Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia

Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia

Sejatinya, ilmu psikologi senantiasa terkait dengan segala aspek kehidupan manusia. Bahkan bisa dikatakan bahwa psikologi merupakan jiwa dari tubuh manusia. Dalam prosesnya, [kwd]sejarah perkembangan psikologi[/kwd] terus berkembang dari masa ke masa.

Awalnya, psikologi merupakan ilmu filsafat. Seiring perubahan waktu, psikologi baru diakui sebagai ilmu independen setelah adanya laboratorium psikologi nan didirikan oleh Wilhem Wundt pada tahun 1897.



Pengertian Psikologi

Lalu, apa pengertian dari ilmu nan bergerak maju perkembangannya itu? Dari berbagai surat keterangan bisa disimpulkan bahwa psikologi ialah ilmu pengetahuan nan mempelajari konduite manusia dalam interaksi dengan lingkungannya.

Adapun berdasarkan asal kata, psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu psyche nan berarti jiwa dan logia atau logos nan berarti ilmu . Sehingga secara etimologis, psikologi bisa diartikan sebagai ilmu nan mempelajari tentang jiwa.

Bagaimana dengan pengertian psikologi menurut para ahli? Berikut ini beberapa definisi mengenai ilmu psikologi beserta dengan tokoh nan memperkenalkannya.

  1. Wilhem Wundt: Psikologi ialah ilmu nan mempelajari mengenai pencerahan manusia.
  2. Woodroth dan Marquis: Psikologi merupakan ilmu nan mempelajari tingkah laku manusia, baik nan terlihat maupun nan tak terlihat. Hal tersebut meliputi aktivitas berfikir (kognisi), emosional (afeksi), dan fisik (konasi).
  3. Fieldman: Psikologi ialah ilmu pengetahuan nan mempelajari tentang konduite dan proses mental pada manusia.
  4. Clifford T. Morgan: Psikologi sebagai ilmu pengetahuan nan mempelajari tentang manusia dan hewan.
  5. Gardner Murpgy: Psikologi ialah ilmu nan mempelajari respons nan diberikan oleh makhluk hayati terhadap lingkungannya.

Dari kelima pengertian di atas, bisa diambil konklusi bahwa psikologi merupakan ilmu tentang kejiwaan nan bisa dimengerti melalui konduite sehari-hari manusia.



Perubahan Psikologi dari Masa ke Masa

Perkembangan psikologi pada mulanya telah dimulai pada zaman Yunani Kuno. Psikologi merupakan akar dari bidang filosofi nan sudah berkembang sejak zaman Aristoteles.

Filosof terkenal itu mengembangkan filosofi sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu sebagai kekuatan hidup. Ia memandang bahwa ilmu jiwa sebagai ilmu nan mempelajari tentang gejala kehidupan.

Aristoteles mengungkapkan jiwa merupakan unsur kehidupan. Anggapan itu ia simpulkan sebab keyakinan bahwa setiap makhluk mempunyai jiwa.

Ilmu psikologi berkembang menjadi ilmu otonom (lepas dari filsafat) semenjak didirikannya laboratorium psikologi pertama di dunia, yaitu di University of Leipzig, Jerman.

Pendirinya ialah Wilhem Wundt (1832-1920) pada tahun 1879 nan berasal dari Neckarau, Baden, Jerman. Ia berasal dari keluarga intelektual. Pendidikan nan ditekuni ialah kedokteran dan meraih gelar Doktor.

Wundt tertarik dengan riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian psikofisik bersama dengan Johannes Mueller dan Hermann von Helmholzt. Karya utamanya ialah Grundzüge der Physiologischen Psychologie ( Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874.

Didirikannya laboratorium ini menjadi babak baru bagi sejarah perkembangan psikologi sebagai syarat buat menjadi ilmu pengetahuan.

Untuk merayakan berdirinya psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan. Maka tahun berdirinya laboratorium pertama tersebut dijadikan tanggal diresmikannya psikologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan di dunia.

Pesatnya perkembangan psikologi ini ditandai dengan munculnya para tokoh nan bergerak di bidang kedokteran dan kejiwaan. Psikologi merupakan cabang ilmu nan luas dan terus berkembang.

Dilengkapi dengan ilmu alam nan mencakup biologi dan ilmu syaraf. Termasuk pula ilmu sosial nan mencakup antropologi dan sosiolologi. Sebut saja nama Sigmund Freud, seorangan dokter berkebangsaan Austria nan mengembangkan metode psikoterapi nan dikenal dengan nama psikoanalisis.

Freud merumuskan apa nan menjadi pemahamannya berdasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, pengamatan klinis, serta memfokuskan kepada berbagai penyelesaian nan berdasarkan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, serta gangguan psikis nan dialami oleh seseorang. Hal ini membuat psikoanalisa juga dikenal sebagai ‘psikologi dalam’ ( depth psycology).

Freud konfiden bahwa sebagian besar kehidupan manusia dikuasai alam bawah sadarnya. Hal tersebut terlihat dari tingkah laku manusia nan terjadi tanpa disadari.

Tingkah laku tersebut seperti keinginan, impuls, ataupun dorongan. Keinginan dan dorongan nan kuat akan terus hayati dan berkembang di alam bawah sadar. Sewaktu-waktu hal tersebut akan menuntut buat dipenuhi atau dipuaskan.

Beberapa tokoh psikologi nan lainnya mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke benua Amerika, seperti halnya Edward Bradford Titchener. Namun, ajaran Wundt ternyata kurang disukai.

Dikarenakan masih banyak pemahamannya nan abstrak dan kurang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di Amerika. Yang penduduknya cendrung berpikiran pragmatis. Hal ini kemudian memicu munculnya majemuk genre ilmu psikologi.

Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dengan munculnya berbagai genre psikologi, seperti berikut ini.

  1. Fungsionalisme (tokohnya ialah William James).
  2. Behaviorisme (tokohnya ialah BF Skinner).
  3. Psikologi Gestalt (tokohnya ialah Gestalt).
  4. Psikologi Humanistik (tokohnya ialah Abraham Maslow).
  5. Teori Belahan Otak (tokohnya ialah Roger Wolcott).
  6. Social Learning Teory (tokohnya ialah Albert Bandura).
  7. Kecerdasan Emosi (tokohnya ialah Daniel Goleman).
  8. Multiple Intelligences (tokohnya ialah Howard Gadner).

Adapun perkembangan psikologi sekarang mengalami perubahan menuju psikologi nan pada masa ini sinkron dengan perkembangan zaman. Banyak pula bermunculan teori dan genre baru psikologi seperti berikut ini.

  1. Psikologi Lintas Budaya ( Cross Cultur Psychology ).
  2. Psikologi Indegeneus ( Indegeneous Psychology ).
  3. Psikologi Positif ( Positive Psychology ).

Bangsa Amerika nan terkenal berpikiran pragmatis, pada akhirnya membentuk genre sendiri nan disebut dengan fungsionalisme. Yaitu genre nan lebih mengutamakan fungsi jiwa daripada mempelajari strukturnya.

Pendiri genre ini ialah William James dan James Mc Keen Cattel. Teknik Psikotes oleh Cattel terlihat dari pragmatisnya bangsa Amerika .

Akan tetapi, fungsionalisme masih terkesan abstrak menurut segolongan sarjana Amerika. Hal tersebut kemudian menimbulkan genre baru yaitu behaviorisme. Pelopor dari perubahan genre ini ialah John Broades Watson.

Dan dikembangkan oleh Edward Chase Tolman dan B.F Skinner. Genre baru ini hanya mau mengakui tingkah laku nan konkret dan bisa dilihat serta diukur saja (bersifat objektif dan positivistik).



Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia

Pada tahun 1953, perkembangan psikologi di Indonesia baru dimulai. Slamet Santoso ialah tokoh nan pertama kali memperkenalkannya. Ia membuat sebuah forum pendidikan psikologi pertama nan bersifat berdikari pada tahun 1960.

Lembaga nan ia dirikan sejajar dengan fakultas nan ada di Indonesia, semisal Universitas Indonesia (UI) dan kemudian berkembang hingga ke Universitas Padjajaran (Unpad) dan Univeristas Gadjah Mada (UGM).

Hingga saat ini, telah menjamur berbagai fakultas psikologi di berbagai universitas nan ada di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Uniknya, tak ada jurusan-jurusan dalam psikologi.

Jadi, psikologi berdiri sendiri sebagai fakultas psikologi. Sejarah psikologi Indonesia lebih pendek dibandingkan dengan sejarah psikologi Barat (Eropa dan Amerika).

Psikologi di Indonesia pun mengalami hambatan nan rumit seperti nan dalami di psikologi di Barat. Namun, kebutuhan akan psikologi di negara Indonesia sama besarnya dengan kebutuhan psikologi di negara Barat.

Sebagai negara berkembang, kebutuhan psikologi di Indonesia dibutuhkan dalam berbagai bidang. Di antaranya dalam bidang bisnis, bidang pendidikan, bidang politik, bidang permasalahan sosial, dan nan lain sebagainya.

Berbagai genre nan ada di Barat tak semuanya bisa diterapkan di Indonesia. Begitu pun sebaliknya, tak semua genre di Indonesia dapat diterapkan di Barat. Hal ini berdasarkan dari suku, etnik, dan budaya nan ada.

Dapat diambil contoh baku IQ dari Wescsler-Bellevue nan diberlakukan di sejumlah negara Barat ternyata tak dapat diterapkan di Indonesia. Banyak hal nan memang harus disesuaikan dengan kebudayaan dan pola tradisi di Indonesia.

Demikianlah sekelumit tentang sejarah perkembangan psikologi nan masih terus berkembang hingga kini.