Puisi Karya Chairil Anwar Tahun 1944
Lepas dari kontroversi nan menyelimuti sebagian puisi karya Chairil Anwar , Chairil Anwar sendiri tetap dianggap sebagai salah seorang pelopor sastra angkatan 45. Kontroversi ini muncul sebab sebagian kalangan menilai beberapa puisi Chairil Anwal merupakan jiplakan dari puisi karya orang lain. Chairil Anwar sendiri sesungguhnya tidak hanya menulis puisi, namun juga menerjemahkan puisi dan prosa.
Puisi Karya Chairil Anwar Tahun 1942
- Nisan
Pada puisi ini ada catatan: Untuk Nenekanda. Puisi ini bertanggal Oktober 1942. Pada naskah aslinya bertanggal 10/2602, atau Oktober 2602. 2602 in ialah tahun Jepang nan dipakai sejak Jepang mendarat di Indonesia. - Penghidupan (Puisi ini bertanggal Desember 1942 atau 12/2602)
Puisi Karya Chairil Anwar Tahun 1943
- Diponegoro
- Tak Sepadan (= Lagu Siul II)
- Sia-Sia
- Ajakan
- Sendiri
- Pelarian
- Suara Malam
- Aku
Puisi ini mempunyai dua judul, yaitu Aku dan Semangat . Judul aslinya ialah Aku , namun pada masa itu diubah oleh Pusat Kebudayaan menjadi “Semangat” buat menyesuaikan dengan semangat zaman dan supaya lolos sensor.
Aku mempunyai interpretasi individualitis, sedangkan Semangat mempunyai interpretasi sebagai perjuangan kolektif nan sangat dibutuhkan pada masa itu. Puisi ini pertama kali diperkenalkan oleh Chairil Anwar kepada publik pada rendezvous Angkatan Muda di Pusat Kebudayaan pada bulan Juli 1943. - Semangat
- Hukum
- Taman
- Lagu Biasa
- Kupu Malam dan Biniku (Puisi ini ditulis Maret 1943 dan pertama kali dimuat di Pembangunan Th. I No. 12, 25 Mei 1946.)
- Penerimaan (Puisi ini ditulis Maret 1943 dan pertama kali dimuat di Pembangunan Th. I No. 1, 10 Desember 1945.)
- Kesabaran
- Perhitungan
- Kenangan
- Rumahku (Puisi ini terpengaruh oleh puisi Slauerhoff, Woninglooze.)
- Hampa (Pada puisi ini terdapat catatan: Kepada Sri nan selalu sangsi)
- Kawanku dan Aku (disertai catatan: Kepada L.K Bohang)
- Bercerai
- Aku
Puisi karya Chairil Anwar nan berjudul “Aku” ada dua buah. Yang pertama dimulai dengan Kalau sampai waktuku .... Puisi ini kemudian diganti dengan judul Semangat. Puisi Aku nan kedua dimulai dengan: Melangkahkan aku… - Cerita (disertai catatan: Kepada Darmawijaya)
- Di Mesjid
- Selamat Tinggal
- (Mulutmu Mencubit di Mulutku)
- Dendam
- Merdeka (Aku mau bebas dari segala)
- (Kita Guyah Lemah)
Puisi ini merupakan pembuka pidato Chairil Anwar nan disampaikan di depan Angkatan Muda di Pusat Kebudayaan pada tanggal 7 Juli 1943. - ? (Jangan Kita Di Sini Berhenti)
- 1943
- Isa (disertai catatan: Kepada Nasrani Sejati)
- Doa (disertai catatan: Kepada Nasrani Sejati)
- Doa (disertai catatan: Kepada Pemeluk Teguh)
Puisi Karya Chairil Anwar Tahun 1944
- Sajak Putih (disertai dengan catatan: Buat Tunanganku Mirat)
- Dalam Kereta
- Siap Sedia
Puisi ini disertai catatan: kepada Angkatanku. Kuplet terakhir puisi karya Chairil Anwar ini Mengayun pedang ke global terang , ditafsirkan sebagai melawan Jepang. Puisi ini menyebabkan pemerintah Jepang menegur Redaksi Harian Asia Raya nan memuat puisi ini.
Puisi ini kemudian dimuat juga di dalam majalah Kebudayaan Timur III, terbitan Keimin Bunka Shidosho, 2604 namun tanpa kuplet terakhir tersebut.