Sabda Rasulullah tentang Ayat Kursi
Bagi umat muslim, ayat kursi dan terjemahan menjadi bacaan nan sudah tak asing lagi. Ayat Kursi ialah satu dari sekian ayat favorit dalam Al-Quran, selain Al-Fatihah, tiga ayat terakhir surat Al-Baqarah, dan tiga surat terakhir Al-Quran, yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nâs. Itulah sebabnya, Ayat Kursi banyak dihapalkan dan dibaca kaum Muslimin dalam berbagai kesempatan, mulai dari pengajian, tahlilan, mengobati orang sakit, hingga ketika seseorang dilanda ketakutan. Bahkan, tulisan ayat kursi banyak dijual dalam bentuk pigora dan poster sebagai hiasan rumah.
Bacaan ayat kursi memang sudah tak asing lagi bagi kaum muslim. Lalu, bagaimana tentang maknanya? Dalam ayat kursi terdapat makna tentang kebesaran Allah nan sangat kompleks. Tidak heran jika ayat kursi merupakan ayat nan mulia dan menjadi ayat favorit seluruh umat muslim di dunia. Ayat kursi memiliki kekuatan kandungan mengenai asma Allah nan ada di dalamnya. Bahkan, ayat kursi disebut memiliki kandungan makna seluruh surat dalam Al-Qur’an.
Ada Tujuh Belas Kata Istimewa
Ayat kursi merupakan surat Al-Baqarah ayat 255 nan memiliki kemuliaan, makna nan mendakam, dan menggambarkan nilai-nilai ketauhidan nan teramat kental. Selain itu, ayat kursi juga menjadi ayat nan istimewa. Keistimewaan tersebut terletak pada isi dan makna ayat ini. Agar citra kita lebih jelas, kita bisa melihat ayat kursi secara holistik di bawah ini :
Allâhu lâ Ilâha illâ Huwal-Hayyul-Qayyûm, la ta’khuzuhû sinatuw wa lâ naûm, lahû mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ardh, man dzalladzî yasyfa’u ‘indahû illâ bi idznih, ya’lamu mâ bayna aydîhim wa mâ khalfahum wa lâ yuhîtûna bi syay’im min ‘ilmihi illâ bimâ syâ, wasi’a kursiyyuhus-samâwâti wal-ardh, wa lâ ya’uduhu hifzhumâ wa huwal-‘aliyyul-azhîm .
Allah (1); Tiada Tuhan kecuali Dia (2); Yang Mahahidup (3); Mahakekal (4); nan terus menerus mengurus makhluk-Nya (5); Dia (6); tak dikalahkan oleh kantuk dan tak tidur. Kepunyaan-Nya (7); apa nan ada di langit dan di bumi, tiada nan bisa memberi syafaat di sisi-Nya (8); tanpa izin-Nya (9); Dia (Allah) (10); mengetahui apa-apa nan (ada) di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya (11); melainkan apa nan dikehendaki-Nya (12); Kursi (ilmu dan kekuasaan)-Nya (13); meliputi langit dan bumi. Dia (14); tak lelah memelihara keduanya dan Dia (15); Mahatinggi (16); lagi Mahaagung (17).
Perhatikanlah kata-kata nan diikuti oleh angka di belakangnya. Kata-kata tersebut ialah nama Allah dan kata ganti Allah nan berjumlah tujuh belas. Tidak ada satu ayat pun di dalam Al-Quran nan memuat kata Allah atau kata ganti nan merujuk kepada-Nya sebanyak nan ada dalam Ayat Kursi. Asma Allah nan disebut tujuh belas kali ini merupakan tanda-tanda kemuliaan Allah dalam ayat kursi sebab asma Allah tersebut merupakan petunjuk sifat-sifat kekuasaan Allah.
Secara umum, ketujuh belas asma Allah dan kata ganti Allah tersebut merujuk pada sifat-sifat kekuasaan Allah nan disebut sebagai “kursi”. Sedangkan secara rinci, kekuasaan Allah tersebut dijabarkan lagi menjadi Mahahidup, Mahakekal, terus mengurus makhlukNya, penguasa langit dan bumi, Mahamengetahui, Mahatinggi, dan Mahaagung. Ayat kursi sungguh menggambarkan kekuasaan Allah secara konkrit dan kompleks.
Kebesaran asma Allah nan demikian besar membuka mata kita bahwa Allah ialah penguasa nan menguasai langit dan bumi. Allah ialah pelindung umat manusia. Allah ialah satu-satunya Tuhan nan Mahatinggi dan Mahaagung. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, umat manusia lebih mengenal Allah dengan disertai keyakinan nan tajam sehingga segala nan diterimanya diyakini berasal dari Allah dan semua itu memang dirancang oleh Allah buat kita dan memang nan terbaik buat kita.
Asma Allah, Pengetuk Pintu Hati
Melalui ayat kursi, Allah Swt “memperkenalkan” sifat-sifatNya nan disusun sedemikian rupa sehingga melahirkan citra menyeluruh tentang kuasa dan perlindunganNya terhadap manusia. Hal ini bertujuan agar segenap keraguan manusia akan keterbatasan pemeliharaan dan konservasi Allah Swt nan mungkin terlintas dalam pikiran bisa terhapuskan. Penggambaran ini seakan menegaskan julukan Ayat Kursi sebagai Ayatul Hifzh atau Ayat Pemeliharaan.
Ayat pemeliharaan nan dimaksud ialah ayat kursi mampu memelihara ketakwaan umat manusia kepada Allah. Jika sedikit saja terlintas pemikiran putus harapan terhadap s hayati dan cobaan, ayat kursi mampu menghilangkan pemikiran negatif tersebut. Tentu saja hal tersebut bukan hanya dilakukan dengan membacanya, akan tetapi juga mengamalkan apa nan ada di dalamnya. Kebenaran tentang kekuasaan Allah tak diragukan lagi sehingga akan menimbulkan keyakinan dalam diri.
Dengan memahami makna dan tujuan ayat ini, seorang Muslim hendaknya menyerahkan segenap jiwa raganya kepada Allah, Zat Pemilik semua nan ada, merasakan kerendahan diri di hadapan-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai loka bergantung dan meminta pertolongan. Dengan demikian, rasa putus harapan akan beralih menjadi keihklasan dan rasa berserah diri nan mengarah pada perbuatan positif. Meminta pertolongan kepada Allah dilakukan dengan terus berdoa dan berusaha, serta berserah diri dengan apa nan akan diterima.
Dengan demikian, orang nan membaca dan memahami Ayat Kursi, akan senantiasa terkondisikan buat menjadi manusia ihsan; manusia nan senantiasa “melihat” atau “melibatkan” Allah dalam segala situasi, manusia nan senantiasa meng-“nol”-kan diri di hadapan-Nya; manusia nan senantiasa taat dan menjadikan Allah sebagai orientasi tertingginya. Memahami ayat kursi membuat manusia merasa Allah selalu di sisinya, sebab disebutkan dalam ayat kursi bahwa Allah ialah mahapelindung “yang terus menerus mengurus makhluk-Nya (5)”
Sabda Rasulullah tentang Ayat Kursi
Makna dan kekuatan asma Allah dalam ayat kursi memiliki sebuah ikatan erat dengan ketauhidan umat manusia. Dengan segala kemuliaan ayat kursi tersebut, Nabi SAW menjanjikan kebaikan nan berlimpah kepada siapapun nan mencintai Ayat Kursi. Ali bin Abi Thalib mengatakan,
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda dan ketika itu beliau berada di atas mimbar,
‘ Siapa nan membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, tak akan ada nan menghalanginya masuk surga kecuali ketiadaannya (apabila dia tak wujud). Tidak ada juga seorang pun nan selalu membacanya kecuali dinilai sebagai seorang shiddiq atau seorang ‘abid (orang nan mengabdi kepada Allah). Siapa nan membacanya ketika hendak tidur, pasti dia terpelihara, demikian juga tetangga dan tetangga-tetangganya ’.”
Ternyata, ayat kursi memiliki makna nan sangat hebat sehingga Rasulullah bersabda bahwa orang nan membaca ayat kursi dekat dengan surga. Ayat kursi juga bisa menjadi pelindung sebab di dalamnya berisi tentang kekuasaan Allah. Tidak mengherankan jika ayat kursi mampu mendekatkan manusia dengan surga sebab segala kebesaran Allah tercantum secara istimewa dalam ayat kursi. Selain dekat dengan surga, ayat kursi juga memiliki keutamaan sebagai pemelihara dan memiliki kegunaan nan besar dalam hidup.
Diriwayatkan oleh Al-Mahamili dalam kitabnya Al-Fawaaid, dari Ibnu Mas-ud r.a bahwa ia berkata :
“Ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW
‘Ya Rasulullah, ajarilah saya sesuatu nan dengannya Allah akan memberikan kegunaan bagiku?’ Beliau menjawab
‘Bacalah ayat kursi, maka sesungguhnya Allah akan memeliharamu dan memelihara rumahmu, juga rumah-rumah nan ada di sekitarmu’”
Membaca ayat kursi bisa digunakan sebagai bentuk taubat umat manusia atas dosa nan telah diperbuat dengan mengakui dan meyakini kebesaran Allah. Ayat kursi juga bisa menghindarkan kita dari gangguan syetan sebab Allah Mahapelindung. Bahkan, beberapa orang percaya bahwa ayat kursi mampu mendatangkan hajat, perisai, dan menjauhkan dari keburukan.
Tentu saja, keutamaan dan sabda Rasulullah mengenai ayat kursi berlaku buat umat nan membaca ayat kursi dan mengamalkan makna nan terkandung di dalamnya. Ayat kursi bahkan dapat menjadi doa agar kita selalu dalam konservasi Allah SWT. Dari sekian banyak keutamaan ayat kursi dan terjemahan bila kita pahami, nan terpenting ialah keyakinan kita terhadap kekuasan Allah nan Mahatinggi sehingga seluruh tingkah laku dan kehidupan kita berada si jalan nan lurus dengan tuntunan agama islam. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita sebagai pecinta dan pengamal ayat nan sangat agung ini. Âmîn .