Agar Bayi Tidak Terkena Diare
Mengapa tinja bayi aku encer? Apakah bayi aku terkena diare? Bagaimana penanggulangan diare pada bayi saya? Tenang dulu ibu-ibu. Jika bayi memiliki tinja nan lebih berair dari kondisi normal, tetapi frekuensi beraknya tak sering, Anda tak usah risi sebab bayi Anda tak mengalami diare nan sesungguhnya.
Penyakit Diare
Diare, nan diindikasikan dengan tinja nan encer, lebih mengacu pada seringnya BAB nan terjadi dari pada kepadatan. Ada berbagai macam kondisi nan membuat tinja bayi berair atau bayi menderita diare (yang tak mengkhawatirkan), seperti ketika bayi sedang tumbuh gigi, perubahan pola makan (jika bayi sudah dikenalkan dengan makanan padat, dan perawatan dengan atibiotik (jika bayi diberi resep antibiotik oleh dokter).
Diare nan mengkhawatrikan ialah diare nan disebabkan oleh infeksi usus dan lambung. Biasanya diare nan disebabkan oleh peradangan lambung dan usus dampak infeksi ditandai dengan mengalirnya tinja secara terus menerus (bahkan ada nan sampai berak 3 menit sekali), berair, berwarna hijau, berbau busuk, berlendir, terjadinya tiba-tiba, dan terkadang ada bercak darah.
Penyakit diare sendiri ialah gangguan kesehatan nan dialami seseorang dan membuat penderitanya monoton ingin buang air besar dalam frekuensi nan lebih sering dari pada orang normal. Selama diare, kotoran nan dikeluarkan pun memiliki karakteristik encer.
Diare ialah suatu kondisi ketika tubuh Anda mengalami frekuensi buang air besar tak seperti nan normal seharusnya terjadi, yaitu lebih dari satu atau dua kali dalam sehari. Sebaiknya Anda tak menganggap remeh diare sebab penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Menurut hasil penelitian tentang diare, penyakit ini biasa terjadi pada sejumlah negara berkembang dan sudah menjadi salah satu penyebab generik kematian di negara-negara tersebut. Ada dua jenis diare, yaitu diare nan disebabkan oleh bakteri dan diare nan disebabkan oleh nonbakteri. Kasus diare nan diderita masyarakat negara berkembang tentunya disebabkan sebab faktor bakteri.
Bakteri penyebab diare sangat mudah berkembang dampak dari lingkungan nan kotor dan tak sehat. Lingkungan nan kumuh dengan kondisi saluran air nan tak memadai ditambah dengan tumpukan sampah nan tak teratur dapat menjadi berkembangnya bakteri diare.
Lingkungan nan tak sehat membuat makanan Anda menjadi tak sehat pula. Makanan nan tak ditutupi tudung saji membuat lalat atau semut bisa menghinggapi makanan tanpa Anda sadari. Kebiasaan memakan makanan tanpa cuci tangan, baik menggunakan sendok ataupun tak juga menjadi penyebab bakteri diare bisa berkembang pesat di tubuh Anda.
Jadi, penanganan nan tepat dalam pencegahan penyakit diare ialah melalui penerapan pola hayati nan sehat. Diare juga menjadi salah satu penyakit nan generik diderita oleh anak-anak balita. Dan, menurut penelitian tentang diare, penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian anak nomor dua. Anak-anak sering mencoba hal nan baru dan tak takut buat membuat dirinya kotor.
Seringkali percobaan akan hal baru tersebut mengarah pada memasukkan benda asing ke mulut ataupun memasukkan tangan ke mulut. Hal tersebut merupakan hal nan biasa dilakukan oleh anak-anak.
Walupun sudah menjadi hal nan biasa, namun jangan sampai Anda sebagai orangtua tak memperhatikan tindakan tersebut. Ajarilah anak buat tak memasukkan tangan ataupun benda lain selain makanan ke dalam mulut. Apabila tiba waktunya makan, ingatkan mereka buat selalu mencuci tangan terlebih dahulu.
Gejala diare biasanya disertai dengan gejala tambahan seperti mual, muntah, rasa tak enak di perut, mules, haus, demam, dan lemas sebab dehidrasi. Pada anak-anak dan orang tua di atas 65 tahun, diare sangat berbahaya. Bila penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam kehilangan cairan tubuh berat, maka dapat berakibat fatal.
Diare terjadi dampak dari berkurangnya kemampuan usus besar dalam menyerap air nan terdapat dalam kotoran. Pada orang dewasa penyebab paling sering dari gangguan ini ialah bakteri E. Coli dan Salmonella .
E.coli sebenarnya bakteri nan normal hayati dalam usus besar kita, sayangnya jika jumlahnya terlalu banyak, maka ia akan menjadi berbahaya dan menganggu proses penyerapan air, sehingga menyebabkan diare.
E.coli nan hiperbola ini biasanya bersumber dari buah atau sayuran nan terkontaminasi kotoran manusia nan kemudian kita makan tanpa mencucinya dengan baik.
Penyebab lain dari diare ialah alergi makanan. Selain menyebabkan gejala alergi secara umum, seperti gangguan kulit dan gangguan nafas, alergi makanan juga bisa menimbulkan diare. Alergi makanan nan paling sering menyebabkan diare ialah alergi terhadap protein susu nan disebut laktosa.
Kemampuan tubuh mencerna laktosa akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemungkinan terjadinya diare dampak laktosa akan semakin besar. Laktosa merupakan contoh kecil dari zat nan bisa menyebabkan diare. Banyak pula nan alergi terhadap zat lain seperti gluten dan lain-lain, sehingga menimbulkan diare.
Agar Bayi Tidak Terkena Diare
Penanggulangan diare pada bayi memang sulit dilakukan, apalagi dalam proses perkembangannya bayi seringkali memasukkan benda apa saja ke dalam mulutnya. Tentu saja hal ini mempermudah masuknya bakteri atau virus ke dalam tubuh. Namun, ada cara buat meminimalkan kejadian diare dampak virus atau bakteri.
- Cucilah segala benda nan berhubungan dengan bayi sebelum diberikan pada mereka (seperti mainan dari plastik, karet, dll.)
- Ajarilah bayi hayati sehat dengan cara mencuci tangan sebelum makan. Meski bayi tak makan sendiri (Anda menyuapinya) adakalanya bayi merebut makanan dan memasukkannya sendiri ke dalam mulutnya.
- Susuilah bayi Anda. ASI memiliki kandungan gizi nan tinggi, membantu para bayi memperoleh sistem imun nan lebih baik. Pada banyak kasus bayi nan menderita diare bahkan dapat sembuh sendiri dengan diberi ASI secara terus menerus.
- Mencuci tangan pakai sabun dengan sahih pada lima waktu penting, yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan.
- Meminum air minum sehat atau air nan telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
- Pengelolaan sampah nan baik supaya makanan tak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain).
- Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
Jika semua hal di atas sudah dilakukan, tetapi masih saja terserang diare, maka Anda tak usah panik. Kenalilah dulu apakah diare nan dialami tersebut parah? Jika frekuensi beraknya tinggi, segeralah bawa ke dokter. Diare nan mengkawatirkan ialah nan menimbulkan dehidrasi.
Penderita diare ini biasanya ditandai dengan berat badan berkurang antara 5 – 15%, mata sayu, konduite sensitif, mulut kering (tidak ada air mata ketika menangis pada kasus berat dan keluar air mata sedikit pada kasus ringan), kulit kering, pucat, dan keriput, kuantitas kencingnya berkurang, dan dalam kasus berat air seni berwarna kuning gelap.
Jika diare tak parah, tak perlu ke dokter, cukup berikan oralit saja. Namun, jika usia bayi masih di bawah 6 bulan, susuilah dia dengan ASI sebanyak mungkin. Jika kebutuhan cairan tubuh terpenuhi, sehingga sistem tubuh menjadi seimbang, maka diare akan sembuh dengan sendirinya (tidak perlu obat atau antibiotik).
Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tak muntah dan tak mual, dapat diberikan larutan nan mengandung air, gula dan garam.
Pengobatan buat diare nan kronis bersifat kuratif, supressif, atau empiris. Jika penyebabnya bisa dketahui niscaya dan bisa diperbaiki, dapat diambil tindakan terapi kuratif, seperti penggunaan antibiotik. Terutama, tetasiklin, trimetoprim sulfamethoxazole, dan ampisilin . Diare sebab pertumbuhan bakteri berlebih diusus halus, misalnya, bisa diterapi dengan antibiotika.
Untuk berbagai kondisi klinis, diare nan kronis bisa dikontrol dengan supressi terhadap prosedur nan mendasarinya. Misalnya, eleminasi laktose dari diet pada diare sebab defisiensi laktase, eliminasi gluten pada celiac sprue , adsorvent agent seperti cholestiramin pada malabsorpsi garam empedu, penghambat pompa proton seperti omeprasole pada hipersekresi lambung, dan substitusi enzim pankreas pada kasus dengan insufisiensi pankreas.
Jika tak diketahui penyebab khusus maupun mekanismenya, terapi dilakukan secara empiris. Pada diare cair nan ringan-sedang, misalnya, bisa diberikan golongan opiat ringan, seperti diphenoksilat atau loperamide.
Pada dasarnya, buat semua penderita diare nan kronis, penggantian cairan dan elektrolit merupakan komponen krusial dalam pertolongan dasar penanggulangan diare. Diare bisa dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Semoga bermanfaat.