Guru Oemar Bakri
Puisi buat guruku ialah ungkapan rasa terima kasih dari seorang murid kepada guru. Ya, jasa guru dalam mengajar seorang murid dari nol hingga mampu menguasai ilmu, tidak mungkin tergantikan.
Seseorang tak mampu menjadi 'orang' dikagumi masyarakat, mendapatkan kedudukan mulia, diakui kecerdasannya, jika tak ada sosok guru, nan dengan telaten memberi dan terus memberikan ilmu kepadanya.
Murid, sekeras apa pun atau sebandel apa pun, niscaya memiliki kesan hormat seperti ini tentang sang guru . Bahkan meski guru tersebut, dikenal sebagai pribadi galak, ada kalanya justru sikap keras beliaulah nan menempa murid buat lebih tegar, lebih kuat dalam belajar. Dan, pada akhirnya, murid tersebut menyadari, 'kegalakan' guru tidak ada apa-apanya dengan kerasnya hayati nan akan dilalui pada kemudian hari.
Puisi buat Guruku Dalam Lirik Lagu
Ketika masih bersekolah, ada beberapa lirik lagu nan kita hafal berkaitan dengan penghormatan terhadap guru. Salah satu di antaranya ialah 'Jasamu Guru' karya M. Isfanhari dengan lirik sebagai berikut.
Jasamu Guru
Kita jadi dapat menulis dan membaca sebab siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu dari siapa
Kita jadi pintar dididik pak guru
Kita dapat pandai dibimbing bu guru
Guru bak pelita penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara ...
Lirik lagu ini demikian sederhana, tapi sarat makna. Guru dilambangkan bagai pelita nan menerangi seseorang dalam kegelapan gulita. Ya, ketika seorang guru mengajarkan ilmunya kepada murid, ia membuka pemahaman baru buat sang murid. Murid tersebut, nan mulanya tak tahu apa-apa, bisa mengerjakan sesuatu nan sebelumnya tak mampu dilakukannya.
Menulis, membaca, mempelajari matematika dasar, menikmati jalannya pelajaran sejarah, berkutat di laboratorium dalam pelajaran kimia, belajar memasukkan bola basket ke dalam ring, terkejut oleh genre listrik dalam pelajaran fisika, ialah sebuah rangkaian kegiatan dan ketakjuban para murid nan tidak akan terjadi tanpa seorang guru.
Lirik lagu nan juga sangat menyentuh ialah 'Hymne Guru' nan diciptakan oleh Sartono. Dapat jadi kita tak akrab dengan judul dan penulisnya, namun liriknya begitu mudah diingat. Dari lirik inilah muncul istilah 'pahlawan tanpa tanda jasa' nan lekat dengan keberadaan guru. Berikut ini liriknya.
Hymne Guru
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hayati dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Lagu nan dinyanyikan dengan syahdu ini, mengekspresikan ketulusan hati para guru. Merekalah patriot, nan menjadi pahlawan bangsa. Entah berapa banyak pelajar cerdas nan telah dididik, nan kemudian berguna bagi nusa dan bangsa.
Namun, guru bukanlah prajurit nan bertempur di medan laga. Mereka juga bukan politikus nan setiap geraknya disorot oleh media. Pengakuan terhadap guru, terlahir bukan dari keriuhan. Melainkan dari keheningan dan kejujuran hati para murid mereka, nan merasakan betul tempaan guru telah mengubah mereka menjadi 'orang nan sesungguhnya'.
Adalah sebuah kegetiran tersendiri bahwa Hymne Guru ini bagaikan cerminan dari kehidupan Bapak Sartono nan menciptakan lagu tersebut. Hingga akhir karier, beliau tetap menjadi guru honorer.
Beliau tak mendapatkan uang pensiun sebab tak tercatat sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Lagu Hymne Guru sendiri tercetus dari ide brilian Bapak Sartono ketika beliau mengikuti sayembara membuat hymne guru nan diadakan oleh Depdiknas pada tahun 1980.
Ya, pada kenyataannya, hayati menjadi guru memang berat. Orang lain mungkin dapat mendapatkan pencapaian materi dan kedudukan nan lebih besar dalam masyarakat ketika memilih pekerjaan lain.
Namun, mereka nan memutuskan buat menjadi guru ialah orang nan benar-benar menepikan ambisi dan memilih jalan buat berbagi ilmu. Orang-orang nan menaburkan benih buat dituai orang lain, tanpa membawa rasa pamrih sedikit pun.
Guru Oemar Bakri
Kenyataan nan 'pahit' dari seorang guru inilah nan kemudian tertuang dalam puisi berbentuk lirik lagu nan diciptakan oleh musisi legendaris Iwan Fals, 'Guru Oemar Bakri'. Berikut liriknya nan demikian getir.
Oemar Bakri
Tas hitam dari kulit buaya
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
"Ini hari saya rasa kopi nikmat sekali!"
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet ... Standing dan terbang
Oemar Bakri. .. Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri ... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri . .. Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri ... Profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut... Cepat pulang
Oemar Bakri ... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri ... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri ... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri ... Bikin otak orang seperti otak Habibie
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Dalam lirik lagu ini, kehidupan guru Oemar Bakri demikian menyakitkan. Beliau telah mencerdaskan banyak murid. Sekian di antaranya digambarkan menjadi menteri, dengan kecerdasan otak layaknya BJ Habibie , citra orang Indonesia cerdas di era Orde Baru . Pengabdiannya juga tidak dapat ditakar lagi, 40 tahun bekerja sebagai guru.
Namun, penampilan beliau jauh dari kata memuaskan. Meski banyak murid nan menjadi orang besar, sebagai profesor, dokter, hingga insinyur, beliau masih mengenakan tas hitam dari kulit buaya dan sepeda kumbang nan melalui jalan berlubang, nan tidak berubah sejak zaman Jepang hingga Indonesia merdeka sekian tahun.
Puncak kegetiran hayati seorang Oemar Bakri ialah gaji beliau nan bagaikan dikebiri, tidak pernah cukup buat memenuhi kebutuhan hidup. Potret ketidakadilan pada guru nan disampaikan dengan musik nan sedikit 'kocak' menjadikan lirik lagi Iwan Fals nan satu ini menjadi tamparan satir bagi pemerintah dan masyarakat dalam mengapresiasi guru.
Puisi buat guru tidak terbantahkan lagi ialah bentuk kecintaan dan penghargaan dari murid buat para guru nan jasanya tidak terhitung. Guru 'mengangkat mereka' dari lembah ketidaktahuan buat memahami isi dunia.
Dalam sebuah ungkapan nan indah, seorang sufi menggambarkan sosok guru (dalam hal ini guru spiritual) sebagai, "Guru telah membebaskanku dari kungkungan. Kungkungan nan sebelumnya kukira kebebasan, ternyata sebuah lingkaran setan."
Tiada salahnya, kekaguman Anda pada sosok pahlawan tanpa tanda jasa ini dituangkan dalam puisi buat guruku, nan mungkin satir seperti karya Iwan Fals, mungkin pula polos, sebagai klarifikasi dari ungkapan, “Jika bukan sebab mereka, kita ini siapa?"