Apa Itu Tanah?
Tanah ialah lapisan teratas dari kulit bumi nan terbentuk secara alami sebagai hasil dari pelapukan dan pengendapan bebatuan, serta bahan-bahan organik. Dilihat dari unsur-unsur nan membentuk lapisannya, tanah dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, salah satunya tanah laterit, yaitu tanah nan banyak mengandung besi dan alumunium.
Apa Itu Tanah?
Tanah ialah salah satu bagian bumi nan terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair dan gas. Tanah tercipta tak dengan sendirinya, melainkan berasal dari hasil pelapukan bebatuan dan tumbuhan nan prosesnya memakan waktu berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun.
Tanah nan tercipta ini akan membentuk tanah nan berlapis-lapis. Proses pembentukan susunan tanah ini sangat dipengaruhi oleh iklim, bentuk muka bumi, tumbuhan, berbagai organisme nan hayati di atasnya termasuk hewan, tumbuhan dan manusia serta waktu.
Secara umum, susunan tanah (dengan bahan induk mineral) terdiri atas 50% bahan padatan (45% berupa bahan mineral dan 5% berupa bahan organik), 25% air, dan 25% berupa udara.
Sementara itu, pada tanah organik, seperti gambut, bahan padatan pada tanah tersebut terdiri atas 5% bahan organik dan 45% bahan mineral. Bahan organik dalam tanah ini terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan sisanya humat. Walaupun jumlah tak banyak, fungsinya sangat penting.
Susunan tanah dan juga struktur tanah nan berongga-rongga menjadi loka bagi akar buat bernafas dan tumbuh. Selain itu, tanah pun menjadi habitat bermacam-macam mikroorganisme. Tanah juga dijadikan sebagai loka hayati bagi sebagian hewan darat. Tekstur susunan tanah bermacam-macam dan dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.
- Tekstur kasar, misalnya pasir, pasir berlempung.
- Tekstur agak kasar, misalnya lempung berpasir dan lempung berpasir halus.
- Sedang, antara lain lempung berpasir sangat halus, lempung berdebu, dan debu.
- Tekstur halus, misalnya tanah liat berpasir, tanah liat berdebu.
Tekstur tanah ini juga dipengaruhi oleh kandungan air nan terdapat dalam tanah. Jika diuraikan proses pembentukan susunan tanah dimulai dari bebatuan nan mengalami pelapukan, baik pelapukan secara fisika maupun pelapukan secara kimiawi.
Pada saat pelapukan, bebatuan tersebut akan menjadi lunak dan berubah bentuknya sehingga bisa dikatakan sebagai bahan tanah. Bahan tanah ini akan mengalami proses pelapukan terus menerus dan berlangsung dalam waktu bertahun-tahun sampai akhirnya bahan tanah tersebut menjadi tanah. Berikut ini ukuran pembentuk mineral di dalam tanah.
- Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga 2.000 mikrometer.
- Partikel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai kurang dari 200 mikrometer.
- Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.
Semakin halus ukuran partikel tanah tersebut, maka luas permukaan partikel per satuan bobot semakin besar. Partikel tanah dengan permukaan nan lebih luas memberi peluang lebih banyak terjadinya reaksi kimia. Partikel lempung per satuan bobot mempunyai luas permukaan lebih luas dari pada partikel tanah lainnya (debu dan pasir).
Reaksi-reaksi kimia nan berlangsung di permukaan tanah berupa lempung lebih banyak dibandingkan nan berlangsung di permukaan tanah berupa partikel debu dan pasir per satuan bobot nan sama.
Hal ini menunjukkan bahwa partikel lempung merupokan komponen susunan tanah paling aktif terhadap reaksi kimia sehingga berkontribusi menentukan sifat kimia tanah dan juga mempengaruhi kesuburan tanah. Berikut ini ialah beberapa jenis tanah.
- Tanah humus. Seperti namanya, tanah humus merupakan jenis tanah nan tak diragukan kesuburannya. Tanah ini merupakan hasil pembusukan sisa-sisa pepohonan.
- Tanah pasir. Tanah berpasir identik dengan kegersangan sehingga tak cocok dijadikan loka bercocok tanam. Tekstur tanahnya berkerikil sebab merupakan bentukan dari batuan beku dan batuan sedimen.
- Tanah alluvial. Tanah jenis ini disebut juga tanah endapan. Lumpur sungai nan mengendap di dataran rendah akan membentuk tanah endapan. Umumnya, tanah ini memiliki taraf kesuburan nan baik, sehingga bisa digunakan buat bercocok tanam.
- Tanah podzolit. Sama seperti tanah endapan, tanah podzolit pun merupakan jenis tanah subur. Tanah di daerah pegunungan biasanya masuk dalam jenis tanah ini.
- Tanah vulkanik. Tanah ini memiliki kandungan unsur hara nan tinggi sehingga sangat subur. Tanah vulkanik bisa dikatakan hadiah dari letusan gunung berapi. Tanah vulkanik terdapat di daerah dekat lereng gunung berapi.
- Tanah laterit . Sebenarnya, tanah ini merupakan jenis tanah nan subur. Curah hujan tinggi telah membuat unsur hara dari tanah ini larut sehingga kesuburannya hilang.
- Tanah mediteran. Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batu kapur sehingga tanahnya tak subur. Karena asal pembentukannya dari batu kapur, tanah mediteran disebut juga tanah kapur.
- Tanah gambut. Sinkron namanya, tanah gambut berada di sekitar rawa sehingga bahan dasarnya pun sudah niscaya hasil pembusukan tanaman nan tumbuh di rawa. Tanah nan disebut sebagai tanah organosol ini tak cocok dipakai sebagai huma pertanian.
Tanah atau lapisan kerak bumi ini dapat dibedakan menjadi, lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah, dan lapisan batuan induk. Ketiga lapisan ini membentuk susunan tanah nan jika diuraikan akan sebagai berikut.
- Lapisan atas ialah lapisan nan berasal dari batu-batuan dan residu makhluk hayati nan telah wafat dan mengalami pelapukan. Tanah nan paling fertile dan dapat dimanfaatkan sebagai huma pertanian oleh manusia ialah di bagian lapisan atas ini.
- Lapisan tengah berasal dari bebatuan nan pada proses pelapukannya mengalami abrasi oleh air, sehingga bahan lapisan itu mengendap. Karena kandungan airnya banyak, maka tanah di lapisan tengah ini sangat liat, sehingga lebih dikenal sebagai tanah liat. Tanah liat dapat berwarna merah atau dapat pula berwarna putih.
- Lapisan bawah ialah lapisan tanah nan terdiri dari bongkahan-bongkahan batu dan bebatuan nan telah melapuk disela-selanya. Sehingga pada lapisan bawah ini ada dua jenis bahan pembentuk, yaitu bebatuan nan belum melapuk dan bebatuan nan sudah mengalami pelapukan.
- Lapisan batuan induk tersusun dari bebatuan padat dan berada dalam lapisan terdalam bumi.
Kemudian, apa saja kandungan dan kegunaan dari tanah nan berjenis laterit? Setelah mengetahui secara generik mengenai jenis dan kandungan tanah, mari kita bahas mengenai salah satu jenis tanah, yaitu tanah jenis laterit.
Komposisi Tanah Laterit
Tanah jenis laterit banyak ditemui di wilayah beriklim tropis nan panas dan lembap. Dampak kandungan oksida besinya nan tinggi, tanah ini memiliki rona merah seperti karat. Iklim tropis dan pengaruh unsur-unsur kimia menentukan ketebalan, kualitas, dan kandungan mineral lapisan tanah jenis laterit.
Dahulu, tanah jenis ini biasa dipotong dalam bentuk menyerupai batu bata dan digunakan buat membangun monumen. Sejak tahun 1970-an, dilakukan percobaan buat memanfaatkan laterit sebagai lapisan pengganti batu dalam pembuatan jalan.
Komposisi mineral dan kimia di dalam tanah jenis laterit sangat tergantung kepada batu induknya. Laterit umumnya mengandung sejumlah besar kwarsa dan oksida titanium, zirkon, besi, timah, alumunium, dan mangan, nan tertinggal dari proses pengausan. Namun, kondisi tanah ini beserta isinya sangat tergantung kepada lokasi, iklim, dan kedalamannya.
Menurut Yves Tardy, peneliti dari French Institut National Polytechnique de Toulouse and the Centre National de la Recherche Scientifique , memperkirakan bahwa tanah jenis laterit menutupi sekitar sepertiga dari seluruh daratan di dunia. Lapisan tanah ini ialah sublapisan dari hutan-hutan di Khatulistiwa, sabana-sabana di wilayah tropis nan lembap, dan sebagainya.
Negara-negara nan kaya akan tanah jenis laterit ialah Brazil, Australia, Guatemala, Kolombia, Eropa Tengah, Myanmar, Kuba, Indonesia, dan Filipina. Semuanya ialah negara-negara nan bercuaca panas.
Namun kini, banyak daerah-daerah nontropis lembab nan memiliki lapisan tanah jenis laterit sebagai salah satu indikasi perubahan iklim (pemanasan global).
Manfaat Tanah Laterit
Dalam keadaan lembab, tanah jenis laterit mudah dipotong dengan sekop menjadi bentuk-bentuk bata. Ketika terkena udara, laterit akan mulai mengeras sebab kelembaban di antara partikel-partikel lempungnya menguap dan garam-garam besi membentuk struktur nan kaku, sehingga rentan terhadap kondisi atmosfer.
Teknik penambangan materi laterit buat pembuatan batu diduga diciptakan oleh masyarakat India. Beberapa inovasi geografis menunjukkan bahwa deretan batu laterit banyak digunakan sebagai fondasi kuil-kuil di Kamboja dan Thailand pada abad ke-9 dan ke-12.
Jenis-jenis laterit nan ditemukan pada reruntuhan kuil-kuil tersebut ialah nan mengandung mineral kaolinite, kwarsa, hematite, dan goethite. Selain itu, ada pula sejumlah kecil arsenik, antimony, vanadium, dan strontium di dalamnya.
Ketika Perancis tengah menjajah Kamboja, Thailand, dan Vietnam, mereka membangun jalan-jalan nan dilapisi oleh tanah jenis laterit dan batu. Sementara jalan-jalan di Kenya dan Malawi nan dibangun pada pertengahan tahun 1970 dan 1980 menggunakan laterit sebagai fondasinya.
Di wilayah Irlandia bagian utara, terjadi penambahan kandungan fosfor di air danau-danau setempat sebagai akibat dari pertanian. Maka, dilakukan pembersihan dengan menggunakan laterit.
Tanah laterit lokal (mengandung bauksit nan kaya akan besi dan alumunium) dilarutkan bersama asam dan diuapkan buat menghilangkan fosfor dan logam-logam berat pada beberapa loka penanganan limbah. Semoga bermanfaat.