Kontribusi Tari Jaipong
Apakah Anda tahu sejarah tari jaipong ? Nah, saat berbicara tentang Indonesia, kita akan bicara tentang Berbeda-beda Tunggal Ika nan artinya bhineka tetapi tetap satu. Berbeda dalam hal bahasa, adat istiadat, budaya atau bahkan berbeda pemikiran, meskipun begitu Indonesia tetaplah satu. Berbagai disparitas dan keanekaragaman tersebut sebenarnya malah memperkaya dan bisa menjadi keunikan bagi Indonesia.
Salah satu keanekaragaman nan bisa kita temui ialah adanya berbagai macam jenis tari di Indonesia. Hampir masing-masing daerah di Indonesia memiliki tarian khas nan menggambarkan kebudayaan daerah tersebut. Masing-masing jenis tarian juga ternyata mempunyai makna dan arti, seperti ucapan selamat datang, tentang cinta, tentang seremoni panen, dan lain sebagainya.
Pada kesempatan kali ini, akan dibahas salah satu jenis tarian nan berasal dari Jawa Barat, yaitu tari jaipong khususnya tentang karakteristik khas dan sejarah tari jaipong. Tarian ini dapat dikatakan menjadi salah satu ikon Jawa Barat sebab tarian ini sangat kental dengan budaya Jawa Barat atau Sunda.
Asal Mula Tari Jaipong
Tari Jaipong atau Jaipongan sebenarnya merupakan jenis tarian nan gerakannya mengadaptasi berbagai macam jenis tarian khas Jawa Barat nan sudah muncul terlebih dahulu. Tarian ini diciptakan oleh seorang artis handal dari Bandung, Gugum Gumbira, sekitar 1960-an. Gugum Gumbira menciptakan tari jaipong berdasar pada seni mobilitas khas Sunda nan bernama Ketuk Tilu. Gugum merasa kalau seni mobilitas nan sudah berkembang sejak 1916 ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya.
Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan sudah tak ada lagi kaum muda nan meneruskan kesenian tersebut, sehingga muncullah ide Gugum Gumbira buat menciptakan suatu seni mobilitas nan banyak mengadopsi Ketuk Tilu namun dengan konsep nan lebih modern. Ketuk Tilu sendiri merupakan bentuk tarian nan dimaksudkan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat akan hasil panen pertanian nan melimpah.
Selain Ketuk Tilu, beberapa ragam seni Jawa barat juga turut membentuk seni Jaipongan. Salah satunya ialah seni ronggeng nan biasanya digelar pada upacara-upacara adat sebagai hiburan dan wahana buat bergaul. Ragam seni lainnya yaitu seni Kliningan Bajidoran nan berasal dari Pantai Utara Jawa Barat seperti Karawang, Bekasi, dan Indramayu.
Seni ini juga merupakan salah satu jenis seni tradisional nan mengusung tema pergaulan. Jenis ragam seni lainnya seperti Tayuban, Topeng Banjet bahkan Pencak Silat pun turut memperkaya gerakan-gerakan dalam seni Jaipongan.
Pada awalnya, ciptaan tari ini belum memiliki nama, hanya disebut sebagai tarian Ketuk Tilu Dalam perkembangan, syahdan sang pencipta sendiri nan kemudian memberi nama Jaipong pada tari kreasinya sebab beliau tertarik pada kata-kata para pemukul gendang nan sering meneriakkan kata “Jaipong, Jainem dan Jaikem” saat memukul kendangnya.
Ada sumber nan mengatakan kalau Gugum Gumbira menyukai kata Jaipong sehingga ia lantas menamai tarian ini dengan Jaipong. Versi lain menyebutkan bahwa kata Jaipong berasal dari bunyi gendang nan dilafalkan dengan kata Plak, Ping dan, Pong sehingga terbentuklah kata Jaipong.
Meski diciptakan pada 1960 an, tarian ini baru mulai populer sekitar tahun 1970. Tari Jaipong nan pertama kali dikenal oleh masyarakat luas ialah nan dinamakan dengan “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong”. Kedua tarian tersebut merupakan tari nan diperuntukkan bagi penari putra dan putri atau tari berpasangan.
Oleh sebab itu, pada awal sejarah tari jaipong dianggap terlalu vulgar dan eksotis, selain sebab ditarikan berpasangan, ragam geraknya juga banyak melibatkan goyangan pinggul dan lekukan pantat.
Namun, seiring dengan makin seringnya kemunculan Jaipongan di layar kaca terutama sekitar tahun 1980an serta banyaknya artis Jawa Barat nan makin tertarik dengan Jaipongan, pada akhirnya tarian ini dapat diterima oleh masyarakat. Saat ini, Jaipongan lebih dikenal dengan tarian nan ceria dan dinamis, dengan banyak ragam mobilitas nan umumnya bertempo cepat.
Ciri Khas Tari Jaipong
Selain keceriannya, tari Jaipong juga dikenal dengan spontanitas, humoris, semangat serta gerakannya nan menggoda. Di samping itu, tari Jaipong juga dikenal dengan kesederhanaan dan sifat apa adanya, terlihat dari gerakannya nan merakyat. Pola penyajian tari Jaipong ini juga terbagi menjadi 2, yaitu Jaipongan nan dipola atau disebut Ibing Pola serta Jaipongan nan tak dipola atau disebut Ibing Saka.
Ibing Pola berarti gerakan-gerakannya diatur sedemikian rupa dengan ilmu tari nan teratur, tapi tetap tak meninggalkan karakteristik khas tari Jaipong. Ibing Pola banyak dikembangkan di daerah sekitar Bandung . Lain halnya dengan Ibing Saka, nan gerakannya cenderung impulsif namun tetap memukau sebab memang para penari Jaipong telah memiliki kemampuan dasar ragam mobilitas Jaipong. Ibing saka berkembang di daerah sekitar Subang dan Karawang.
Ciri khas tari Jaipong nan ceria kemudian banyak dimanfaatkan sebagai bentuk tarian pergaulan dan persaudaraan. Tarian ini banyak ditampilkan pada acara-acara formal seperti penyambutan tamu mancanegara maupun non formal seperti hajatan atau pesta syukuran.
Biasanya saat tarian ini ditampilkan, suasana acara berubah menjadi ceria dan gembira. Selain itu, biasanya di tengah-tengah tarian, para penarinya akan mengajak para penonton buat menari bersama khususnya para penonton laki-laki.
Konsep pertunjukan ini memang mirip seperti pertunjukkan ronggeng, tujuannya agar penonton lebih terhibur, bukannya buat mendapatkan sesuatu sebab diajak menari. Konsep inilah nan terkadang membuat Jaipong dikenal sebagai tarian nan berbau seksualitas dan vulgar .
Ciri khas lainnya ialah kostum nan digunakan oleh penarinya. Kostum penarinya biasanya berwarna terang seperti merah, kuning, hijau, dan rona keemasan. Hal ini menggambarkan warna-warna alam nan ceria namun tak terkesan norak. Desain kostumnya juga banyak mengadaptasi bentuk-bentuk dari alam seperti kembang dan dedaunan sebab memang asal mula tarian ini menggambarkan rasa syukur atas hasil-hasil alam sehingga hiasan kostumnya pun banyak menganut bentuk-bentuk alam.
Kostumnya pun cenderung menonjolkan lekuk tubuh penarinya, sehingga terkesan erotis, padahal sebenarnya hal itu dilakukan agar gerakan-gerakan nan dilakukan oleh para penarinya terlihat lebih indah.
Kontribusi Tari Jaipong
Kemunculan tari Jaipong nan diciptakan oleh Gugum Gumbira ini ternyata bisa menjadi angin segar bagi perkembangan budaya seni tari di Jawa Barat. Terbukti saat tari Jaipong ini mulai diterima oleh masyarakat, banyak seniman-seniman tari nan kemudian lebih mengintensifkan diri dalam mempelajari tarian ini. Mereka banyak mendirikan sanggar-sanggar tari buat mempelajari tari modern ini.
Selain itu, kaum muda juga mulai melirik tarian ini sebab konsepnya nan lebih modern dan bahkan banyak dari kaum muda nan berkreasi memadukan Jaipong dengan jenis ragam mobilitas lain seperti dangdut atau hip hop
Selain itu, tarian ini kemudian mampu menjadi ikon dari Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya. Tarian ini banyak dipentaskan di berbagai belahan global sebagai bagian dari budaya orisinil Indonesia nan dikembangkan oleh orang Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, tarian ini patut kita apresiasi keberadaannya sebab turut menjadi bagian dari keanekaragaman budaya Indonesia nan luar biasa.