Atap
Bagi seorang wanita orisinil Bali seperti Kadek, menunjukkan segala sesuatu berbau Bali sudah merupakan keharusan. Begitu pula dalam menentukan desain rumah sampai detail interiornya. Ornamen nan akan segera mengingatkan orang kepada Bali, tidak akan dilupakannya. Demikian pula dengan Kadek, wanita orisinil Bali nan sangat paham bagaimana memanjakan matanya dengan semua hal berbau ornamen Bali di dalam rumahnya. Hal itu dapat kita perhatikan bagaimana interior kamar tidur primer miliknya nan menonjolkan gambaran sangat Bali walaupun ada sentuhan modernitas.
Dan tentu saja buat mencapai gambaran khas Bali tersebut, urusannya menjadi tak gampang terutama kalau sudah menyangkut anggaran. Demi menemukan satu ornamen khas Bali misalnya dan itu merupakan barang langka, mau tak mau harus merogoh kocek lebih dalam. Tapi kalau sudah masalah pencitraan, aturan bukan lagi menjadi persoalan. Tentu saja tak semata-mata ingin menampilkan gambaran eksklusif bila masih memikirkan masalah anggaran.
Ukiran Bali
Memang sahih bila sudah masuk ranah seni dan budaya, materi bukanlah segalanya. Makna keberadaan esensi budaya lebih krusial dibanding uang nan harus dikeluarkan. Walaupun bagi orang di luar etnis Bali keberadaan ukiran Bali nan rumit merupakan tantangan tersendiri dalam urusan bersih-bersih, tak demikian bagi seorang Kadek nan sangat mencintai seni ukir Bali.
Tidaklah mengherankan jika Kadek mendesain spesifik kamar tidur utamanya. Hal ini agar tujuan menampilkan gambaran dan kesan Bali semakin terasa. Kalaupun interior kamar tidur primer itu tak dapat dipisahkan dari ukiran Bali nan rumit misalnya, tentu harus sudah diterima sejak sebelumnya rancangan itu benar-benar diwujudkan.
Demikian pula ukiran khas Bali baik dalam bentuk perabotan maupun pernak-pernik nan akan menjadi pengisi ruangan, bagi Kadek misalnya telah menjadi bagian dari sebuah resiko nan harus ditanggung. Namun demikian, dengan fokus buat menghadirkan gambaran dan perbedaan makna Bali di rumahnya akan dengan mudah tercapai.
Bangunan Terpisah
Kamar tidur primer Kadek tak berada di dalam bangunan primer rumahnya, tetapi sebuah bangunan terpisah di belakang rumah. Bangunan berukuran 5x8 meter persegi itu diberi sentuhan Bali, baik eksterior maupun interiornya. Sepintas, kamar tersebut mirip bangunan rumah bertipe kecil atau sebuah bangalow mungil tapi berkesan mewah. Kadek sengaja membuatkan sebuah teras nan lumayan lapang (3x5m2) loka ia dapat bersenda gurau dengan keluarga. Kamar tidurnya sendiri hanya 5x5m2.
Dengan kamar tidur dalam bangunan terpisah, tentu saja akan mengingatkan orang pada susunan sebuah pura loka ibadah, dimana selalu ada pura induk dan bangunan lainnya nan lebih kecil. Merancang sebuah kamar tidur primer nan terpisah dari bangunan induk pun menguatkan gambaran nan ingin dicapai yakni sebuah bangunan bercitra Bali.
Hal ini juga semakin memudahkan baik merancang interior maupun eksterior. Hanya saja bila merancang sebuah kamar tidur nan terpisah dari bangunan induk seperti itu, jangan sampai terkesan berdiri sendiri. Kesan itu akan muncul apabila rancangan bangunan antara kamar tidur primer nan terpisah dengan bangunan induk terlalu mencolok perbedaannya.
Atap
Budaya Bali nan sangat menyatu dengan alam membuat Kadek menggunakan atap alang-alang buat kamar tidurnya. Plafonnya pun dibuat agak tinggi, 6 meter, agar tidak perlu menggunakan AC. Pintu kamar dibuat agak besar dengan bukaan otomatis sehingga saat cuaca terang pintu lebar tersebut dapat dibuka selebar-lebarnya. Namun, ketika cuaca tak terlalu mendukung, pintu dapat dibuka seadanya saja.
Begitupun, dengan jendela. Ventilasi terbuat dari kayu nan juga dibuat cukup besar. Kadek tak dapat berada di ruangan ber-AC terlalu lama. Oleh sebab itu, kamarnya dirancang spesifik agar sirkulasi udara selalu bagus dan segar sehingga kamar tidur tetap nyaman.
Dengan pemanasan dunia nan semakin meningkat, apa nan ditempuh Kadek sebagai seorang perempuan orisinil Bali tersebut, memang harus dijadikan contoh. Artinya bagaimana merancang sebuah bangunan nan ramah lingkungan, tetap nyaman sekalipun tak menggunakan penyejuk ruangan. Ruangan tetap terang sekalipun tak menggunakan lampu penerangan. Alam telah menyediakan berbagai hal, tinggal bagaimana sebenarnya manusia itu sendiri memanfaatkan dan menyiasatinya agar benar-benar dapat optimal.
Alam pikiran Kadek memang berbeda dengan pikiran orang kebanyakan, nan selalu berpikir instans dan praktis. Ketika akan merancang sebuah ruangan misalnya, lebih memikirkan kepada fungsi sehingga bila ruangan terlalu gelap, tinggal menggunakan lampu penerangan.
Begitu pula kalau ruangan terasa pengap sebab sirkulasi udara tak maksimal, cukup disiasati dengan penyejuk ruangan. Padahal dengan pola pikir seperti itu, harus siap mengeluarkan aturan buat keperluan tersebut, termasuk juga harus siap dengan semakin panasnya udara sekarang ini.
Kampanye kembali ke alam sebenarnya tidak sekedar mempraktekkan bagaimana caranya agar benar-benar memanfaatkan alam semaksimal mungkin buat tujuan positif, tapi semestinya harus diiringi dengan mempelajari bagaimana nenek moyang dulu bersikap dan memanfaatkan alam.
Alam tak dianggap sebagai objek nan harus dieksploitasi, melainkan sebuah anugerah nan harus tetap dijaga lestari dan diperbolehkan menggunakan sekedarnya saja. Kearipan tersebut memang masih berlangsung terutama di daerah nan akar tradisinya masih kuat, seperti Bali atau Baduy di Jawa Barat.
Perabotan
Kadek menggunakan loka tidur terbuat dari kayu jati lengkap dengan ukiran Bali nan khas. Tidak banyak perabotan di kamar tersebut. Selain loka tidur, ada lemari baju 3 pintu dan meja hias nan juga berukiran khas Bali.
Kamar tersebut dilengkapi sebuah kamar mandi terbuka nan sangat alami dan taman kecil lengkap dengan kembang serta bebatuan putih di sisi kanannya. Demi keamanan, atap kamar mandi dibuat dapat ditutup bilamana dibutuhkan. Apalagi, ketika hujan turun. Walaupun begitu, bagian toiletnya tak terbuka.
Dengan rancangan seperti itu dapat dibayangkan bagaimana bersatunya dengan alam tanpa harus kehilangan modernitasnya. Barangkali ini pula nan ingin dicapai Kadek ketika merancang kamar tidur primer lengkap dengan segala pernak-pernik dan perabotan penunjangnya.
Dinding
Kadek menggunakan beberapa ornamen kayu sebagai bahan dinding kamar tidurnya. Kayu jati berkualitas prima tersebut sengaja dipesan spesifik buat membuat kamar tidur impiannya itu. Jadi, sifat kayu nan dingin membuat kamar tidur tersebut selalu sejuk.
Sebagai pengharum ruangan, Kadek tak menggunakan pengharum ruangan protesis pabrik. Setiap dua hari sekali, wanita energik ini mengganti pengharum ruangan nan terbuat dari berbagai jenis kembang dan pandan sehingga keharuman kamar tidurnya tetap terjaga.
Kadek memang cukup cerdik mensiasati segala sesuatu tanpa harus tergantung kepada hal-hal nan instan. Dengan sendirinya selain mampu menciptakan sebuah ruangan nan nyaman, sejuk dan wangi, tapi pada saat nan sama tak meninggalkan bekas buangan nan tak ramah lingkungan sekaligus juga tak semakin memperparah keadaan lingkungan nan sudah demikian rusak ini. Sebuah langkah bijak apa nan dilakukan Kadek ini.
Ornamen Hiasan
Kadek tak terlalu banyak menghiasi kamar tidurnya. Hanya ada satu lukisan bunga, jam dinding berbentuk kembang teratai nan terbuat dari bahan alami, dan kaca di dindingnya.