Intoleran Susu Murni
Bakteri Lactobacillus bulgaricus dikenal pertama kali pada 1905 oleh Stamen Grigorov, seorang dokter asal Bulgaria, saat menganalisis yoghurt. Pada penelitian tersebut, Grigorov mengidentifikasi homogen mikroba nan memakan laktosa dan mengeluarkan asam laktat.
Asam laktat tersebut tak hanya berperan mengawetkan susu, tetapi mendegradasi laktosa sehingga susu dapat dikonsumsi oleh orang nan intoleran terhadap susu murni.
Yoghurt
Para pedagang Turki memperkenalkan minuman ini berawal dari Norma mereka membawa bekal susu dalam kantung selama perjalanan niaga. Perjalanan tersebut melintasi gurun pasir nan panas menyengat di waktu siang dan dingin menusuk di saat malam.
Suhu tersebut mengubah susu dalam kantung perbekalan menjadi gumpalan padat dan rasanya asam. Mereka menyebutnya yoghurt, nan memiliki arti 'padat dan tebal'. Kendati asam, susu padat tersebut ternyata memberi sensasi kesegaran.
Pedagang Turki kemudian merasakan ada kegunaan kesehatan nan ditimbulkan oleh yogurt. Bahkan, kebudayaan India sudah sejak lama mengenal susu asam nan digunakan dalam pengobatan sakit pencernaan.
Melawan Hantu Kolesterol
Yoghurt ternyata ampuh buat melawan kolesterol nan selama ini menjadi hantu menakutkan bagi kesehatan. Kolesterol ialah suatu jenis sterol nan terkandung dalam jaringan hewan dan masuk ke dalam tubuh manusia saat mengonsumsi daging, telur, maupun susu.
Kolesterol tersimpan di dalam darah, merupakan bagian dari lemak nan memiliki kesamaan menempel pada dinding pembuluh darah. Meskipun dibutuhkan dalam proses metabolisme, kolesterol dalam jumlah nan melebihi ambang batas dapat menyebabkan penebalan pembuluh arteri.
Kolesterol bertanggung jawab terhadap penyempitan pembuluh darah, meningkatnya tekanan darah, gangguan jantung. Bahkan, stroke. Yoghurt terbukti sebagai minuman fungsional nan secara alami mampu menurunkan kolesterol.
Dalam hal ini, bakteri Lactobacillus bulgaricus memegang peranan krusial sebab dalam proses degradasi laktosa, bakteri ini menghasilkan asam laktat dan memproduksi enzim Bile Salt Hydrolase (BSH). Enzim ini mampu menurunkan jumlah asam empedu nan diserap usus halus.
Berkurangnya asam empedu nan diserap usus halus dan kembali ke hati, merangsang tubuh buat menyeimbangkan jumlah asam empedu tersebut dengan mengambil kolesterol darah sebagai prekursor. Proses inilah nan membuat kadar kolesterol darah menurun.
Intoleran Susu Murni
Beberapa orang intoleran terhadap susu murni, yakni saat minum susu murni tersebut, mereka akan mengalami diare atau gangguan pencernaan. Menjadi masalah jika intoleran tersebut terjadi pada bayi atau balita. Padahal, mereka membutuhkan susu buat proses pertumbuhan.
Intoleran susu murni pada seseorang disebabkan oleh kurangnya enzim pencerna laktosa nan diproduksi tubuh. Akibatnya, saat cairan susu masuk ke dalam pencernaan, laktosa tertahan di permukaan usus halus. Secara otomatis, laktosa menyerap air dan menimbulkan diare dan dalam keadaan akut dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan.
Yoghurt menjadi solusi nan baik bagi penderita intoleran susu murni. Sebab, bakteri Lactobacillus bulgaricus telah memecah laktosa tersebut melalui proses fermentasi sehingga usus halus dengan mudah menyerapnya.
Probiotik
Penelitian terhadap bakteri patogen membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus bulgaricus menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam dinding usus. Dengan kata lain, yoghurt termasuk dalam kategori probiotik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri patogen menyebabkan tubuh lebih mudah menjaga kesehatannya.
Bakteri Lactobacillus bulgaricus juga mampu mengubah zat-zat prekarsinogenik dalam saluran pencernaan sehingga efektif mencegah kanker. Di samping itu, bakteri ini menghasilkan asam folat dan vitamin B kompleks nan bermanfaat mencegah penyakit jantung koroner.
Manfaat Bakteri Lactobacillus Bulgaricus
- Meningkatkan kemampuan usus besar menyerap zat mutagenik dan mencegah kanker.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan kandungan zat antitumor.
- Alternatif buat diet sehat sebab memiliki kandungan gizi sangat tinggi, sedangkan kandungan lemaknya justru rendah.
- Menurunkan risiko infeksi candida pada penderita diabetes.
- Mencegah osteoporosis.