Bahaya Pengawet Bila Berlebihan
Industri makanan dengan skala besar tak dapat lepas dari penggunaan pengawet makanan. Hal itu buat mencegah rusaknya makanan sebelum sampai ke tangan konsumen, sehingga bisa dikonsumsi tanpa merusak kualitasnya. Salah satu jenis pengawet makanan jenis bahan kimia nan kerap digunakan ialah kalsium propionat . Selain cukup kondusif bila dipakai dalam dosis nan pas, juga efisien mencegah kerusakan makanan dalam jangka waktu tertentu.
Pengawet makanan nan kondusif ialah nan sudah melewati proses pengujian di laboratorium dan lolos baku nan berlaku dalam suatu negara. Namun, sempat terbukti pula bahwa beberapa produsen makanan skala kecil maupun besar nan nakal. Mereka menggunakan jenis pengawet makanan kimia nan tanpa ukuran kondusif hingga berbahaya bagi kesehatan. Tidak hanya itu, bahkan bahan kimia nan bukan termasuk food grade atau spesifik makanan pun mereka pakai seenaknya.
Akibat mengonsumsi jenis makanan dengan pengawet kimia berbahaya itu cukup fatal, bahkan mengancam nyawa. Berbagai jenis penyakit berbahaya dapat diidap oleh pengonsumsi. Alasan produsen makanan nakal itu tidak memakai jenis pengawet makanan nan telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan dan spesifik diperuntukkan buat bahan pangan, apalagi jika bukan laba nan berlipat ganda. Harga pengawet bahan makanan lebih mahal dibanding bahan kimia biasa nan digunakan buat industri non-pangan.
Bila secara tradisional, ada teknik-teknik pengawetan nan lebih sederhana seperti pengasapan, pengasinan, pengeringan, pemanisan, dan lain-lain, nan efeknya terhadap kesehatan tidak berbahaya, bahkan lebih kondusif dibanding pengawet berbahan kimia. Namun, tentu buat skala besar hal itu tidak selalu memungkinkan buat diterapkan. Sehingga, mau tak mau, bahan pengawet kimia harus digunakan.
Tujuan Memakai Pengawet Makanan
Masa panen nan dialami oleh petani buat satu jenis tanaman eksklusif biasanya terjadi beberapa bulan sekali. Bila masa panen tiba, maka persediaan menjadi melimpah dan rawan mengalami busuk dan rusak. Padahal, kecepatan distribusi ke konsumen terbatas. Ini nan menyebabkan pengawet dibutuhkan.
Setelah menggunakan proses pengawetan, biasanya bahan makanan tersebut dapat tahan lama, bahkan hingga berbulan-bulan. Dengan demikian, bahan makanan tersebut bisa disalurkan ke pasaran nan lokasinya jauh dari loka panennya. Sehingga, nilai ekonominya tidak berkurang sebab busuk.
Di Indonesia, ada peraturan nan spesifik mengatur apa saja bahan pengawet nan boleh dan kondusif digunakan, yaitu Permenkes No.722/ 1998. Ada cukup banyak bahan pengawet nan dapat dipilih oleh produsen makanan, sehingga tidak ada alasan buat memakai bahan lain nan sebenarnya tak termasuk dalam jenis pengawet makanan.
Kalsium Propionat
Kalsium propionat memiliki nama lain natrium propionat. Ia ialah jenis pengawet bahan makanan nan masuk kepada golongan asam propionat. Fungsinya ialah buat mencegah berkembangnya homogen jamur atau kapang di bahan makanan, terutama jenis jamur Syncephalastrum racemosum. Penggunaan jenis pengawet ini ialah pada produk roti-rotian dan tepung-tepungan atau makanan nan terbuat dari tepung .
Takaran nan kondusif buat menggunakan kalsium propionat tidak lebih dari 0,32% per kilogram bahan tepung atau 3,2 gram pada 1 kilogram tepung terigu. Itu spesifik ukuran buat bahan tepung terigu saja.
Untuk jenis makanan nan memakai keju sebagai bahan utamanya, maka dosis maksimal nan dianjurkan ialah 0,3 % per kilogram bahan atau sekitar 3 gram per kilogram keju. Apabila batas takaran maksimal tersebut dilanggar, maka mereka nan mongonsumsi akan mengalami migrain atau sakit kepala sebelah, merasa lelah nan sangat hingga lemas, serta tak dapat tidur.
Rumus kimia buat pengawet makanan ini ialah Ca(CH3CH2COO)2. Natrium propionat menjadi kurang efektif bila pH nan ada pada lingkungannya lebih atau kurang dari 5-6.
Bahaya Pengawet Bila Berlebihan
Segala nan hiperbola memang tidak baik dan membawa akibat negatif. Demikian pula dengan konsumsi makanan dengan jenis pengawet natrium propionat ini. Kabar nan beredar mengatakan bahwa sebaiknya seseorang tak mengonsumsi roti nan menggunakan pengawet ini terlalu sering.
Produsen roti masa kini memakai natrium propionat serta potassium bromat buat mempercepat dan mengawetkan makanan produksi mereka. Kedua jenis bahan kimia ini dikatakan menjadi pemicu timbulnya sakit ADD (Attention Ddeficit Disorder), yaitu kelainan kurangnya perhatian (kesulitan berkonsentrasi) pada anak-anak. ADD ini disebabkan oleh natrium propionat/kal. propionat. Sementara potassium bromate dikatakan menjadi pemicu dari kanker, dikutip dari Wikipedia.
Seperti telah diulas di atas bahwa memakai pengawet natrium propionat ini khasiatnya buat menghindarkan roti dari cepat rusak, maka produsen roti banyak nan melebihkan dosis atau memberi dosis seenaknya agar roti mereka tidak mudah rusak dan tahan lama. Sehingga, taraf kerugian mereka bisa ditekan seminimal mungkin.
Selain itu, dengan pemakaian takaran tinggi maka roti akan terlihat lebih putih dan cantik warnanya. Padahal, di balik hal nan latif tersebut tersimpan bahaya nan bisa ditimbulkannya. Konsumsi berlebih roti nan mengandung pengawet tersebut menimbulkan penyakit ADD atau kesulitan konsentrasi, juga ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau kerap dikatakan sebagai hiperaktif.
Jenis Bahan Pengawet Kimia Lain
Ada majemuk jenis bahan pengawet lain nan kerap dipakai di Indonesia dan masuk dalam daftar kondusif BPOM. Beberapa di antaranya ialah seperti berikut ini.
- Natrium benzoate: kerap dipakai pada pembuatan makanan dengan keju, margarin, selai, saus, dan berbagai jenis makanan/minuman cair atau berbahan cair nan lebih dominan.
- Natrium bisulfit: sering dipakai buat mengawetkan berbagai produk makanan beku seperti kentang goreng beku, nuget, dan lain-lain.
- Natrium nitrat dan natrium nitrit: industri pengolahan makanan daging olahan seperti sosis, bacon, serta keju nan kerap memakai natrium nitrat sebagai bahan pengawetnya.
- Nisin: bahan pengawet buat jenis makanan keju nan diolah menjadi olahan makanan lain.
- Asam benzoat: jenis bahan ini ialah salah satu pengawet nan dipakai buat bahan makanan atau minuman seperti kecap, minuman ringan, saos, dan lain-lain.
- Belerang dioksida: jenis pengawet makanan ini banyak digunakan buat jelly, selai, sirup, gelatin, dan lain-lain.
- Metil p-Hidroxybenzoate: dipakai buat minuman dan makanan cair seperti ekstrak kopi, saus tomat, sari buah, dan lain-lain. Namun tak dianjurkan buat daging, ikan, serta jenis unggas.
- Potasium benzoate/kalium benzoate: pengawet buat keju, selai, jelly, anggur buah, dan lain-lain.
- Kalium nitrat dan nitrit: buat olahan daging-dagingan seperti kornet.
- Kalsium benzoate: buat mengawetkan minuman beralkohol.
- Kalsium sorbat: buat makanan jenis selai serta margarin.
Masih banyak jenis pengawet makanan lain nan ada dan kondusif digunakan dalam takaran nan telah ditentukan oleh BPOM selain nan tertulis di atas.
Proses Pengawetan
Secara proses biologis, pengawetan makanan dilakukan dengan donasi enzim dan proses peragian. Untuk proses pengawetan dengan menghilangkan kuman, caranya dengan sterilisasi dan pasteurisasi .
Nah, konsumen sebaiknya waspada dan lebih teliti lagi dalam memilih produk makanan nan diawetkan. Walau sedikit, bila digunakan monoton makanan berpengawet ini pun akan memberi imbas bagi kesehatan. Mengonsumsi makanan alami jelas lebih menyehatkan.