Tari Jaipongan

Tari Jaipongan

Indonesia memiliki kekayaan budaya nan tidak terhitung. Semua provinsi memiliki keunggulan budayanya masing-masing. Sebagai contoh, kita sebut saja provinsi Jawa Barat nan memiliki kekayaan tari tradisional. Dari sekian banyaknya tarian tradisional nan berasal dari Jawa Barat, tiga tarian di antaranya memiliki rating peminat tertinggi di mancanegara.

Adalah Tari Merak, Tari Topeng, dan Tari Jaipongan nan merupakan pemikat mata global Internasional buat selalu datang ke Indonesia. Selain itu, jika ada pentas di mancanegara, maka ketiga tarian ini menjadi tarian nan tidak pernah alfa dari daftar pesanan. Apa nan membuat ketiga jenis tarian tradisional ini sangat diminati oleh global Internasional? Berikut ialah ulasan lengkapnya.



Tari Merak

Tari merak merupakan salah satu jenis tarian ciptaan baru dari tanah pasundan nan diciptakan oleh Raden Tjetjep Soemantri pada 1950-an. Tarian nan dibawakan oleh wanita ini sering diartikan salah dengan dianggap sebagai tiruan mobilitas merak betina. Padahal Tari Merak merupakan perlambangan gerakan merak jantan nan tengah mengincar perhatian si betina.

Merak jantan memang terkenal sebagai pesolek nan andal. Setiap liukan dan lenggokannya nan selalu berjalan bergerak maju disertai dengan estetika bulu ekor nan selalu ditampilkannya selalu sukses membuat merak betina tertarik. Mungkin dinamisasi mobilitas inilah nan menjadikan Tari Merak ini menjadi tarian nan begitu digemari oleh masyarakat mancanegara.

Setiap mobilitas nan ditampilkan para penarinya selalu penuh dengan perbedaan makna kegembiraan, maka tidak heran jika Tari Merak ini sering digunakan buat menyambut tamu atau pengantin pria menuju pelaminan.

Kostumnya beraneka rona seperti halnya rona bulu merak nan sangat indah. Rupanya merak memang menginspirasi tarian tradisional ini. Selain itu, adanya sayap nan dipenuhi payet nan mampu dibentangkan hanya dengan satu gerakan anggun dari penarinya menambah estetika pesona tarian ini. Setiap penari juga dilengkapi dengan sebuah mahkota nan terinspirasi kepala merak.

Tari merak sangat terkenal di Indonesia, bahkan di mancanegara. Seorang artis tari asal Akademi Seni Kerawitan Indonesia (ASKI) Bali pun terinspirasi buat membuat tari Manuk Rawa. Gerakan tarian Manuk Rawa ini sedikit banyak terinspirasi gerakan tari merak.

Tari merak telah mencapai puncak popularitasnya. Kini, saatnya bangsa Indonesia mewariskannya kepada generasi nan lebih muda dengan cara mengajarkan mereka menarikan tarian tersebut dan menumbuhkan rasa cinta mereka kepada tarian ini, sehingga mereka akan bersuara lantang dan tak malu buat menunjukkan tarian latif ini ke mata dunia.



Tari Topeng Cirebon

Tarian nan berasal dari Cirebon ini merupakan sebuah tarian nan sudah ada sejak lama. Penciptanya ialah sultan Cirebon nan sangat terkenal, yakni Sunan Gunung Jati. Tarian ini biasanya dimainkan oleh satu atau beberapa penari wanita dengan diiringi tetabuhan khas dari alat musik rebab, gendang, goong, kulanter, kecrek, dan sejenisnya.

Penciptaan tari topeng sendiri tak terlepas dari tujuan politis. Konon, saat Sunan Gunung Jati memimpin Cirebon, terjadi penyerangan oleh Pangeran Welang dan pasukannya nan berasal dari Karawang. Pangeran ini terkenal memiliki sebuah pedang sakti bernama Curug Sewu. Pedang ini membuatnya selalu memenangkan pertempuran.

Sunan Gunung Jati risi tak akan mampu melawan kesaktian Pangeran Welang, meskipun sang Sunan mendapatkan donasi dari Pangeran Cakrabuana dan Sunan Kalijaga. Akhirnya, Sunan Gunung Jati memilih buat berdiplomasi melalui kesenian.

Lantas sebuah kelompok tari topeng dibentuk. Penari nan dipilih saat itu ialah seorang perempuan bernama Nyi Mas Gandasari. Tak disangka, Pangeran Welang tertarik dan menaruh hati pada Nyi Mas Gandasari, hingga ia rela menyerahkan pedang sakti kepada penari tersebut sebagai tanda cinta.

Tanpa pedang tersebut, Pangeran Welang tak sesakti dahulu. Oleh sebab itu ia menyerah dan menjadi pengikut Sunan Gunung Jati. Nama Pangeran Welang kemudian diubah menjadi Pangeran Graksan. Setelah itu, tari topeng menjadi semakin terkenal hari demi hari.

Sesuai namanya, penari dalam tari topeng mengenakan topeng selama ia menari. Dengan kata lain, ia menjadi orang lain nan bukan dirinya sendiri saat menari. Di situlah menariknya tari topeng. Dalam sebuah pertunjukan tari topeng, ada 3 buah topeng nan digunakan secara bergantian. Topeng-topeng tersebut ialah topeng putih, biru, dan merah.

Topeng putih menggambarkan seseorang nan lembut. Adapun topeng biru menggambarkan seseorang nan lincah dan bersemangat tetapi anggun. Sementara itu topeng merah menggambarkan seseorang nan berperangai buruk, pemarah, dan tak sabaran. Setiap kali berganti topeng, sang penari berubah menjadi orang lain. Oleh sebab itu ciri gerakan tarian pada tari topeng berubah-ubah tergantung topeng nan dipakai.

Gerakan tangan nan luwes dari para penarinya serta alunan khas alat musik kendang dan rebab nan dominan merupakan salah satu karakteristik khas tarian ini. Gerakan Tari Topeng diawali dengan formasi membungkuk, nan melambangkan sebentuk penghormatan bagi para penonton sekaligus sebagai tanda bahwa pertunjukan Tari Topeng ini akan dimulai. Setelah itu, para penari akan melangkah mundur sambil membentangkan tangan, melemparkan senyuman, dan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng.

Pada beberapa pertunjukan, penari hanya mengenakan salah satu topeng. Artinya, ia tak berganti-ganti karakter melainkan hanya menarikan satu karakter saja. Pada kasus seperti ini, biasanya topeng nan dipilih ialah topeng merah. Gerakan luwes dan tegas sekaligus sok berkuasa pada tari topeng saat menggunakan topeng merah ialah bagian nan paling disukai penonton.



Tari Jaipongan

Tari Jaipongan ialah sebuah tarian hasil kreativitas artis Bandung nan bernama Gugum Gumbira pada tahun 1970-an. Tari Jaipongan terkenal dengan estetika gerakannya nan bervariasi, seperti gutak, geol, dan goyangannya. Meskipun terkenal sebab gerakannya, namun jaipongan ialah sebuah pertunjukan tarian nan rancak, indah, eksotis, dan jauh dari kesan seronok.

Oleh sebab itu, saat terjadi perdebatan di kalangan masyarakat nan menuntut agar Tari Jaipongan ditiadakan, sontak para penggiat seni Jawa Barat bersuara lantang dan meolaknya, sebab bagaimanapun juga Jaipongan ialah salah satu kekayaan budaya. Kalau pun ada nan beranggapan bahwa gerakannya mengandung pornografi, itu hanya pandangan mereka saja nan salah.

Tari jaipongan sendiri ialah tari pergaulan rakyat dengan gerakan energik nan ditarikan oleh perempuan muda. Tari ini terkadang diidentikkan dengan ronggeng nan erotis. Hal ini tak sepenuhnya salah, sebab tari jaipongan itu sedikit banyak terinspirasi oleh tarian ronggeng, tarian kliningan, serta tarian ketuk tilu.

Berbeda dengan tari merak nan bernuansa kerajaan dan lebih berkelas, gerakan pada tari jaipongan terlihat lebih luwes, lebih bebas, dan lebih tak kaku sebab ini ialah bentuk tarian rakyat nan tak terpengaruh oleh nilai-nilai kebangsawanan apalagi nilai-nilai kesenian Hindia Belanda.

Penari jaipongan melenggokkan tubuhnya diiringi alunan musik nan ceria dan penuh semangat. Terkadang alunan musik ini dilengkapi dengan suara merdu nyanyian sinden. Jaipongan sempat menghiasi layar kaca Indonesia pada tahun 1980-an dan memiliki banyak penggemar sebelum akhirnya dikecam sebab dianggap erotis.

Saat ini, tari jaipongan telah menjadi bukti diri Jawa Barat, bahkan Indonesia. Tidak sporadis tamu asing disambut dengan tarian ini ketika mengunjungi Jawa Barat. Bahkan dalam berbagai misi kesenian Indonesia ke mancanegara, tari jaipongan sering kali melengkapi pertunjukan.