Deteksi Dini

Deteksi Dini

Tentang tsunami , Indonesia merupakan salah satu negara nan sangat rawan dengan terjadinya bala alam ini. Apalagi negara ini terletak di atas jalur retakan dua lempeng raksasa bumi. Pergeseran maupun tumbukan lempeng nan terjadi bisa menyebabkan gempa bumi nan menimbulkan tsunami.

Berita tsunami terbaru dan akibat nan ditimbulkannya melanda Kepulauan Mentawai, Sumatera, pada akhir Oktober 2010 nan lalu. Pemahaman atau pengertian masyarakat mengenai tsunami nampaknya harus ditingkatkan.

Dengan pengetahuan nan memadai menyangkut tsunami, berbagai akibat jelek nan ditimbulkannya bisa diminimalisasikan. Kita tentu perlu belajar banyak dari berbagai bala tsunami nan sebelumnya telah berulang kali menerpa negeri ini.



Akibat Energi Besar

Tsunami merupakan istilah dalam bahasa Jepang nan terdiri dari dua kata, yaitu tsu nan berarti pelabuhan dan nami nan bermakna gelombang (laut), sehingga tsunami berarti gelombang atau ombak besar di pelabuhan.

Sedangkan pengertian tentang tsunami secara generik ialah adanya perpindahan air bahari dampak sesuatu nan menyebabkan terjadinya perubahan permukaan air bahari secara tiba-tiba. Pengertian ini buat membedakan tsunami dari air pasang naik. Pertama kali, istilah tsunami ini muncul di negara Jepang di kalangan para nelayan.

Pada waktu itu, terjadi gelombang tsunami nan sangat besar dan para nelayan tak merasakan hal tersebut sebab sedang berada di tengah laut. Ketika mereka kembali ke daratan, ternyata mereka melihat sekitar pelabuhan rusak parah.

Dengan kejadian tersebut, para nelayan mengambil konklusi bahwa gelombang tsunami hanya akan timbul di sekitar pelabuhan dan tak di tengah lautan nan dalam.

Tsunami datang sebagai rangkaian gelombang nan bisa terjadi dalam waktu lima menit sampai satu jam, ataupun jarak dalam waktu tersebut. Gelombang pertama belum tentu nan paling berbahaya. Ukuran gelombang bisa berbeda di lokasi nan berbeda. Gelombang tsunami nan sampai di daratan akan menyapu dan menghancurkan semuanya.

Perubahan permukaan air bahari nan terjadi secara tiba-tiba ini umumnya disebabkan oleh aktivitas di bawah dasar laut, seperti gempa bumi, pergeseran lempeng bumi, aktivitas gunung berapi di tengah laut, maupun jatuhnya benda langit ke laut. Besarnya energi nan dihasilkan oleh berbagai karena tersebut mendorong terjadinya gelombang air bahari nan bergerak ke segala arah.

Menurut catatan sejarah tsunami, tinggi gelombangnya dapat mencapai puluhan meter, sedangkan kecepatan gelombang di bahari dalam dapat mencapai ratusan kilometer per jam dengan tinggi gelombang nan rendah.

Kecepatan gelombang akan menurun ketika mencapai tepi pantai, namun ketinggian gelombang dapat mencapai puluhan meter. Kalau kecepatan dan energi gelombang tsunami cukup besar, maka hempasannya bisa menjangkau hingga puluhan kilometer masuk ke daratan dan menerjang semua nan ada di depannya.

Namun, tak semua gempa bumi maupun pergeseran lempeng selalu menghasilkan tsunami. Para pakar telah menandai sejumlah ukuran atau kriteria suatu gempa bumi nan bisa menimbulkan tsunami.

Di antaranya, gempa tersebut terjadi di tengah bahari dengan kedalaman kurang dari 30 km di bawah permukaan laut. Selain itu, gempa nan terjadi harus cukup kuat atau minimal 6,5 skala richter dan polanya juga harus berupa sesar naik atau turun.

Gelombang tsunami mempunyai kecepatan bhineka sinkron dengan kedalaman bahari di mana gelombang tersebut terjadi. Kecepatan gelombang tsunami bisa mencapai ratusan kilometer per jam.

Pada saat gelombang tsunami mulai mencapai pantai, kecepatan gelombangnya akan berkurang sekitar 50 kilo meter per jam. Akan tetapi, energi nan dibawanya akan merusak hingga beberapa meter.

Tinggin gelombangnya semakin naik, ketika mendekati daratan. Tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter sebab terjadi penumpukan masa air.

Pada waktu tsunami mencapai pantai, maka gelombang tersebut akan menghantam daratan dan menyapu higienis semua nan ada di daratan. Sapuan dampak gelombang tsunami tersebut bisa mencapai beberapa kilo meter dari garis pantai.

Selain itu, tanah longsor nan terjadi di dasar bahari juga bisa mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami sebab tanah longsor tersebut mengganggu air laut. Begitu juga dengan meteor nan jatuh ke bumi. Apabila meteor nan jatuh ke bumi ini cukup besar, maka potensi terjadinya tsunami sangat besar.



Deteksi Dini

Belajar dari pengalaman dengan besarnya korban jiwa nan ditimbulkan tsunami, pemerintah telah menyiapkan berbagai peralatan deteksi dini buat mengantisipasi bala alam ini.

Peralatan deteksi dini ini terdiri dari alat sensor nan dibuat dengan sensitivitas cukup tinggi. Artinya, sedikit saja ada gejala perubahan air bahari nan tertangkap alat ini, maka sudah bisa diambil langkah cepat nan mengantisipasinya.

Selain itu, juga telah dibangun sistem komunikasi agar informasi tentang tsunami bisa sampai ke masyarakat di daerah nan terancam dengan cepat. Sistem ini dibangun dengan melibatkan semua stakeholder di berbagai daerah.

Dengan demikian diharapkan proses pengungsian bisa dilakukan sesegera mungkin, sehingga dampaknya dapat diminimalisasikan. Adapun penyebab dan tanda-tanda terjadinya tsunami antara lain sebagai berikut.



1. Gempa Bumi

Sebuah gempa lokal seringkali merupakan peringatan pertama tsunami. Jika kita merasakan gempa di daerah rawan tsunami, dan mendengarkan peringatan dari radio atau TV, kita bersiap buat pergi ke loka nan lebih tinggi.



2. Surut Samudera

Tanda lain dari tsunami ialah kenaikan tidak terduga atau surutnya air bahari dari ketinggian biasanya. Air bahari surut dengan cepat, terlihatnya dasar laut, terumbu karang dan ikan merupakan pertanda bahwa gelombang besar dalam perjalanan. Bila ini terjadi, kita harus segera pergi menuju tanah tinggi atau minimal 4 mil dari pantai.



3. Suara Gemuruh

Sebuah tsunami nan sedang mendekati menciptakan suara keras seperti sebuah kereta atau pesawat jet. Suaranya begitu bergemuruh. Jika Anda mendengar suara ini tanpa alasan apapun, kemungkinan besar itu ialah tsunami nan sedang mendekati daratan. Cepat siaga dan segera pergi ke dataran nan lebih tinggi atau daerah nan jauh dari pantai.

Sistem Peringatan Tsunami harus dipasang di tempat-tempat rawan tsunami buat mencegah adanya korban jiwa jika tsunami tersebut terjadi. Sistem ini mencatat perubahan tekanan dari dasar bahari dan mengirimkan informasi ke sensor pada pelampung dan kemudian ke stasiun peringatan melalui satelit.

Jika perlu, pusat-pusat peringatan mengeluarkan peringatan tsunami melalui stasiun radio dan TV buat daerah nan bersangkutan. Indonesia sebagai negara kepulauan sekaligus rawan bala tsunami harus mempunyai sistem ini. Mungkin sudah ada beberapa nan dipasang, tapi sejauh ini, belum berfungsi optimal.

Terbukti, tsunami di Kepulauan Mentawai belum dapat dideteksi buat diumumkan kepada masyarakat setempat. Akibatnya, datangnya tsunami tak disadari dan akhirnya memakan korban nan tidak sedikit.

Lebih dari 100 orang meninggal dan 500 lebih orang dinyatakan hilang. Jadi, Indonesia harus lebih melengkapi atau memasang tanda peringatan tsunami nan lebih canggih.

Sistem peringatan dini buat tsunami dipasang buat memberikan peringatan kepada warga akan datangnya tsunami. Di Indonesia sendiri, sistem peringatan dini tsunami dikembangkan oleh BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika) bersama dengan instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi non pemerintah, dan negara-negara donor.

Dengan sistem peringatan dini buat tsunami ini, diharapkan pemberitahuan tentang adanya bahaya tsunami bias, diberikan maksimal 5 menit setelah gempa bumi terjadi.

Sistem peringatan dini tsunami ini bekerja dengan cara merekam terjadinya gempa dengan menggunakan seismograf , yaitu alat pencatat gempa, nan kemudian hasil catatan gempa ini akan dikirimkan ke BMKG pusat nan ada di Jakarta menggunakan satelit.

Data ini kemudian diolah oleh BMKG menggunakan peralatan canggih dan apabila data nan dihasilkan memberitahukan akan datangnya tsunami, BMKG akan memberikan hasil pengolahan data ini kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dan media.

Selain itu, peringatan tentang adanya bahaya tsunami juga dikirimkan melalui SMS, Faximilie, telepon, Ranet (radio internet), FM RDS (Radio Data System), dan juga melalui website resmi BMG, yaitu www.bmg.go.id .

Indonesia sebagai negara kepulauan sekaligus rawan bala tsunami harus mempunyai sistem ini. Mungkin sudah ada beberapa nan dipasang, tapi sejauh ini, belum berfungsi optimal.

Terbukti, tsunami di Kepulauan Mentawai belum dapat dideteksi buat diumumkan kepada masyarakat setempat. Akibatnya, datangnya tsunami tak disadari dan akhirnya memakan korban nan tidak sedikit.

Lebih dari 100 orang meninggal dan 500 lebih orang dinyatakan hilang. Jadi, Indonesia harus lebih melengkapi atau memasang tanda peringatan tsunami nan lebih canggih.

Dari pengalaman di lapangan, media nan paling efektif buat memberitahukan peringatan dini tsunami ini ialah radio. Karena itu, masyarakat di sekitar pantai nan berpeluang sangat besar terkena tsunami ini disarankan memiliki radio FM nan dapat digunakan buat mengetahui adanya bahaya tsunami. Semoga informasi tentang Tsunami tersebut bermanfaat.