Menaikkan Harga Diri
Berbicara dengan Sopan
Salah satu hal nan bisa dipakai buat menilai seseorang ialah dari cara seseorang tersebut berbicara. Berbicara merupakan hal nan tak bisa dipisahkan dari semua orang sebab berbicara merupakan media komunikasi nan paling lazim digunakan dengan berbagai macam bahasa nan dikuasai. Kata-kata nan telah diucapkan tak dapat ditarik lagi. Inilah salah satu hal nan harus diperhatikan. ‘Mulutmu, harimaumu’, ialah satu peribahasa nan memberikan peringatan bahwa harus berhati-hati dalam berbicara.
Pada saat salah satu calon hakim agung mengatakan bahwa pemerkosa dan nan diperkosa sama-sama menikmati, semua lapisan masyarakat Indonesia berontak. Mereka tak rela korban pemerkosaan diperlakukan seperti itu. Para korban pemerkosaan sangat berharap orang nan telah menyakitinya itu dihukum seberat-beratnya. Kalau dapat malah dihukum mati. Tetapi dengan adanya pernyataan itu, pantas saja tak ada hakim nan berani memutuskan sanksi wafat buat seorang pemerkosa.
Padahal apa nan diperbuat oleh seorang pemerkosa itu sama dengan pembunuhan. Bahkan mungkin juga merupakan pembunuhan nan sebenarnya seperti nan terjadi dibanyak loka termasuk di tanah air, India, atau di negara lainnya. Orang nan memperkosa ini telah kehilangan hati nurani sehingga tega berbuat zalim kepada orang lain. Kata-kata nan dilontarkan oleh para pemerkosa kepada korbannya juga niscaya tak mempertimbangkan nilai-nilai kesopanan dan kesantunan.
Kata-kata itu merupakan pembeda antara orang nan mempunyai pendidikan dan terdidik dengan orang nan tak mempunyai pendidikan dan tak terdidik. Pemilihan kata-kata nan sopan juga merupakan hasil dari perenungan diri dalam menata hati dan pikiran agar tak menyakiti hati orang lain. Bila hati dan rasa ini tak diasah, dikhawatirkan apa nan diucapkan akan sangat keji. Kata-kata pun dapat membunuh karakter seseorang atau bahkan membunuh orang tersebut dalam arti nan sesungguhnya.
Penempatan kata-kata nan baik ini merupakan salah satu hal nan akan menentukan apakah seseorang itu mempunyai jiwa nan bagus atau tidak. Seperti sebuah botol nan berisi air. Kalau botol itu berisi air comberan, maka nan keluar juga air comeran. Begitu juga dengan manusia. Kalau ia mempunyai jiwa nan baik, tutur katanya pun baik sebab ia berilmu. Lingkungan juga akan membentuk pengelolaan kata-kata ini. Lingkungan nan terbiasa dengan tutur kata nan kasar, akan membuat orang-orang nan ada di sekelilingnya juga berkata kasar.
Tahu Berbicara dengan Siapa
Indonesia sebagai negara nan masyarakatnya memiliki tata nilai nan luar biasa agung dan berbeda dengan semua bangsa nan ada di dunia. Tata nilai ini tumbuh, berkembang, dan dilestarikan serta hayati menjadi nilai nan sudah tak bisa dipisahkan dengan keseharian masyarakat Indonesia. Dengan tata nilai nan ada ini memberikan suatu kekhasan nan menempatkan masyarakat Indonesia nan terkenal dimata masyarakat internasional sebagai bangsa nan ramah dan santun. Membahas masalah santun ini dapat Anda lihat salah satunya dalam hal berbicara.
Berbicara bagi sebagian orang ialah hal nan harus benar-benar dikuasai sebab Anda harus tahu dengan siapa. Dalam berbicara ada strata bahasa nan diterapkan. Strata ini bukan membedakan status nan berhubungan dengan harta, kekayaan ataupun pangkat, namun lebih mengedepankan “penghargaan” kepada orang nan diajak berbicara.
Sopan santun dalam berbicara ialah memberikan intonasi dalam berbicara nan berbeda dengan versus bicara. Misalnya dengan orang nan lebih tua, orang nan sedang sakit atau kesusahan, orang nan dihormati, pada orang tua (bapak dan ibu), pada anak kecil akan memakai intonasi nan lebih rendah dan lembut. Kata nan sama diucapkan dengan intonasi nan berbeda, akan menghasilkan makna nan berbeda juga.
Berbicara dengan teman sebaya akan berbeda lagi, yaitu dengan intonasi wajar dan sekali-kali dapat dengan gaya meledak-ledak penuh semangat. Bahasa nan dipakai dapat lepas dan sedikit memakai bahasa gaul tak menjadi masalah. Berbicara dengan siapa juga harus dapat memilih kata dan kalimat nan tepat dan tak sembarangan. Seseorang nan berbicara sembarangan dan tanpa memperhatikan kaidah berbicara nan sahih nan berlaku di masyarakat setempat akan merendahkan nilai pribadi. Orang sering menilai orang lainya dalam hal berbicaranya.
Siapa nan berbicara dengan intonasi keras sering kali medapat cap kurang sopan dan kampungan. Berbicara dengan memakai kata-kata nan cenderung jorok dan kasar bisa memperoleh predikat tak tahu sopan santun ataupun mulut nan tak pernah disekolahkan. Jika sering Anda mendapat cap seperti itu niscaya Anda akan mendapat nilai negatif dihati orang lain. Sehingga langsung jatuh harga diri Anda. Secara tak tertulis sering orang menganalogikan sopan santun berbicara tak dapat dilepaskan dengan kepribadian Anda.
Menaikkan Harga Diri
Sering kali Anda melihat orang lain sangat dihargai oleh banyak orang sebab orang tersebut pintar sekali berbicaranya. Bukan sebab suka memuji atau merayu dengan kalimat gombal namun orang tersebut benar-benar memahami sopan santun berbicara.Tidak perlu orang tersebut pintar secara IQ, namun sebab Norma nan selalu diterapkan secara terus menerus.
Sopan santun dalam berbicara ini perlu dibiasakan pada anak-anak sejak balita saat mereka mulai belajar berbicara agar menjadi Norma positif. Sopan santun berbicara tak dapat muncul begitu saja namun memerlukan proses nan panjang dan terus menerus. Kebiasaan positif merupakan proses bukan muncul begitu saja. Banyak kegunaan nan dirasakan bila sopan santun dalam berbicara.
Sopan berbicara merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam menjalin interaksi dengan manusia lainnya. Hal ini khususnya jika dilakukan di Indonesia, sebagai negara nan masih menjunjung tinggi sikap dan keramahan serta tata krama pergaulan. Selain itu, sopan santun dalam berbicara merupakan salah satu hal nan dijadikan indikator buat menilai kepribadian seseorang. Meskipun tak pernah ada penyebutan secara kuantitatif, namun fakta menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesopanan berbicara seseorang dengan kepribadian nan dimilikinya.
Semakin besar taraf sopan santun dalam berbicara nan ditampilkan oleh seseorang, biasanya akan diikuti dengan makin baiknya konduite dan kepribadian seseorang. Sehingga tidak sporadis hal ini sering menjadi sebuah evaluasi awal seseorang pada seseorang lainnya. Di Indonesia nan dikenal memiliki masyarakat nan berbudi pekerti luhur serta halus dalam berbahasa, sopan santun berbicara menjadi sebuah kewajiban.
Khususnya, jika kita berbicara dengan orang nan lebih tua atau memiliki derajat nan lebih tinggi, kita harus dapat menjaga tutur kata nan baik. Dalam bahasa Jawa, hal ini dikenal sebagai unggah-ungguh, atau tata krama. Berbeda dengan budaya barat, di mana sopan santun berbicara hanya diniilai dari intonasi suara seseorang. Sehingga dalam budaya barat, mengucapkan kata “kamu” pada orang nan lebih tua dianggap sopan selama dengan intonasi nan datar.
Berbeda dengan budaya Indonesia, jika kata “kamu” diucapkan pada orang nan lebih tua, dapat diartikan sebuah kekurang ajaran. Meski hal ini diucapkan dengan intonasi nan datar pula.
Sopan santun tentu bukan tanpa makna. Ada beberapa nilai luhur nan menjadi latar belakang seseorang, agar selalu menjaga sopan santun berbicara. Di antaranya ialah :
1. Menghormati versus bicara. Jika kita dapat menghormati versus bicara, tentu kita akan dihargai pula oleh versus bicara kita.
2. Menunjukkan budi pekerti kita. Orang nan terbiasa menjaga sopan santun berbicara kepada orang lain, menunjukkan bahwa dia ialah orang nan memiliki etika dalam pergaulan.
3. Memudahkan buat masuk ke sebuah lingkungan nan baru. Dengan sopan santun berbicara, kita akan mudah buat masuk ke sebuah lingkungan nan baru dan diterima dalam lingkungan tersebut. Karena hal ini akan menimbulkan simpati dari orang lain pada diri kita. Berbeda jika kita menunjukkan kesan arogan dan congkak pada lingkungan nan baru, akan menyebabkan antipati orang lain terhadap diri kita.