Pemain Besar di Industri Pers
Perkembangan pers di Indonesia adalah satu citra betapa pers sangat memegang peranan krusial dalam peradaban dan perkembangan kebangsaan dan berbangsa di Indonesia. Tanpa adanya peranan pers, belum tentu bangsa ini dapat merasakan kemerdekaan seperti sekarang. Dengung kemerdekaan itu tak hanya melalui pemberitahuan oleh Sukarno di lapangan Monas sekarang, tetapi juga melalui radio dan koran. Lewat media nan sangat terbatas itu kalangan pers memberitakan dan global pun tersentak dan akhirnya satu per satu mengakui kemerdekaan negara nan terdiri dari ribuan pulau tersebut. Walaupun pihak penjajah terutama Belanda harus memakan waktu sangat lama baru mau mengakui kemerdekaan Indonesia, hal tersebut tak menghalangi apa nan telah diproklamirkan oleh kedua Bapak Bangsa Sukarno dan Hatta.
Pers Adalah Pahlawan Sekaligus Lawan
Kehebatan pers pada masa perjuangan itu sudah cukup buat dapat meletakkan pers sebagai pahlawan. Tetapi apakah pers masih dianggap pahlawan ketika orang nan bersalah terlihat tak bersalah dan orang nan tak berdosa dianggap berdosa? Bagaimanakah dengan pers nan menerima bayaran sehingga menaikkan pamor seseorang agar ia disenangi dan dipuja oleh rakyat sebagai bagian dari kampanye pencitraan?
Perkembangan pers di Indonesia dipengaruhi beberapa pihak nan memiliki peran krusial atau sebagai stakeholder . Baik itu internal stakeholder maupun eksternal stakeholder . Internal stakeholder terdiri dari pemilik, karyawan dan pihak nan menjadi kawan dalam proses pembuatan media massa itu sendiri seperti percetakan. Sementara eksternal stakeholder adalah pihak nan menjadi penunjang bagi proses kerja media massa. Terdiri dari LSM, forum Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif. Dan lain-lain.
Tidak sporadis satu media pemberitaan ini memuat warta nan tidak berimbang dan cenderung memojokkan pihak lain. Inilah salah satu akibat dari pengaruh internal dan eksternal stakeholder . Mereka ialah orang-orang nan dapat menentukan arah pemberitaan sehingga terkadang masyarakat termakan sulutan dari pemberitaan nan tak sebenarnya. Misalnya, pada awal Susno Duadji dituduh sebagai tersangka, semua orang di Indonesia seolah telah menghukum Susno. Dari penampilan hingga tatapan matanya nan sipit, dibahas. Hal ini memang sebab Susno cukup kontroversial ketika mengatakan istilah ‘Cicak dan Buaya’. Tetapi masyarakat tak tahu bahwa sebab kicauan Susno Duadjilah Gayus nan menjadi simbol koruptor dari Dirjen Pajak itu dapat ditangkap dan kasusnya dapat menyeret banyak nama terkenal.
Masyarakat sering telah memberikan sanksi sebelum sanksi nan sebenarnya dijatuhkan. Pers juga dapat membuat seorang nan bersalah menjadi bagai bintang nan dipuja dan penderitaannya harus ditampilkan. Padahal korbannya lebih menderita dan hal ini tak ditampilkan sebab dianggap tak mempunyai nilai jual nan tinggi. Ketidakadilan dari pers ini tentunya telah banyak merugikan berbagai pihak.
Pers Sebagai Corong Informasi
Perkembangan pers di Indonesia juga mengikuti arus teknologi. Teknologi ini telah menyebabkan begitu banyaknya perubahan nan berlangsung di global pers. Salah satunya ialah pemberitaan melalui koran digital. Tidak bisa dipungkiri bahwa pers memang harus tanggap terhadap perubahan apapun.
Pers ialah sebuah wahana nan berfungsi buat menyampaikan arus informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Untuk itu, dalam industri ini dibutuhkan pihak – pihak nan memiliki taraf intelektual tertentu. Karena jika tidak, apabila terjadi kesalahan penyampaian arus informasi, berakibat kerugian dari salah satu atau beberapa pihak.
Dari sisi tekhnologi, industri ini merupakan industri nan bersifat modern. Mengingat industri ini berkomoditi pada informasi nan cepat dan akurat. Sehingga kemajuan teknologi terutama teknologi informasi harus selalu diikuti guna mencapai tujuan menciptakan informasi nan cepat dan seksama bagi masyarakat.
Arus informasi ini berasal dan digunakan buat kepentingan masyarakat. Untuk itu, industri media massa ini harus berada dalam lingkup dimana masyarakat berkumpul. Selain agar mampu menyerap informasi secara lebih baik secara pemasaran, mereka akan mampu mendekati konsumen nan membutuhkan informasi.
Proses perubahan politik dan perubahan sistem perekonomian di Indonesia, membawa akibat nan signifikan pada perkembangan pers di Indonesia. Perubahan politik menyebabkan dihapuskannya ketentuan tentang SIUPP sebagai syarat berdirinya industri media massa. Akibatnya, mulai pertengahan tahun 1999, industri media massa berkembang secara cepat. Hal ini sebagai dampak mudahnya ketentuan buat mendirikan industri media massa.
Perkembangan pers di Indonesia melonjak hingga mencapai 1500 terbitan. Di bidang media elektronik, dari semula hanya ada empat stasiun televisi swasta, pada saat ini sudah dapat dinikmati 11 siaran nasional. Hal ini belum termasuk pada televisi lokal nan jumlahnya kadang lebih dari dua pada suatu daerah. Munculnya stasiun daerah ini juga merupakan salah satu dampak dierapkannya sistem swatantra daerah.
Pemain Besar di Industri Pers
Kelompok nan bermain dalam industri media massa antara lain Kelompok Kompas Gramedia, nan memiliki koran Kompas dan Televisi TV 7, serta radio Sonora. Pemain terbesar lainnya ialah kelompok Media Group. Perusahaan ini memiliki koran Media Indonesia dan televisi Metro TV serta radio 68h. Pemain besar lain di bisnis media massa ialah Gambaran Media Nusantara, pemilik RCTI dan harian Seputar Indonesia.ketiga perusahaan tersebut berada di Jakarta. Sedangkan satu pemain lain nan berasal dari luar Jakarta ialah Jawa Pos Group.
Media di Indonesia sendiri terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu media cetak nan masih terdiri dari koran, majalah dan tabloid. Media kedua ialah media audio visual yaitu televisi. Media terakhir ialah media audio yaitu radio.
Sementara, spesifik buat media cetak, lima media cetak terbesar di Indonesia buat posisi pertama masih dikuasai oleh Kompas. Kompas memiliki market share sebesar 21,1%. Urutan kedua ditempati oleh Pos Kota dengan market share 17,7%. Jawa Pos di urutan ketiga dengan market share 14,9%. Pikiran rakyat di posisi ke empat dengan market share 9,9%. Terakhir ialah koran daerah yaitu Suara Merdeka dengan market share 5,5%. (data Swa, 21 Juli 2005)
Pertumbuhan media massa sempat mengalami akibat atas krisis moneter. Pada industri media massa cetak, krisis moneter mengakibatkan mereka mengurangi jumlah halaman dan oplahnya. Bagi media elektronik, akibat krisis moneter terasa pada pengurangan jam tayang dan juga pengurangan siaran langsung pada beberapa acara.
Kompas merupakan salah satu pemain terbesar di bisnis informasi media massa. Groups Kompas didirikan oleh PK. Ojong dan Jacob Oetama pada tahun 1965. terbitan pertama mereka ialah majalah Intisari. Dan tahun 1967, barulah harian Kompas dilahirkan dan berkembang terus sampai sekarnag menjadi koran dengan tiras terbesar. Selanjutnya mereka merambah bidang bisnis lain nan masih dalam satu lini, yaitu toko buku Gramedia. Kemudian mereka mengembangkan bisnis membentuk unit bisnis lain, seperti tabloid Kontan, radio Sonora, majalah Marketing, koran Bernas di Jogjakarta, Sriwijaya Post di Palembang dan berkembang ke bisnis media elektronik dengan membuat TV7.
Keberhasilan Kompas nan berposisi sebagai koran nasional, kemudian diikuti beberapa koran lain, baik nan bercitra sebagai koran generik seperti Jawa Pos, Media Indonesia, koran Tempo dan juga nan baru saja lahir ialah Seputar Indonesia. Ada juga media nan memilih berstrategi buat fokus pada pasar eksklusif nan juga berskala nasional, seperti Bisnis Indonesia dan Investor Daily nan berfokus pada konsumen pelaku bisnis. Selain itu ada juga koran nasional nan mengedepankan fokus buat segmen kaum religius, yaitu Republika.
Perkembangan Pers di Indonesia
Pengekangan terhadap global pers masih terus berjalan hingga pada saat tercetusnya reformasi pada 1998. Sejak saat itu, pers Indonesia mulai berani buat bersuara dan setiap pihak mulai berlomba-lomba buat mengungkapkan kebenaran nan sesungguhnya kepada masyarakat.
Peranan global pers sangat krusial artinya bagi negara kita. Indonesia ialah negara demokrasi nan menjunjung tinggi partisipasi seluruh rakyatnya dalam menentukan arah negara ini bersama dengan pemerintah. Masyarakat tak dapat lagi dikontrol oleh penguasa seperti pada zaman kolonial Belanda dan orde baru.
Pers ialah salah satu kekuatan rakyat nan dapat diandalkan buat mengontrol konduite penguasa buat selalu ingat akan tugas besar nan diembannya kepada masyarakat. Perkembangan pers baik di Indonesia dan juga seluruh global telah menjadi bagian krusial nan tak bisa dipisahkan dalam global pemerintahan ideal nan demokratif.