Contoh Lagu Minang
Seperti nan kita ketahui, musik dan lagu, termasuk lagu Minang itu ialah bahasa universal. Di mana ketika mendengar sebuah lagu tanpa harus mengerti arti dari lirik lagu tersebut, kita dapat merasakan kehebatan dan estetika lagu tersebut.
Harmonisasi nan tercipta antara pemusik dan penyanyi menciptakan estetika tersendiri di telinga pendengarnya. Itulah nan akhirnya menciptakan ungkapan bahwa musik dan lagu, termasuk lagu Minang, itu ialah bahasa nan universal. Semua orang dapat menikmatinya walaupun sama sekali tak mengerti bahasa apa nan digunakan di dalam lagu tersebut.
Melalui musik dan lagu ini pula, seseorang atau pencipta lagu dan musik itu bisa menggambarkan perasaannya atau menceritakan keadaan masyarakat dan negara pada masanya. Begitu pula dengan lagu Minang. Banyak lagu Minang nan ditulis buat menggambarkan suasana dan keadaan di mana pencipta lagu Minang tersebut berada.
Ragam lagu Minang tak terlalu banyak nan diketahui. Mungkin sebab pada masa sejarah dan perkembangannya dahulu terjadi keterlambatan dalam pendokumentasian dan pewarisan kepada anak cucu. Hal ini mengakibatkan lagu Minang peninggalan masa lalu hanya sedikit nan masih diwariskan secara turun temurun dari orangtua kepada anak-anaknya.
Empat Dasa warsa Lagu Minang
Perkembangan dan sejarah lagu Minang bisa kita bagi menjadi empat dekade, di mana masing-masing dasa warsa dari perkembangan lagu Minang ini memiliki karakteristik khasnya masing-masing. Pembagian perkembangan lagu Minang ini menurut masanya terbagi menjadi beberapa periode.
1. Lagu Minang Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan di tanah Minang, sebenarnya lagu-lagu Minang sudah berkembang di kalangan masyarakat Minang. Rata-rata lagu Minang pada masa penjajahan ini lebih berisi tentang masalah percintaan, halangan cinta ke jenjang pernikahan hingga berbagai trik dan intrik nan berlaku di dalam masyarakat Minang selama masa penjajahan.
Lagu Minang juga diciptakan sebagai perekat interaksi kekeluargaan dan kemasyarakatan nan terjadi di dalam masyarakat Indonesia. Biasanya akan dinyanyikan pada upacara pernikahan, seremoni adat, dan berbagai upacara lainnya. Contoh dari lagu Minang nan berkembang semasa jaman penjajahan misalnya ialah Langkah Kida, Japuiklah Denai, Tasarah Mamak, dan Tabuang Cinto di Umbilin.
2. Lagu Minang Masa Perantauan
Ketika masa sulit terjadi di tanah Minang, maka masalah ekonomi dan sosial juga terjadi di dalam masyarakat Minang. Hal ini akhirnya membuat banyak masyarakat Minang nan pergi merantau ke daerah lain. Hampir semua lapisan usia di dalam masyarakat Minang mengenal fase kehidupan di mana mereka harus dihadapkan pada keharusan buat merantau sebagai salah satu jalan keluar bagi keadaan kehidupan sosial nan sedang mereka rasakan.
Hal ini juga akhirnya mempengaruhi penciptaan lagu Minang. Saat itu, lagu Minang nan tercipta ialah tentang perasaan sedih ketika meninggalkan kampung halaman.
Selain itu, lagu Minang pada masa perantauan ini juga melukiskan bagaimana perasaan pencipta lagu Minang nan sedang merasa rindu akan kampungnya dan keadaan kehidupan nan sedang mereka hadapi di masa perantauan.
Lagu Minang nan menggambarkan kesedihan hati ketika berangkat ke perantauan dan meninggalkan tanah Minang dapat kita lihat pada lagu Minang dengan judul Tinggalah Kampuang, Kelok 44, dan KM Kurinci .
Sementara lagu-lagu Minang nan menggambarkan tujuan atau tanah perantauan nan akan didatangi oleh para pencipta lagu Minang misalnya terlihat pada lirik lagu Tanah Jao, Tanjuang Pariuak, Barangkek Kapa, Sinar Riau .
Selain itu, ada lagi lagu Minang nan menggambarkan nasib para perantau di tanah perantauan nan ternyata tak mengalami pemugaran kehidupan. Mereka akan berkeluh kesah melalui lagu Minang seperti lagu Minang nan berjudul Nasib Kabau Padati, Roda Padati, Apo Ka Tenggang, dan Mangan Untuang .
Beberapa lagu Minang nan menggambarkan kerinduan akan kampung halaman ketika mereka hayati di tanah perantauan dapat dilihat dari lagu-lagu Minang nan berjudul Imbauan Kampuang, Taragak, dan Minang Maimbau. Lagu Minang nan terkenal dan berisi tentang kerinduan kampung halaman yaitu lagu Minang nan berjudul Kampuang Nan Jauah di Mato .
3. Lagu Minang Masa Nostalgia
Masa nostalgia ialah masa di mana para perantau sudah terlalu lama meninggalkan tanah Minang. Bahkan banyak di antara perantau itu nan sudah tak pernah pulang lagi sejak hari kepergian mereka dari tanah Minang. Mereka berkeluarga dan beranak cucu di tanah perantauan, namun kerinduan akan kampung halaman masih kadang-kadang muncul di hati mereka sehingga hal ini akhirnya disalurkan dalam puluhan lirik lagu nan tercipta dari para pencipta lagu nan merantau.
Biasanya lagu Minang nan tercipta sebab perasaan nostalgia akan kampung halaman ini akhirnya tergambar pada lagu Minang nan judulnya menyerupai nama-nama makanan nan berasal dari daerah Minang seperti Kue Sarabi, Nasi Ampera, Bareh Solok dan lain sebagainya.
Selain itu, pada masa nostalgia ini juga tercipta berbagai lagu Minang nan liriknya mengingatkan pada berbagai peristiwa sejarah nan terjadi di Indonesia seperti lagu Minang nan berjudul Mariam Tomong, Gadih Lambah .
4. Lagu Minang Masa Kebangkitan Kedua
Masa kebangkitan kedua lagu-lagu Minang di Indonesia terjadi sekitar tahun 1990 di mana pada saat itu mulai bermunculan berbagai lagu Minang gaya baru dengan aransemen baru pula. Seperti lagu Kasiak 7 Muaro nan diciptakan oleh Agusli Taher, sukses membawa kejayaan lagu Minang dengan kualitas dan kuantitas baik dari segi lagu, musik, dan penyanyi.
Lagu Kasiak 7 Muaro tersebut musiknya di aransemen oleh Ferry Zein dan dinyanyikan oleh Zalmon nan pada masa itu terkenal dengan suara emasnya nan sangat memukau. Selain itu, lirik lagu nan terkandung di dalam lagu Minang Kasiak 7 Muaro ini juga memiliki nilai kearifan dan sopan santun masyarakat Minangkabau.
Dari segi lirik, lagu Minang nan berjudul Kasiak 7 Muaro ini memiliki lirik nan terdiri dari untaian kata-kata nan sangat latif sehingga dapat dinyanyikan diacara apapun seperti kantor, rumah, bahkan buat acara-acara adat dan seremoni generik di masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, selama kurun waktu masa penjajahan hingga saat ini, perkembangan lagu Minang pastilah mengalami banyak perubahan dampak berkembangnya kebudayaan masyarakat Indonesia secara generik dan masyarakat Minangkabau secara khusus. Ini juga berlaku bagi orang-orang Minang nan masih menyanyikan lagu Minang baik di tanah perantauan ataupun nan masih menetap di tanah Minang.
Keresahan mereka menghadapi perkembangan zaman nan juga membawa perubahan besar dalam kehidupan mereka akhirnya disalurkan ke dalam lagu Minang seperti nan terlihat di dalam judul Sabai yang Aluih, Basinginyang, Sinandi nandi, Si Nona , dan masih banyak lagi lagu Minang lain nan liriknya menggambarkan perasaan dari masyarakat Minang nan tersalur dan tertangkap dalam mata batin pencipta lagu Minang tersebut.
Memang begitulah orang Minang nan sudah terbiasa secara turun temurun mempertahankan tradisi lisannya nan lebih banyak menggunakan lirik-lirik lagu Minang buat merekam perjalanan hayati mereka di dalam menjalani kehidupan ini. Karena itulah, merantau ke mana pun sepertinya orang Minang tak akan pernah melupakan tanah leluhurnya serta tak melupakan pula segala pengalaman masa lalunya.
Contoh Lagu Minang
Berikut ini ialah salah satu contoh Lagu Minang nan berjudul Makin Mandalam .
Makin Mandalam
Hei... dari Tarandam
Dari Tarandam jalan babelok
Maminteh nak ka Sawahan
Rindu jo dandam
Dibaok lalok
Adiek talinteh dalam rasian
Hei... rang Pasa Mudiek
Rang Pasa Mudiek saluak badeta
Karimbo mamikek balam
Antah di adiek
Sayanglah sudah
Tibo di kami makin mandalam