Lagu-Lagu Rohani nan Seharusnya
Menjelang bulan Ramadhan, lagu lagu rohani bernuansa Islami menjadi tren selama sebulan penuh. Bahkan, setelah bulan puasa berlalu dan disusul dengan seremoni hari raya Idul Fitri, gema lagu-lagu religi masih saja bergaung. Di saat-saat itulah, banyak penyanyi atau kelompok band di Indonesia nan berlomba-lomba beralih huma buat menggarap tembang-tembang beraroma rohani.
Namun, ada beberapa band atau kelompok musik di Indonesia nan sudah identik sebagai pengusung lagu lagu rohani. Karya nan mereka bawakan seolah tak lekang ditelan zaman. Bahkan, di luar moment religius pun lagu-lagu itu masih sering terdengar. Dua grup musik nan pantas menyandang sebagai legenda musik religi di Indonesia ialah Bimbo dan Nasida Ria.
Lagu Lagu Rohani Bimbo
Sebagian besar dari kita niscaya sepakat apabila Bimbo dikukuhkan sebagai kelompok musik nan memiliki banyak sekali karya bertema religius nan masih abadi hingga saat ini. Lagu-lagu semacam Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, Tuhan, Rindu Kami Padamu , dan sejenisnya sudah tentu sering kita dengar, apalagi ketika bulan Ramadhan tiba.
Namun, apakah kita tahu bahwa pada awalnya, Bimbo bukanlah band nan sedari mula dibentuk buat menyanyikan lagu lagu rohani? Pada awal berdirinya, Bimbo dikenal sebagai grup musik nan mengusung lagu-lagu pop melankolis. Cukup banyak hits mereka nan mengangkat tema tentang cinta dan kisah asmara, sebut saja Flamboyan, Melati dari Jayagiri, Semalam di Malaysia, Melati Putih , dan masih banyak lagi.
Bimbo mulai dikenal di belantika musik pribumi sejak awal tahun 1967. Grup musik asal Bandung ini beranggotakan empat bersaudara, yaitu Samsudin Hardjakusumah (Sam), Darmawan Hardjakusumah (Acil), Jaka Purnama Hardjakusumah (Jaka), dan si bungsu Iin Parlina Hardjakusumah (Iin).
Sebelum menjamah ranah musik pop, Bimbo sebenarnya lebih sering membawakan lagu-lagu Latin dan jenis-jenis musik lainnya. Bahkan, Bimbo mengaku pernah terpengaruh oleh gaya bermusik grup rock legendaris, Queen. Baru memasuki tahun 1970, Bimbo mulai beralih jalur ke ranah musik pop dengan lagu-lagu hits semacam Flamboyan, Melati dari Jayagiri , dan lainnya.
Akan tetapi, di sepanjang era 1970-an dan 1980-an, corak lagu nan digarap Bimbo cenderung berubah-ubah. Terkadang mereka mendayu-dayu dengan tembang-tembang pop balada melankolis. Namun, dapat berubah menjadi garang dengan lagu-lagu bernuansa kritik sosial dan protes terhadap ketidakadilan.
Pertemuan dengan sastrawan Taufik Ismail, menjadi salah satu titik terpenting dalam karir bermusik Bimbo. Sastrawan sekaligus penyair kenamaan inilah nan mencium potensi bahwa Sam dan ketiga saudaranya sangat cocok menyanyikan lagu lagu rohani.
Taufik Ismail pun menulis bait-bait puisi nan bakal dibawakan oleh Bimbo dalam alunan nada. Jadi, meluncurlah lagu lagu rohani semacam Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, Tuhan, Rindu Kami Padamu, dan lain sebagainya. Ternyata, naluri Taufik Ismail terbukti tepat. Lagu lagu rohani Bimbo laris manis di pasaran dan bahkan masih abadi sampai saat ini.
Coba simak larik-larik lagu "Rindu Kami Padamu" karya Taufik Ismail berikut ini.
Rindu kami padamu ya rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jeda darimu ya rasul
Serasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja
Atau tembang berjudul "Tuhan" nan liriknya sangat menyentuh hati berikut ini.
Tuhan
Tempat saya berteduh
Di mana saya mengeluh
Dengan segala peluh
Tuhan
Tuhan Yang Maha Esa
Tempat saya memuja
Dengan segala doa
Aku jauh, engkau jauh
Aku dekat, engkau dekat
Hati ialah cermin
Tempat pahala dosa bertaruh
Berkat tembang-tembang bernuansa religius itulah, Bimbo seperti menemukan jati diri dan jalur nan tepat bagi jalan bermusik mereka. Hasilnya, hingga kini Bimbo sangat lekat sebagai legenda musik religius di perjalanan sejarah musik Indonesia.
Lagu Lagu Rohani Nasida Ria
Selain Bimbo, ada satu grup lainnya nan tak kalah fenomenal sebagai pengusung lagu lagu rohani bernuansa Islami. Siapa lagi kalau bukan Nasida Ria? Anda lupa dengan kelompok musik nan terdiri dari para perempuan berjilbab ini?
Jika benar-benar lupa dengan grupnya, Anda pastinya tak asing dengan tembang-tembang religi legendaris semacam Jilbab Putih, Suasana di Kota Santri, Perdamaian, Tahun Dua Ribu, Ya Ramadhan , dan masih banyak lagi. Masih belum ingat? Coba kita simak penggalan lagu "Jilbab Putih" berikut ini.
Jilbab-jilbab putih
Lambang kesucian
Lembut hati penuh kasih
Teguh pendirian
Atau lagu "Suasana di Kota Santri" nan mungkin lebih familiar sebab pernah dinyanyikan ulang oleh duet Anang-Krisdayanti (yang kemudian dibawakan lagi oleh Anang nan bertandem dengan Syahrini) berikut ini.
Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari
Muda mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci
Hilir mudik silih berganti
Pulang pergi mengaji
Masih kurang? Coba simak lirik lagu "Perdamaian" nan pada beberapa tahun silam diaransemen ulang oleh grup musik GIGI dengan perbedaan makna nan lebih nge-rock, berikut ini.
Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Banyak nan cinta damai
Tapi perang semakin ramai
Banyak nan cinta damai
Tapi perang semakin ramai
Bingung bingung ku memikirnya
Bingung bingung ku memikirnya
Bingung bingung ku memikirnya
Bingung bingung ku memikirnya
Wahai kau anak manusia
Ingin kondusif dan sentosa
Wahai kau anak manusia
Ingin kondusif dan sentosa
Tapi kau untuk senjata
Biaya berjuta-juta
Tapi kau untuk senjata
Biaya berjuta-juta
Banyak gedung kau dirikan
Kemudian kau hancurkan
Banyak gedung kau dirikan
Kemudian kau hancurkan
Nah, sudah ingat, kan? Jika sudah, ada baiknya kita mengetahui sedikit riwayat singkat dari kelompok musik religi legendaris nan memopulerkan lagu-lagu abadi di atas, yaitu Nasida Ria.
Grup musik nan mengusung genre musk qasidah ini dibentuk di Semarang, pada tahun 1975. Nasida Ria ialah salah satu kelompok musik qasidah modern tertua di Indonesia.
Di masa awal dan masa jayanya, Nasida Ria digawangi oleh 9 orang perempuan di bawah asuhan Haji Mudrikah Zain. Haji Mudrikah Zain ialah seorang pengampu sebuah pondok pesantren di Semarang, Jawa Tengah. Pengalaman Haji Mudrikah Zain di bidang seni diperolehnya ketika bergabung dengan kelompok musik religi bernama Assabab.
Berbekal pengalaman dan minatnya buat melakukan syiar Islam melalui musik itulah, Haji Mudrikah Zain kemudian mengumpulkan 9 siswi nan dipilihnya buat mengisi formasi grup musik qasidah modern nan diberi nama Nasida Ria.
Kesembilan personel Nasida Ria itu, antara lain Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.
Mulanya, Nasida Ria hanya berbekal rebana sebagai alat musik pengiring lagu-lagu mereka sembari berdendang. Pesona lagu lagu rohani, nan digaungkan oleh Nasida Ria, ternyata mampu memikat banyak pihak, termasuk Walikota Semarang saat itu, Iman Soeparto Tjakrajoeda, nan menjadi salah satu penggemar berat Nasida dan menyumbangkan alat musik organ kepada grup nan diidolakannya itu.
Dari situlah corak musik Nasida Ria mengalami perkembangan. Selain memakai rebana dan organ, Nasida Ria juga menambah perabotan bermusiknya dengan tambahan biola, gitar, bahkan bass.
Pada 1978, lagu lagu rohani Nasida Ria dirangkum dalam sebuah album nan diproduksi dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records. Album berjudul "Alabaladil Makabul" inilah nan menjadi debut Nasida Ria di global rekaman.
Masih pada masa awal itu, hampir semua lagu lagu rohani Nasida Ria bercirikan musik Arab dengan lirik bahasa Arab pula. Atas saran dari Kyai Ahmad Buchori Masruri, maka setelah album ketiga, Nasida Ria mengubah cirinya dengan mulai membawaka lagu lagu rohani berbahasa Indonesia. Kyai Ahmad Buchori Masruri sendiri berperan krusial dalam menciptakan sejumlah lagu buat Nasida Ria dengan nama samaran Abu Ali Haidar.
Ternyata, lagu-lagu Nasida Ria mendapat respon nan sangat menggembirakan dari masyarakat. Tak pelak, banyak tembang Nasida Ria nan meledak di pasaran dan terdengar di mana-mana, dari kota hingga ke pelosok desa, dari kaset rekaman hingga disiarkan oleh banyak stasiun radio pada masa itu.
Bahkan, popularitas Nasida Ria terbawa sampai ke mancanegara. Nasida Ria pernah menggelar konser di Malaysia dan dua kali diundang ke Berlin, Jerman, buat memeriahkan Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) dan Festival Heimatklange. Jadi, tak hiperbola kiranya jika Nasida Ria dapat disebut sebagai legenda dalam sejarah musik religi di Indonesia.
Dilihat dari masa edarnya, era Nasida Ria sezaman dengan Bimbo. Meskipun kedua grup ini sama-sama dikenal sebagai pembawa musik religi bernuansa Islami, tapi masing-masing punya pangsa penggemar nan cukup besar, sehingga tak menimbulkan suasana persaingan nan berarti. Bahkan, keduanya berhasil menempatkan diri di jajaran terdepan kelompok musik pengusung lagu lagu rohani di Indonesia.
***
Lagu-Lagu Rohani nan Seharusnya
Semua agama memiliki lagu-lagu rohani, sebab antara agama dan seni ialah dua hal nan tak terpisahkan. Menyanyikan lagu-lagu rohani merupakan wahana buat menghayati pesan rohani nan ingin kita resapkan ke dalam hati. Sehingga baik umat Islam, umat Nasrani, dan nan lainnya, mempunyai lagu-lagu rohani mereka masing-masing dengan iringan musik nan khas.
Umat Islam mempunyai musik gambus buat mendendangkan lagu-lagu rohani. Juga musik-musik tradisional Islam nan lain, seperti musik terbang atau nan biasa disebut dengan hadrah. Dalam budaya Islam di Indonesia, banyak sekali ragam musik buat menyanyikan lagu-lagu rohani maupun buat melagukan sholawat Nabi.
Demikian juga umat Kristiani, dengan musik modern seperti piano, orgen , dan peralatan musik nan lainnya. Dalam kegiatan gereja, umat Kristen selalu menggunakan lagu-lagu rohani dengan iringan musik buat melengkapi acara peribadatan mereka.
Bagaimana dengan Anda? Apakah bersenandung kepada Tuhan juga sesuatu nan Anda nikmati? Pastinya begitu. Buktinya Anda menyukai artikel ini. Pada catatan ini, kami akan mengulas seputar lagu-lagu rohani dan bagaimana interaksi antara lagu-lagu rohani dan semangat buat mendekatkan diri kepada Tuhan. Kiranya masalah ini banyak dibutuhkan, sebab sporadis kita jumpai pembahasan nan mendalam tentang penggunaan lagu-lagu rohani dalam beragama.
Kami akan meninjau masalah ini dari segi nan berhubungan dengan potensi bawah sadar kita. Apa pengaruh lagu-lagu rohani terhadap orang nan menyanyikannya. Dan bagaimana seharusnya menyanyikan lagu-lagu rohani nan tepat menurut pola kerja alam bawah sadar. Semoga kita mendapatkan sisi pemahaman nan lebih dari biasanya, sehingga kita bisa lebih menghargai lagu-lagu rohani nan biasa kita nyanyikan.
Selama ini kita memaklumi bahwa, menyanyikan lagu-lagu rohani nan ada di acara-acara keagamaan, baik di masjid maupun di gereja, dan di acara-acara seremonial, hanya dilakukan sekedar memenuhi kewajiban. Biasanya kurang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan tak dengan penghayatan nan semestinya. Hanya sebab terbiasa, maka hanya menjadi sesuatu nan biasa saja. Padahal, sesungguhnya lagu-lagu rohani ialah sesuatu nan luar biasa.
Menyanyikan Lagu-Lagu Rohani dengan Hati
Mengapa dengan hati? sebab kalau kita tak menyanyikannya dengan hati, maka tak ada bedanya dengan nyanyian burung. Burung bisa diajarkan menyanyi lagu-lagu rohani, kalau umpamanya kita mengajarkannya pada burung beo. Burung menyanyi hanya sebab menirukan, bukan sebab pengertian dan pencerahan makna nan dinyanyikan.
Unsur pokok manusia ialah pikiran. Pikiran manusia itulah nan membedakan manusia dengan nan lainnya. Dan sebab adanya pikiran itulah manusia diunggulkan oleh Allah di atas semua mahluknya.
Pikiran manusia itu merupakan cahaya kesadaran, kemudian pikiran itu terbagi menjadi dua antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Yang satu sama lain punya derajat nan berbeda. Juga memiliki fungsi serta manfaat nan berbeda pula. Namun, keduanya saling terkait dalam pencerahan tunggal kita.
Menyanyikan lagu-lagu rohani dengan hati, artinya kita tak sekedar menyanyi seperti burung menirukan suara, tetapi bernyanyi dengan pencerahan hati. Menyanyikan lagu-lagu rohani dengan pencerahan hati berarti meresapkan penghayatan atas apa nan dinyanyikan, dan merasakan energinya bergetar di dalam hati kita.
Mengapa perlu sampai harus seperti itu? Ini sebab nan kita tuju dan nan kita harapkan dari menyanyikan lagu-lagu rohani itu ialah perubahan. Menyanyi lagu-lagu rohani buat berubah, dari semula kurang cinta kepada Allah dan Rosulullah, akan menjadi lebih meningkat rasa cintanya kepada Tuhan dan NabiNya. Dari semula kurang bersyukur, berubah menjadi lebih bersyukur setelah menyanyikan lagu-lagu rohani .
Kalau tak ada imbas perubahan nan dihasilkan, kita hanya mendapatkan seremonialnya saja, tanpa hasil konkret nan diharapkan.
Sedangkan perubahan nan kita harapkan itu kuncinya ada di hati. Kalau nyanyiannya tak sampai ke hati, maka tak akan membawa hasil perubahan.
Hati ialah raja nan menentukan apa-apa nan akan dilakukan oleh tubuh. Ketika hati menjadi baik, maka hati akan menggerakkan seluruh tubuh buat berbuat baik. Akan tetapi, apabila hati tak baik, maka perintahnya ke jajaran tubuhnya pun tak baik juga. Akibatnya, muncul sikap nan tak terpuji, perbuatan nan tercela, dan sebagainya.
Menyanyikan lagu-lagu rohani dengan hati, di samping terasa memuaskan dan menyenangkan hati, juga memiliki imbas positif lainnya. Secara kronologis, bila hati itu baik dan bahagia, maka akan memancar ke alam sekitar, bahkan ke seluruh alam. Kemudian, alam sekitar kita meperlakukan kita sebagai orang baik dan bahagia.
Hasilnya apa? Kehidupan nan berkelimpahan. Karena hukum alam berlaku sebagaimana layaknya. Bila Anda layak dihargai, maka kehidupan akan menghargai Anda. Bila Anda layak berkemakmuran, maka kehidupan akan memakmurkan Anda. Itu semua tergantung kepada hati Anda.
Nah, kemudian bukankah lagu-lagu rohani itu membuat hati kita menjadi baik dan bahagia? Maka Anda layak buat mendapatkan kelimpahan dan kemakmuran lahir batin. Ini sebab kelimpahan dan kemakmuran itu hanya layak buat orang-orang nan baik dan bahagia.
Semua Lagu Dapat Menjadi Lagu-Lagu Rohani Bila Kita Tahu Cara Menyanyikannya
Berbicara lagu-lagu rohani, buat puji-pujian menjelang sholat berjamaah di Masjid, lagu kasidah, lagu gereja, dan nyanyian malam Natal, tentu sudah jelas sebagai lagu-lagu rohani. Bagaimana dengan lagu-lagu kreasi band kesayangan Anda, padahal kita juga sering menyanyikannya.
Lagu-lagu nan populer seperti lagu zaman sekarang, atau lagu nostalgia, dan juga lagu-lagu daerah, juga berpotensi buat dinyanyikan sebagai lagu rohani. Coba baca uraian di bawah ini.
- Lagu-lagu rohani ialah nyanyian buat mendekatkan diri kepada Tuhan atau buat meningkatkan spiritualitas kita.
- Sedangkan Tuhan selalu melihat niat atau arah hati saat suatu perbuatan dilakukan. Perbuatan baik bagi pandangan Tuhan ialah perbuatan nan diniatkan buat berbuat baik, bukan sebab pamrih nan lain. Jadi, apa nan kita niatkan itulah nan menentukan nilai amal perbuatan kita.
- Demikian juga alam bawah sadar kita, tak mendengar apa nan kita katakan. Tetapi, alam bawah sadar kita membaca dan merespon apa nan kita rasakan. Dan itu berarti alam bawah sadar juga menilai apa nan ada di dalam hati kita, bukan apa nan terlihat di luar.
- Lagu-lagu pop maupun lagu-lagu dangdut nan biasanya menyanyikan romantika percintaan, juga bisa kita nyanyikan sebagai lagu rohani bila kita niatkan di dalam hati kita buat nan kita cintai itu Tuhan.
- Misalnya, lagu nostalgia nan judulnya "tanpamu". Syair lagu itu tepat buat kita jadikan lagu rohani, seperti bunyi kalimatnya "tanpamu apa artinya, tanpamu terasa hampa, gairah hayati kan musnah selamanya... denganmu saya merasa, denganmu niscaya kan konkret impian hayati bersama terbayang nyata.."
- Untuk lagu seperti ini, memang tak layak buat dinyanyikan di loka peribadatan. Akan tetapi, bila Anda ingin menyanyikan lagu ini dengan perbedaan makna spiritual di dalam hati Anda, tinggal mengubah niatnya saja. Coba kata ganti "mu" nan ada pada kata-kata di syair lagu tadi dimaksudkan kepada Tuhan, sehingga kalau ditulis akan menjadi "tanpaMu", "denganMu".
- Rasakan di dalam hati bahwa Anda sedang bernyanyi kepada Tuhan, bukan kepada seseorang, maka lagu tadi akan menjadi lagu rohani bagi Anda.
Lagu-lagu rohani, kapan saja, di mana saja, dan dengan materi apa saja bisa kita nyanyikan. Semoga membuat kita semakin menghayati nyanyian Tuhan dengan jiwa nan indah.