Alternatif Selain Sekolah Formal
Ini bukan sekolah pada umumnya
Yang biayanya kerap menyusahkan orang tua
Ini bukan pula Yayasan nan mengharap bantuan
dari belas kasihan dan uluran tangan
kami punya sikap, tangan kami selalu di atas buat memberi
bukan menengadah meminta
Kalau kami diberi donasi jangan untuk aturan
Begitulah prolog dari enam bait paragraf sebuah puisi manifest coretan doank dari Kandang Jurang Doank nan didirikan atas inisiasi Dik Doank tersebut.
Di tengah gemerlap selebritas global keartisan nasional, dari 1993 bermarkas awal di Angkasa Pura, takbanyak seniman lokal seperti sosok ini nan bertekad keras mendirikan sebuah sekolah komunitas nan berbaur dengan alam dan bersahabat dengan kearifan budaya lokal. Sekolah ini pun bisa bertahan hingga sekarang.
Konsep Sekolah Kandang Jurang
Sekolah Alam Kandang Jurang Doank memang penuh dengan filosofi art and culture. Dua hal ibarat sisi mata uang koin ini memberi nyawa kepada proses identifikasi sekolah alam tersebut.
Kandang Jurang Doank ini memang kental dengan aroma art. Itu memang disebabkan sebab pendirinya ialah seseorang nan telah berkecimpung cukup lama di global art tersebut. Selain itu, Dik doank juga sangat memahami dan menyadari bahwa art atau seni ialah salah satu dari aspek kehidupan manusia nan bisa mempengaruhi jalan hayati seseorang.
Art atau seni ialah satu hal nan ketika diterapkan dalam kehidupan manusia bisa meningkatkan kualitas dari manusia itu sendiri. Dengan adanya art dalam hayati manusia, ia akan memiliki sense buat menghargai orang lain. Ia juga bisa buat memposisikan dirinya di antara manusia nan lain dengan lebih bijaksana dan tak mengedepankan ego semata.
Konsep art ini diterapkan dalam kehidupan alam nan banyak ditemui di seluruh bagian sekolah ini. Alam nan menjadi sumber inspirasi dari kehidupan manusia. Alam nan menjadi loka tinggal manusia.
Selain art, filosofi kedua nan diterapkan di Kandang Jurang Doank ini ialah culture. Culture ialah budaya nan juga menjadi karakteristik kehidupan manusia. Budaya nan merupakan refleksi hasil kehidupan manusia. Kualitas hayati manusia bisa terlihat dari budaya nan dihasilkannya.
Melalui Kandang Jurang Doank ini, para siswanya dibentuk buat menjadi manusia nan lebih berbudaya dan lebih menghargai budaya nan ada. Terkadang kita sering bangga dengan budaya nan bukan berasal dari diri kita sendiri misalkan budaya dari luar negeri kita. Atau bahkan kita malu buat memakai budaya kita sendiri sebab menganggapnya sudah antik dan tidak mengikuti perkembangan jaman lagi.
Di Kandang Jurang Doank ini siswa diajak buat mengenal budaya sendiri. Pertama-tama ialah tahapan pengenalan. Setelah kenal maka ditumbuhkan rasa cinta terhadap budaya tersebut. Setelah rasa cinta tumbuh, maka akan diiringi dengan rasa ingin memiliki. Dengan rasa ingin memiliki ini maka akan ada keinginan kuat buat menjaga dan melestarikan budaya itu agar tak mati.
Dengan pembentukan karakter nan seperti itu, diharapkan para siswa tak hanya memiliki kepandaian dalam prestasi akademik saja tetapi juga memiliki mental kepribadian nan bagus. Kebanyakan sekolah formal sekarang hanya pandai mencetak kemampuan akademis siswanya tetapi kurang maksimal dalam pengembangan potensi kepribadian nan dimiliki oleh setiap siswa.
Sampai medio sembilan puluhan, tepatnya tiga tahun sebelum Presiden Soeharto lengser ke prabon, sekolah ini hanya memiliki sembilan sampai enam belas siswa nan belajar dan berproses.
Pada 1997, ketika dipindahkan ke komplek Alvita, Sawah Baru, Ciputat, hanya diisi oleh gelak riang dua puluh lima anak nan bersedia belajar dan berproses.
Namun, hayati ialah proses, proses ialah perubahan, dan perubahan tersebut nan menandakan sebuah kehidupan. Dengan kalimat filosofi inilah, proses pematangan Kandang Jurang Doank semakin menjadi.
Pada 2005, kelas baru mulai dibuka kembali buat berjuang meningkatkan global kreativitas dan memupuk bukti diri generasi muda Indonesia sebagai salah satu penentu arah perjalanan bangsa.
"Mereka ialah embrio, cikal-bakal, bibit-tunas, ke mana mata anak panah bangsa ini akan melesat sangat tergantung kepada mereka. Jadi, kepada merekalah kita menitipkan bangsa ini. Apakah akan menjadi bangsa peniru, bangsa plagiator atau bangsa pencipta," tutur Dik Doank dalam laman resmi Sekolah Alam Kandang Jurang Doank.
Berkat kerja cerdas dan determinasi iman serta dukungan masyarakat sekitar, beberapa komunitas, lembaga, dan instansi nan sepaham dengan arus filosofi komunitas kreatif tim Kandang Jurang Doank menjadikan sekolah alam tersebut mandiri diatas kaki sendiri.
Sampai penghujung 2010, laman resminya melaporkan terdapat 1.500 siswa aktif nan mengikuti proses belajar bermain bersama alam, dengan catatan, fasilitas Lapank Doank 800 orang, Kampunk Doank 450 orang, Perpustakaan Doank 70 orang, Kandank Jurank Doank 500 orang.
Demikianlah perkembangan dari sekolah Kandang Jurang Doank ini. Ini membuktikan keseriusan dari Dik Doank terhadap pendidikan anak dan kecintaannya terhadap alam sekitar. Serta komitmennya buat bisa berkontribusi mencerdaskan generasi muda Indonesia.
Fasilitas dan Pembelajaran
Fasilitas pendukung pembelajaran lainnya berupa panggung, musholla, studio, kolam ikan, arena bermain, kelas A dan kelas B, dan proses penyelesaian termin akhir pembangunan kolesium nan dapat menampung sekira 600 orang.
Adapun kegiatan rutin nan ada di sekolah alam tersebut ialah memandikan kerbau, hiking di sawah, menanam padi, menangkap ikan, flying fox , bahtera kampret (bentuk permainan motivasional dengan medium air buat berusaha mendayung tanpa mengenal lelah), jembatan ranting (bentuk permainan motivasional buat melatih menghilangkan rasa takut), dan tangga monyet (bentuk permainan motivasional buat melatih anak menyelesaikan apa nan telah dimulai).
Jenis-jenis permainan diatas tak hanya sekedar permainan. Tapi bisa mengasah dan menstimulasi sensor motorik anak, melatih kemandirian, mengatur rasa takut di dalam diri dan menanamkan rasa buat berusaha dengan keras meraih cita-cita nan diinginkan. Selain itu juga mengajarkan kepada anak buat bisa berinteraksi langsung dengan alam.
Alternatif Selain Sekolah Formal
Di tengah sistem dan kurikulum resmi nan kaku, kehadiran Kandang Jurang Doank ini bisa menjadi oase dari kemiskinan dan kobodohan nan menghantui generasi masa depan nusantara dengan terus berproses menemukan titik kebaruan dan kesadaran buat tetap menjadi 'hidup' dan merdeka.
Menjadi hayati dan merdeka sangatlah krusial bagi penerus bangsa kita. Secara konkret kita memang telah merdeka nan telah dinyatakan dengan proklamasi RI oleh Ir. Soekarno, tetapi benarkah kita telah merdeka? Arti merdeka dalam artian nan sebenarnya tak hanya terbatas dalam artian lepasnya dari belenggu penjajah nan nyata.
Saat ini banyak generasi muda kita nan masih sulit buat merasakan bangku sekolah. Salah satunya ialah sebab mahalnya biaya pendidikan. Uluran tangan pemerintah seakan jauh dari asa dan hanya ada di angan-angan.
Kandang Jurang Doank tak menawarkan proses berjuta rupiah buat setiap aktivitas nan akan membawa anak-anak ke alam perenungan ketika berinteraksi dengan kerbau, menginjak lumpur sawah, berbecek ria mencari ikan, hingga permainan motivasional jembatan ranting guna mengatasi rasa takut. Di kandang ini, anak akan belajar buat tak berbasa-basi menjadi karakter diri.
Jika kita malas akan tertindas. Jika kita bodoh akan dicemooh. Jika kita alpa akan tergoda. Jika kita lemah akan dijajah. Jika kita ragu akan ditipu. Dik Doank.
Dalam menjalani kehidupan ini diperlukan adanya seni dan culture. Dua konsep inilah nan dijadikan metode panduan penjalanan sekolah Kandang Jurang Doank ini. Art atau seni nan menjadi jiwa dan latar belakang kehidupan Dik Doank. Culture atau budaya nan menjadi acuan kurikulum pendidikannya. Kedua hal ini dipadukan dengan kecintaan terhadap alam sekitar.