Kelebihan dan Kelemahan Fermentasi
Bioteknologi sederhana atau konvensional bisa diterapkan dalam industri makanan dan minuman. Sebelum membahas bagaimana fermentasi itu, sebaiknya kita mengenal apa bioteknologi. Bioteknologi merupakan pengolahan sesuatu secara biologi. Sesuatu ini sudah mencakup berbagai banyak hal, dimulai dari makanan, minuman, pertanian, limbah, dan lain-lain.
Secara biologi, Proses fermentasi sendiri merupakan salah satu proses respirasi anaerob, nan kebanyakan digunakan buat perombakan makanan dimana tak melibatkan oksigen dalam prosesnya. Kasarnya ialah proses ini tak melibatkan udara sama sekali. Di Indonesia sendiri, sudah banyak warga nan mengembangkan usaha ini. Mungkin banyak orang nan mengenalnya dengan proses pembuatan makanan atau minuman dengan menggunakan ragi.
Sejarah Fermentasi
Sebelum ada jenis makanan tempe, tahu, kecap, dan nan lainnya, nan paling terkenal dari proses fermentasi ialah jenis minuman keras atau khamir. Bermula dari pembuatan alkohol sebelum tahun 1900. Sejarahnya menceritakan bahwa proses fermentasi melibatkan reaksi kimia. Tahun 1875-1876, salah satu tokoh bernama Pasteur meneliti prosesnya dari sebuah pabrik khamir, dimana dihasilkan anggur masam. Dengan melihat sel-sel nan berperan, ternyata Pasteur menyimpulkan adanya dua proses fermentasi, yaitu alkohol dan asam laktat.
Berikutnya ialah keputusan akan adanya proses perombakan makanan nan selalu melibatkan mikroorganisme tertentu. Sekitar tahun 1900-1940, telah dikembangkan proses anaerob yaitu proses pembuatan ragi roti dengan hasil molekul karbon dioksida nan secara spesifik digunakan buat mengembangkan roti. Selain itu, pada tahun ini pula fermentasi menjadi sebuah usaha nan bergerak dalam bidang industri. Dan lebih banyak ditemukan industri pembuatan minuman beralkohol dibandingkan dengan makanan
Makanan dan Minuman Hasil Fermentasi
Bahan dasar nan sangat bermanfaat dalam proses fermentasi ialah bakteri dan atau jamur. Kira-kira ada 16 jenis makanan dan minuman nan menggunakan bakteri atau jamur dalam proses pembuatannya. Diantaranya nan paling sering kita jumpai ialah Tempe, Tahu, Tapai, Kecap, Yoghurt, Nata De Coco, dan masih banyak lagi sisanya.
Berdasarkan ke-16 jenis makanan dan minuman termasuk ke enam contoh di atas, menggunakan mikroorganisme (bakteri/ jamur) nan berbeda. Misalnya pada Tempe nan berbahan standar kedelai, di mana Jamur Rhizophus Oryzae nan berperan. Tapai nan berbahan standar Ketela dan ketan menggunakan ragi tapai nan mengandung bakteri asam laktat, jamur Aspergillus, dan lain-lain. Berbeda lagi dengan minuman yoghurt, ada Lactobaccilus Bulgaricus sebagai mikroorganismenya dengan susu sebagai bahan standar primer yoghurt. Sedangkan Nata De Coco nan berbahan standar air kelapa dibantu oleh bakteri Acetobacter Xylinum.
Ternyata, dengan peran mikroorganisme seperti itulah makanan dan minuman di atas memiliki kegunaan buat tubuh manusia.Proses nan terlibat juga tak sederhana, sine qua non tahapan-tahapan nan dilalui hingga menjadi makanan dan minuma tersebut. Seperti pada pembuatan tempe, dimulai dari proses mencuci kedelai. Dilanjutkan dengan perebusan dan melepaskan kulit kedelai.
Proses merendam juga perlu dilakukan dan masih melalui perebusan nan kedua. Setelah kedelai ini didinginkan, diberi ragi dan langsung masuk pada termin pembungkusan. Terkadang memang kedelai ini belum menyatu sehingga pemeraman masih dilakukan sebagai proses nan terakhir.
Dengan mikroorganisme nan bhineka tiap makanan, akhirnya proses nan terlibat akan berbeda pula. Kemudian, apakah bahan standar tiap makanan boleh berbeda? Ada beberapa makanan nan demikian, tetapi jenis bakteri atau jamur nan digunakan masih sama.
Masih pada tempe, kacang kedelai dapat diganti dengan kara benguk, limbah minyak kacang tanah (nama bekennya ialah bungkil), atau limbah tahu. Sehingga, dengan bahan standar nan berbeda akan menghasilkan jenis tempe nan berbeda pula. Ada tempe benguk, tempe bongkrek, oncom, dan tempe kara.
Beberapa proses fermentasi nan belum dikenal ialah cuka apel. Cuka apel ini sangat bekhasiat, kebanyakan orang nan sudah emenganl menggunakannya sebagai obat. Dihasilkan dari sari buah apel dan bakteri asam cuka (Aerobacter sp.) sebelum dijadikan cuka apel, cuka sendiri merupakan hasil dari perombakan bakteri nan mengandung karbohidrat dan bermacam-macam jenis bahan baku.
Kelebihan dan Kelemahan Fermentasi
Coba kita pikirkan sejenak, bahan dasar tempe ialah kacang kedelai. Kacang kedelai ini tak banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebab mereka lebih mengenal Tempe. Dengan adanya proses fermentasi, nutrisi nan terkandung dalam kacang kedelai lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Di samping itu, bau langu dari kacang kedelai bisa hilang dan berubah menjadi bau sedap tempe.
Contoh sederhana lainnya ialah pada Nata De Coco. Makanan nan satu ini juga begitu disukai orang-orang terutama anak-anak.Dibandingkan dengan air kelapa asli, penampilan Nata De Coco lebih memikat. Teksturnya juga seperti jelly, dan jika digigit mengeluarkan air segar. Hal nan demikian ini lebih disukai orang daripada harus minum air kelapa.
Dengan berubahnya bentuk, tak berarti akan menghilangkan kegunaan dari air kelapa sendiri. Dari hasilnya, akan bertambah kegunaan dari air kelapa itu sendiri. Misalnya mengandung gizi nan tinggi, diantaranya mengandung serat, kalsium, karbohidrat, lemak, sampai zat besi.
Begitu juga dengan kecap atau Tapai. Pengolahan makanannya akan bervariasi. Dari nan biasanya singkong hanya digunakan buat keripik atau makanan nan lain, dengan adanya tapai akan menambah variasi jenis makanan nan lainnya. Kecap pun begitu, hampir semua kuliner Indonesia menggunakan kecap.
Melihat laba dari usaha juga menjadi kelebihan tersendiri. Secara otomatis, para penjual bahan standar akan merasa untung dari biasanya. Karena permintaan bahan standar akan cenderung meningkat. Dimana ada kelebihan niscaya ada kekurangan.
Apabila dibandingkan dengan kelebihannya, kekurangan bukan menjadi masalah nan besar. Karena proses ini tak melibatkan udara, terkadang muncul suatu molekul baru dalam prosesnya. Dan nan paling populer dalam pembuatan tapai ialah keluarnya alkohol.
Hal-Hal nan Harus diperhatikan dalam Proses Fermentasi
Proses perombakan makanan dengan menggunakan mikroorganisme harus dilakukan dengan beberapa tahapan dan pastinya melibatkan beberapa prosedur kerja sehingga ada beberapa hal nan memang menjadi titik perhatian dalam proses fermentasi.
Dalam mekanismenya, kemurnian mikroorganime nan digunakan harus sangat diperhatikan dengan detail. Karena memang bakteri dan jamur nan memiliki peran krusial dalam proses ini.
Selanjutnya bagaimana suhu fermentasinya. Beberapa mikroorganisme memang mensyaratkan suhu dalam proses perombakannya. Dua hal di atas ialah nan berkaitan dengan mikroorganismenya.
Selain itu, alat-alat nan digunakan juga harus diperhatikan, terutama kebersihannya. Karena dikhawatirkan bakteri atau jamur nan digunakan tercampur, terkontaminasi, atau tercemar dengan bakteri atau jamur nan lainnya.
Selain itu, keasaman media nan digunakan sebaiknya antara 3.5 hingga 4. Di mana bakteri dan jamur bisa berkembang dengan baik. Apabila dalam prosesnya melibatkan inkubasi maka suhunya juga harus diperhatikan. Biasanya sekitar 26 sampai 27 derajat celsius.
Dosis dalam menentukan berapa banyak jumlah bahan standar dan jumlah dari ragi (makanan nan memang menggunakan ragi dalam prosesnya) juga harus dipertimbangkan. Kadar ragi nan banyak atau jumlah bakteri nan tak sinkron apalagi sudah terkontaminasi akan berakibat pada jenis makanan pada hasil akhir.
Di samping itu, hal krusial nan terakhir ialah dari proses pengepakan atau pengemasan. Ada beberapa jenis bakteri atau jamur nan cepat tak aktif/berkurang sebab kandungan dari kemasan.
Diharapkan orang-orang nan membuka usaha proses pembuatan makanan atau minuman fermentasi merupakan orang nan berpengalaman atau setidaknya memang mampu dalam melakukan proses tersebut sebab usaha ini termasuk dalam jajaran usaha bioteknologi konvensional nan menjanjikan.