Kedamaian nan Tercabik
Tidak perlu membayangkan kalau Afrika Barat itu seperti Indonesia nan hijau. Tentu saja tidak. Wilayah Afrika ini terdiri dari 14 negara. Di antara negara-negara tersebut terkenal sebab kerusuhan dan konfrontasi berdarah. Ada juga nan terkenal sebab pemain sepakbolanya.
Tanah di wilayah ini memang terlihat bergurun dan panas. Para penduduknya kebanyakan memang berkulit gelap. Agama nan mereka anut ada juga nan Islam. Masjid nan unik pun dapat ditemukan di wilayah barat benua hitam tersebut.
Darah Tumpah di Negara-Negara Barat Benua Afrika
Bila dikatakan bahwa Afrika ini ialah benua hitam, mungkin tak ada nan salah dengan sebutan itu. Ketika Piala Global 2010 diadakan di Afrika Selatan, banyak nan tak melihat bahwa Afrika Selatan itu ialah wilayah nan tandus dan penuh dengan kesulitan.
Berbagai pembangunan dengan fasilitas nan sangat bagus bahkan lebih bagus dari Indonesia, tentunya, orang baru sadar bahwa Afrika ini kaya. Tetapi, itu di bagian selatan Afrika. Bagaimana dengan bagian baratnya?
Ada 14 negara di wilayah ini. Tetapi, di antara negara itu, kehidupan masyarakatnya sangat mengenaskan. Mereka harus berjuang setiap hari buat menghirup udara nan higienis tanpa ada pertumpahan darah. Tetapi, kerusuhan dan konflik politik terus saja menghantui mereka.
Pantai Gading, misalnya. Negara ini sebenarnya dapat dikatakan makmur dengan berbagai pemandangan latif dan sumber daya alam lainnya. Namun, darah nan tumpah dampak dari konflik nan tidak berkesudahan telah membuat negara ini mencekam. Bagai tak ada kehidupan. Masing-masing orang saling curiga dan bahkan saling membunuh hanya sebab disparitas nan kecil.
Sierra Leone pun begitu. Negara ini seakan menjadi lapangan perang nan selalu membara. Kontak senjata menjadi sesuatu nan biasa. Anak-anak tumbuh dalam keadaan perang. Mereka bermain dalam perang.
Kematian ialah sesuatu nan sangat mudah ditemukan di negara nan sangat buas ini. Dalam sebuah film Blood Diamond nan diproduksi pada tahun 2006 dan dibintangi oleh Leonardo de Caprio, orang dapat merasakan betapa ganasnya Sierra Leone.
Berlian telah membuat mata buta. Berlian itu dianggap sebagai satu harapan. Ketika asa itu diambil, mereka seakan kehilangan hayati itu sendiri. Tidak mengherankan kalau dengan apa pun mereka berjuang merebut kekayaan itu. Saling sikat dan saling bunuh ialah sesuatu nan lumrah saja. Persenjataan nan menyalak menjadi musik nan tiada henti terdengar.
Togo pun mengalami kerusuhan berdarah. Kerusuhan ini berkaitan dengan politik. Kekerasan menjadi satu bagian dari kehidupan, sehingga kalau tak ada nan wafat dalam satu kerusuhan, mungkin menjadi berbeda.
Orang lain nan mendengar hal-hal nan berdarah terjadi di negara-negara nan berada di wilayah barat Afrika, biasanya hanya dapat menggelengkan kepala. Betapa mudahnya nyawa melayang di sana.
Nigeria pun berdarah. Kerusuhan demi kerusuhan telah membuat pembangunan nan telah dilakukan selama beberap tahun, lenyap diamuk si jago merah. Semakin mencekamlah negara-negara nan ada di barat benua Afrika ini.
Wilayah ini seolah tak pernah tenang dan hayati dalam kedamaian. Setiap orang seolah mencoba mendapatkan apa nan diinginkan dengan cara membunuh orang lain. Mungkin sebab taraf pendidikan nan kurang, telah menyebabkan mudahnya emosi menguasai hati.
Ghana tak mau ketinggalan dalam hal menumpahkan darah manusia di tanahnya. Dalam suatu kerusuhan nan terjadi dalam suatu pertandingan sepakbola, ada 100 orang meninggal sia-sia.
Darah seakan tak pernah berhenti mengalir dari orang-orang nan tinggal di negara di bagian barat Afrika ini. Seolah darah ialah sumber kehidupan nan harus ditumpahkan.
Dunia Darah Dalam Sepakbola
Sepakbola menjadi salah satu aktivitas nan dapat memicuh kerusuhan berdarah di negara-negara nan ada di Afrika Barat. Misalnya, ketika tim dari Sinegal bertanding dengan tim dari Pantai Gading. Ketidakpuasan telah memicu perang antar suporter. Akibatnya ialah tak saja pertandingan dihentikan, namun masing-masing orang harus menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Ketika itu, ada beberapa pemain bintang nan telah cukup dikenal di global nan dikhawatirkan banyak orang. Mereka ialah Yaya Toure, Kolo Toure, Didier Drogba dari Pantai Gading, dan Demba Ba, serta Papis Cisse dari Sinegal. Para pemain nan telah bermain di negara-negara Eropa ini mampu menyelamatkan diri.
Bayangkan betapa mudahnya orang-orang menjadi gelap mata dan gelap hati ketika apa nan diinginkannya tak terjadi. Kematian demi kematian seolah tak terlepas dari sepakbola. Di Liberia pun pernah terjadi kematian banyak penonton sebab adanya kerusuhan di stadion. Ratusan orang terjatuh dan mengalami sesak napas hingga tewas.
Hampir di semua negara di bagian barat benua Afrika ini berdarah. Dari negara-negara ini, Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Niger, Nigeria, Pantai Gading, Togo, Senegal, Sierra Leone, manakah nan tak ada kerusuhan? Sulit buat mengatakan bahwa ada negara nan damai dan tenang tanpa ada pertumpahan darah.
Kedamaian nan Tercabik
Mengapa begitu banyak pertumpahan darah di negara-negara tersebut? Daerah nan panas dengan kehidupan nan keras telah membuat semua orang menjadi mudah sekali emosi. Seakan sangat sulit menahan diri buat tak melakukan kekerasan kepada orang lain. Hukum rimba seakan telah menjadi suatu hukum nan tak ada penggantinya.
Negara lain termasuk PBB bukannya berdiam diri melihat apa nan terjadi di negara-negara tersebut. Pasukan keamanan dan perdamaian telah banyak nan menyambangi negara-negara itu.
Namun, inilah satu kehidupan nan dapat dikatakan berada di neraka dunia. Orang dengan mudah mendapatkan senjata. Belum lagi taraf korupsi nan cukup tinggi. Peranan tentara atau militer sangat kuat.
Saat satu pasukan mempunyai kekuatan senjata dan kekuatan fisik nan luar biasa, maka mereka akan menjadi penguasa di negara itu. Sulit buat mencegah darah tak lagi mengalir di negara-negara ini. Kehidupan mereka memang telah akrab dengan mengalirnya darah seakan tak lengkap tanpa adanya konflik.
Bukannya mereka tak mau hayati dalam kedamaian. Merasa tenang dan damai itu ialah keinginan setiap orang, siapa pun orangnya dan di mana pun mereka tinggal. Hanya saja meraih dan mempertahankan kedamaian itu nan tak mudah. Banyak sekali kepentingan nan harus diusahakan agar kedamaian dapat tercipta.
Kemiskinan dan pendidikan ialah dua kondisi nan membuat kerusuhan itu sulit dihentikan. Kemiskinan membuat orang berpikir pendek dalam menyelesaikan masalah. Ditambah dengan taraf pendidikan nan kurang, maka lengkaplah bagaimana bara menjadi barah nan membesar.
Jika negara-negara di bagian barat Afrika ini akan menjadi damai, maka sine qua non nan mampu memberikan donasi pembenahan pendidikan . Setelah itu, peningkatan kesejahteraan masing-masing rakyatnya.
Ketika rakyat sejahtera, mereka tak memilkirkan perut lagi. Perut nan kenyang ini biasanya sangat menikmati dunianya, sehingga tak memikirkan buat berperang lagi. Mereka tentu saja takut kehilangan kesenangan nan telah dirasakannya.
Banyak sekali hal nan membuat daerah barat Afrika ini disebut sebgagai negara berdarah. Demikian sekilas mengenai negara Afrika Barat. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda.