peradaban itu muncul, ia akan mengalami masa kejayaan kemudian mengalami masa kemunduran dan pada akhirnya akan berakhir pada masa kehancurannya.
Pernah pada suatu masa, pihak kerajaan memiliki seorang patih nan kekuatannya sangat luar biasa. Patih itu bernama Kebo Iwa, kekuatannya nan sangat terkenal di seantero Pulau Jawa dan Bali membuat kedudukan kerajaan semakin kuat dan sulit buat ditaklukkan. Patih Kebo Iwa hayati bersamaan tepat pada masa Kerajaan Majapahit nan kemudian mulai berpikir buat menaklukkan Bali.
Suatu ketika, Patih Kebo Iwa sukses dibujuk buat pergi ke Majapahit sebagai sebuah penghargaan terhadap dirinya oleh Patih Gajah Mada. Hal ini dilakukan sebab Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit nan pada saat itu pergi ke Bali buat menaklukkannya ternyata tak dapat sebab ketangguhan pasukan di bawah pimpinan Patih Kebo Iwa.
Ketika sampai di Pulau Jawa, Patih Kebo Iwa diminta buat membuat sebuah sumur. Dengan kekuatannya, hal itu tentu menjadi hal nan mudah bagi dirinya. Tetapi, kemudian makar pun dilaksanakan. Ketika Patih Kebo Iwa sedang menggali sumur, sumur itu pun ditutup dengan tanah dan batu-batu oleh para tentara Kerajaan Majapahit.
Mereka berniat buat mengubur hidup-hidup Patih Kebo Iwa di dalam sumur itu. Namun, hal ini ternyata tak sukses sebab saking kuatnya Patih Kebo Iwa, pasir dan batu-batu nan ditimpakan di atas Patih Kebo Iwa tadi sukses dilontarkan ke atas. Itu membuktikan betapa kuatnya Patih Kebo Iwa dan tak bisa dibunuh dengan cara seperti itu.
Pada akhirnya, Patih Kebo Iwa menyerahkan dirinya sendiri kepada Kerajaan Majapahit dan merelakan dirinya buat dibunuh. Mengetahui hal ini, tentu pihak Kerajaan sangat marah. Kemudian, Patih Gajah Mada mengambil inisiatif berupa sebuah taktik perang buat pergi ke Bali dengan berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali.
Patih Gajah Mada berniat buat menangkap Raja Bali pada saat itu, yakni Gajah Waktra dengan dalih menyerah dan ingin mengadakan perundingan di Bali. Ia pun sukses hingga pada saat itulah kerajaan ini resmi runtuh dan berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Setelah ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit, para penduduk Kerajaan Bali pun melarikan diri ke daerah pegunungan, masyarakat Bali Antik ini sering disebut Bali Aga. Kini, mereka dapat kita temui di daerah Pulau Bali seperti di Desa Tenganan atau mungkin di daerah Tengangan Pengringsingan. Mereka memiliki adat dan baju adat sendiri nan khas dan sedikit berbeda dengan baju adat Bali pada umumnya.
Beberapa Peninggalan Kerajaan Bali
Sudah menjadi sifat alamiah jika suatu peradaban meninggalkan berbagai macam benda bersejarah. Demikian juga dengan Kerajaan ini. Banyak sekali peninggalan benda bersejarah nan ditinggalkan oleh kerajaan ini, seperti benda-benda berikut ini.
- Komplek Candi Gunung Kawi, terletak di Tampaksiring
- Prasasti Blanjong, dikeluarkan oleh Sri Kesari
- Prasasti-prasasti Raja Jayapangus, Udayana, Jayasakti, dan Anak Wungsu
- Seni keraton
- Seni rakyat
Memang banyak sekali peninggalan dari kerajaan ini. Tidak dapat dimungkiri, buat mendapatkan dan mengidentifikasinya cukup sulit mengingat bukti sejarah nan kurang dan sebagian sudah mulai hancur dimakan zaman.
Namun, kita masih dapat mengingatnya dengan berkunjung, melihat berbagai macam peninggalannya tadi, hingga merasakan dan mungkin membayangkan bagaimana kondisi pada saat itu. Tertarik? Silakan langsung berkunjung ke tempat-tempat bersejarah peninggalan Kerajaan Bali.
Ingatlah bahwa bangsa nan besar ialah bangsa nan tahu dan ingat dengan sejarahnya, termasuk sejarah Kerajaan Bali. Kita pun dapat mengambil berbagai macam pelajaran dan pengalaman dari sana.